TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

John Surtees dan Mobil Ferrari Biru yang Membawanya Juara Dunia F1

Satu-satunya juara dunia dengan livery biru Ferrari

John Surtees pada musim 1964. (formula1.com)

Selama ini, kita mengenal Ferrari di Formula 1 selalu identik dengan warna merah. Namun, ternyata Ferrari pernah menggunakan livery berwarna biru pada 1964. Bahkan, mereka sanggup menggenggam gelar juara dunia lewat John Surtees pada musim itu.

Sebagai konstruktor yang tak pernah absen sejak musim pertama Formula 1 pada 1950, mobil berwarna biru menjadi satu kisah unik tersendiri dari Ferrari. Lantas, apa yang menyebabkan mereka memakai warna tak biasa tersebut pada 1964?

Simak kisah John Surtees dan mobil Ferrari biru yang membawanya juara dunia F1.

1. Ferrari tak memakai warna biru sejak awal musim

John Surtees (formula1.com)

Tak seperti saat ini, warna sebuah tim pada awalnya menunjukkan identitas negara asal tim tersebut. Contohnya, merah untuk Italia, Inggris dengan hijau tua, biru untuk Prancis, dan perak menjadi identitas tim asal Jerman.

Tim berlogo kuda jingkrak tersebut sebenarnya menggunakan warna merah pada awal 1964. Mereka balapan dengan livery merah dalam 8 balapan awal dari 10 seri musim itu. Selain Surtees, kursi Ferrari saat itu juga diduduki Lorenzo Bandini.

Keduanya tampil baik dengan menyabet 3 kemenangan dalam 8 balapan awal. Surtees sukses merajai GP Jerman dan Italia. Di sisi lain, Bandini menjadi yang tercepat di GP Austria. Hal itu membuat Ferrari punya peluang meraih gelar juara dunia pembalap dan konstruktor.

Baca Juga: Profil Max Verstappen: Darah Pembalap yang Membawanya Juara

2. Penolakan FIA membuat Enzo Ferrari marah besar

Enzo Ferrari (formula1.com)

Pada awal dekade '1960-an, Ferrari tak hanya berkompetisi di Formula 1. Enzo Ferrari yang merupakan pendiri Ferrari melebarkan sayapnya dengan mengikuti ajang GTO. Mereka mengecap sukses pada 250 GTO 1962.

Menurut aturan ACI (Federasi otomotif Italia) yang berlaku saat itu, suatu tim harus membuat seratus model terlebih dahulu untuk mengikuti GTO. Namun, saat itu, Enzo Ferrari diduga mengumpulkan beberapa kelompok kecil GTO ketika FIA melakukan pengecekan di markas mereka yang berlokasi di Maranello.

Hal tersebut memicu perdebatan karena Ferrari diyakini memindahkan mobil yang sama ke area berbeda, sehingga membuatnya terhitung sebagai mobil yang berbeda. Namun, pada akhirnya, FIA memperbolehkan Ferrari untuk berkompetisi pada 1962 karena mendapat jumlah yang sesuai.

Hal berbeda kemudian terjadi pada 1964, ketika Ferrari mencoba melakukan homologasi mobil 250 LM kepada FIA. Kali itu, FIA menolaknya karena meragukan jumlah mobil yang telah dibuat Ferrari pada musim sebelumnya. 

Penolakan ini membuat Enzo Ferrari marah besar, terutama ketika ACI tak memberi pembelaan sama sekali. Sebagai bentuk balasannya, Enzo Ferrari menyatakan bahwa Ferrari tak akan memakai warna merah lagi di Formula 1.

3. Ferrari menggunakan bendera North American Racing Team pada dua balapan penutup

John Surtees (formula1.com)

Usai penolakan tersebut, tak ada lagi nama Ferrari di lintasan Formula 1. Namun, mereka juga tak mundur begitu saja. Dua pembalapnya, John Surtees dan Lorenzo Bandini, berada di bawah bendera NART (North American Racing Team) pada dua balapan sisa musim 1964 di GP Amerika Serikat dan Meksiko.

Tim tersebut dioperasikan mantan pembalap, Luigi Chinetti. Karena NART merupakan tim asal Amerika Serikat, mereka menggunakan livery berwarna biru dan putih alih-alih merah yang menjadi warna nasional Italia. Namun, logo Ferrari tetap terpampang pada mobil tersebut yang membuat NART seolah-olah menjadi tim satelit Ferrari.

4. Seri terakhir yang penuh drama membawa John Surtees meraih gelar juara dunia

John Surtees (kanan) menjadi juara dunia Formula 1 1964. (ferrari.com)

Memasuki seri penutup di GP Meksiko, tiga pembalap masih berpeluang menjadi juara dunia. Graham Hill yang membela BRM berada di puncak klasemen dengan 39 poin, disusul John Surtees dengan 34 poin, dan Jim Clark dari Lotus dengan 30 poin.

Clark yang meraih pole position langsung memimpin jalannya balapan, disusul Dan Gurney, Lorenzo Bandini, dan Graham Hill. Sementara itu, Surtees hanya menghuni posisi kelima yang membuat asanya menjadi juara dunia mengecil.

Insiden kemudian terjadi ketika Bandini menabrak bagian belakang mobil Hill yang membuat spin dan terlempar ke belakang. Hal ini membuat Clark yang tengah memimpin punya peluang menjadi juara. Dengan poin yang sama, Clark unggul jumlah kemenangan dari Hill.

Petaka juga ternyata menghampiri Clark ketika mesin mobilnya mengalami kerusakan, padahal balapan tinggal menyisakan satu lap. Melihat hal ini, Ferrari menyuruh Bandini yang saat itu berada di tempat kedua agar melambat untuk memberikan tempatnya kepada Surtees.

Pada akhirnya, balapan tersebut dimenangi Dan Gurney. Namun, semua mata tertuju kepada John Surtees yang meraih gelar juara dunia dengan selisih satu poin dari Hill. Surtees juga menjadi juara dunia pertama yang tak menggunakan warna merah Ferrari.

Gelar ini menjadi pencapaian tersendiri bagi Surtees. Ia menjadi orang pertama yang berhasil menjadi juara dunia Formula 1 dan MotoGP. Sebelumnya, Surtees merupakan peraih tujuh titel juara dunia MotoGP.

Baca Juga: 8 Fakta Enzo Ferrari, Pendiri Pabrikan Supercar Ferrari

Verified Writer

Genady Althaf

berbagi dengan menulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya