TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Taufik Hidayat, Si Flamboyan Juara Olimpiade

Taufik meroket di era transisi tunggal putra pelatnas PBSI

Taufik Hidayat berlaga pada ajang BWF World Championship 2010 di Paris, Prancis (Dok. Amandine Noel/Icon Sport)

Jakarta, IDN Times - Setiap zaman, punya legenda masing-masing. Dan bagi millennials pencinta bulu tangkis Indonesia, nampaknya jadi golongan yang beruntung karena menyaksikan meroketnya karier salah satu tunggal putra terbaik dunia dari Indonesia, Taufik Hidayat.

Pada masanya, rentang 1997-2013 jadi salah satu panggung hebat dari sosok Taufik. Ia mekar di era transisi tunggal putra Indonesia. Kala itu, Tanah Air bersiap melepas sosok legendaris lainnya, sang "Smash 100 Watt", Hariyanto Arbi, yang di awal millenium baru memang sudah menapaki senjakala kariernya. Dan tepat di akhir 1990-an, muncul kemudian sosok hebat itu: Taufik Hidayat. Berikut karier Taufik Hidayar, si Flamboyan juara olimpiade.

Baca Juga: Peter Gade, Sang Dinamit dari Aalborg

1. Mendobrak tren unik di tunggal putra Indonesia

Legenda bulu tangkis dunia dari Indonesia, Taufik Hidayat. Twitter/@bwfmedia

Ada tren unik yang muncul di sektor tunggal putra Indonesia. Walau pebulutangkis Indonesia pertama yang meraih gelar prestisius di All England adalah orang kelahiran Jawa Barat, yakni Tan Joe Hok, nyatanya, sangat sedikit sekali ada talenta dari provinsi tersebut yang sanggup mengikuti jejak pria yang juga dikenal dengan nama Hendra Kartanegara ini.

Selepas era Joe Hok, mayoritas legenda bulu tangkis Indonesia di sektor tunggal putra adalah putra daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Rudy Hartono, sang raja All England, yang sukses 8 kali menjuarai turnamen bergengsi itu, di mana 7 di antaranya dilakukan dalam 7 tahun beruntun, adalah pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur.

Setelah era Rudy, muncul sang legenda lain, Liem Swie King. Berbeda dari sang senior, King adalah bocah asli Kudus, yang kala itu ditempa langsung oleh PB Djarum sehingga sosoknya melegenda seperti sekarang. King pensiun pun, tongkat estafet diteruskan oleh juniornya, sesama putra daerah Kudus, yakni Hariyanto Arbi. Dan di era yang berbarengan dengan Arbi, ada juga nama Alan Budikusuma, suami dari Susy Susanti, jawara Olimpiade 1992 yang lahir di Surabaya, Jawa Timur.

Baru di era Taufik-lah, Jawa Barat kembali mencuat ke permukaan. Taufik meneruskan estafet dari Tan Joe Hok sebagai talenta dari Tanah Pasundan yang sukses jadi andalan di sektor tunggal putra Indonesia. 

2. Bagian dari Fantastic Four yang legendaris

Legenda tunggal putra Indonesia, Taufik Hidayat. Twitter/@AinsworthSports

Berkarier di masa Taufik mentas di panggung internasional bukanlah era yang mudah. Taufik ada di puncak karier nama-nama legendaris di dunia bulu tangkis mulai dari Peter Gade, Lee Chong Wei, hingga sang rival abadi, Lin Dan.

Bersama-sama, keempatnya kerap dijuluki Fantastic Four karena pada masanya, mereka berempat inilah yang bergantian mengisi posisi sebagai tunggal putra terbaik dunia alias ranking 1 dunia.

Di antara 3 lawannya tersebut, Taufik hanya memiliki keunggulan head to head dengan Peter Gade. Dari 18 pertemuan antara keduanya, dua pemain ini sama-sama saling mengalahkan satu sama lain namun Taufik unggul dengan angka 10-8.

Lalu Lee Chong Wei dan Lin Dan bisa dibilang adalah dua nemesis di karier Taufik yang kerap jadi batu sandungan. Chong Wei misalnya, di mana legenda Malaysia ini sukses mendominasi Taufik dengan catatan 15-8 dari 23 kali pertemuan antara keduanya di lapangan. Sementara Lin Dan, sang arch rival, juga mampu catatkan rekor menang-kalah 13-4, yang menjadikannya salah satu lawan yang sangat sulit dikalahkan Taufik.

Baca Juga: Tunggal Putra Belum Berprestasi, Taufik Hidayat Kritisi PBSI Soal Ini

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya