TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rumitnya Pabrikan MotoGP dalam Menentukan Pembalap Andalan

Ternyata banyak pihak yang terlibat

Marc Marquez dan Alberto Puig (motogp.com)

Kebanyakan kontrak pembalap MotoGP dan pabrikannya akan usai pada akhir musim 2022. Setiap pembalap, yang diwakili manajernya, mencari penawaran terbaik untuk bisa bergabung dengan tim incaran mereka.

Di sisi lain, para manajer tim pabrikan pun sibuk memilih pembalap yang sesuai dengan proyek yang mereka garap. Manajer tim pabrikan adalah lawan tanding dari manajer pembalap dalam menentukan kontrak yang tepat. Mereka akan bernegosiasi agar mendapat penawaran hingga kesepakatan terbaik.

Khusus bagi pihak pabrikan, penentuan pembalap punya tantangan dan kerumitannya sendiri. Setiap pabrikan punya struktur dan cara berbeda dalam menentukan pembalap andalan di MotoGP.

1. Tak semua manajer tim pabrikan bisa merekrut pembalap

Davide Tardozzi (motogp.com)

Definisi manajer tim bisa berbeda tergantung dari pabrikannya. Di Ducati (Davide Tardozzi), Yamaha (Massimo Meregalli), dan KTM (Francesco Guidotti), seorang manajer tim adalah orang yang bertanggung jawab di pitbox. Merekalah yang mengatur agar kondisi garasi balap berjalan lancar selama balapan.

Meskipun titel mereka manajer tim, mereka tak punya wewenang dalam merekrut pembalap. Biasanya ada orang lain yang punya tugas bernegosiasi dengan pembalap yang mereka incar.

Baca Juga: Paolo Ciabatti: Ducati Akan Bantu Jack Miller Hemat Ban di MotoGP 2022

2. Beberapa pabrikan punya sosok khusus yang berwenang bernegosiasi dengan pembalap

Gigi Dall'Igna dan Francesco Bagnaia (twitter.com/ducaticorse)

Di Yamaha, Lin Jarvis selaku Managing Director Yamaha Motor Racing (YMR) punya wewenang untuk bernegosiasi dengan pembalap. Keputusan akhirnya akan dibuat setelah berkonsultasi dengan para petinggi YMR di Jepang.

Dalam struktur organisasi KTM, yang bertanggung jawab merekrut pembalap adalah direktur KTM Motorsport, Pit Beirer. Ia berkoordinasi dengan para petinggi KTM dan bos perusahaan, Stefan Pierer.

Untuk pabrikan Borgo Panigale, Paolo Ciabatti yang merupakan Direktur Olahraga Ducati punya peran dalam menentukan pembalap mana yang akan dikontrak. Ia membuat keputusan bersama dengan General Manager Ducati Corse, Gigi Dall’Igna, dan CEO Ducati, Claudio Domenicali. Ciabatti memimpin negosiasi, sementara Dall’Igna yang memutuskan.

3. Ada juga pabrikan yang manajer timnya bisa menentukan pembalap untuk direkrut

Livio Suppo (motogp.com)

Untuk Honda dan Suzuki, manajer tim sekaligus bertanggung jawab untuk mengawasi agar tim bisa berjalan dengan baik selama Grand Prix. Alberto Puig dan Livio Suppo juga berwenang untuk bernegosiasi dan merekrut pembalap potensial. Namun, keputusan terakhir tetap ada pada bos di Jepang.

Dalam kasus Aprilia, Massimo Rivola yang kini menjabat sebagai CEO Aprilia Racing punya tanggung jawab dalam bernegosiasi dan mengambil keputusan. Meski begitu, ia tetap harus mematuhi arahan dari pemilik Piaggio Group, Roberto Colaninno.

4. Pihak pabrikan harus pintar memilih pembalap

Francesco Bagnaia, Marc Marquez, dan Fabio Quartararo (motogp.com)

Untuk mencari pembalap, para manajer tim harus tahu cara memilih pembalap yang cocok dengan proyek yang mereka jalankan. Pembalap harus sesuai dalam hal gaya membalap, karakter, dan citra merek yang ingin ditampilkan.

Meski kecepatan pembalap adalah faktor paling penting, harus dipertimbangkan juga mudah atau tidaknya berkomunikasi dengan sang pembalap. Bagaimana pun, komunikasi jadi salah satu faktor kesuksesan di garasi balap.

Baca Juga: Repsol Honda Masih Alami Masalah di MotoGP 2022

Verified Writer

Ryan Budiman

Hola... jadipunya.id

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya