Kisah Inspiratif Dwi Rahayu, Peraih Emas di SEA Games 2023
Terjang rintangan yang begitu berat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Petualangan di SEA Games 2023 Kamboja menjadi momen yang tidak terlupakan bagi atlet soft tennis Indonesia, Dwi Rahayu Pitri. Ayang, panggilan akrab Dwi, berhasil mengubah kemustahilan menjadi medali emas.
Medali emas itu disabet Ayang saat turun di nomor tunggal putri usai mengalahkan wakil Filipina, Noelle Nikki Zoleta di partai puncak. Selain itu, medali perak juga disumbangnya lewat nomor beregu putri.
Bagi Ayang, prestasi itu suatu hal yang mustahil. Jangankan medali emas. Bisa lolos seleksi bertolak ke Kamboja pun tak terpikirkan bagi wanita 30 tahun itu.
Bayangkan saja, Ayang sempat vakum dari olahraga selama dua tahun, sejak 2019 lalu. Tepatnya setelah melahirkan seorang putra, yang kini berusia tiga tahun.
Selain itu, Ayang juga merupakan seorang karyawan. Dia harus membagi waktu antara kerja, keluaga dan latihan. Ayang juga begitu bersyukur, karena mendapat dukungan dari tempat kerjanya.
Keraguan dalam diri Ayang dipatahkan tekad besar dalam dirinya. Dalam persiapannya, dia sempat dilarikan ke UGD. Kepada IDN Times, Dwi Rahayu Pitri bercerita banyak soal petualangannya di soft tennis. Mau tahu kisahnya seperti apa? simak cerita Ayang berikut ini.
Kak Ayang, boleh tidak bagaimana kamu bisa terjun di soft tennis?
Semua bermula setelah lulus kuliah D3 di Universitas Indonesia 2010 lalu. Ada yang namanya Om Alfred, ngajak saya "Ayo ikut soft tennis,"
Awalnya aku juga bingung, apa sih soft tennis. Bahkan aku sempat nolak ajakan itu.
Terus, diajak lagi sama papa aku. Yaudah, enggak bisa nolak. Ikut buat iseng-iseng aja. Ternyata itu buat persiapan SEA Games 2011.
Lama kelamaan, kok ngerasa seru juga ya soft tennis ini. Terus ikut seleksi buat SEA Games 2011. Eh lolos, ya kaget dong.
Baca Juga: Soft Tennis dan Pencak Silat Tambah Emas Indonesia di SEA Games 2023