Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Cara Mengatur Nafas Saat Lari Jarak Jauh, Coba Terapkan!

ilustrasi seseorang sedang lari
ilustrasi seseorang sedang lari (pexels.com/RUN 4 FFWPU)

Lari jarak jauh menjadi salah satu aktivitas olahraga yang menuntut konsistensi, teknik yang tepat, serta kendali tubuh yang baik, terutama pada bagian pernapasan. Banyak pelari pemula merasakan cepat lelah. Itu terjadi bukan karena kurang kuat, melainkan karena teknik bernapas yang belum teratur. Ketika tubuh gak mendapatkan suplai oksigen yang stabil, otot-otot mudah terasa kaku dan energi cepat terkuras. Situasi ini sering membuat ritme lari berantakan dan sulit mempertahankan kecepatan dalam waktu lama. Oleh karena itu, memahami cara mengatur napas menjadi langkah penting untuk menunjang performa lari jarak jauh.

Kualitas napas yang baik membantu jantung bekerja lebih efisien sehingga tubuh bisa menjaga kestabilan saat bergerak dalam durasi panjang. Teknik bernapas yang tepat juga mendukung relaksasi otot, membantu menjaga fokus, dan mengurangi risiko cedera akibat ketegangan yang gak perlu. Pelari jarak jauh yang mampu mengatur napas dengan benar biasanya bisa menjaga pace lebih konsisten tanpa merasa terburu-buru atau kehabisan tenaga. Dengan latihan teratur, tubuh akan terbiasa memproses oksigen secara optimal dan membantu peningkatan stamina secara bertahap. Inilah mengapa pengaturan napas harus menjadi bagian penting dalam rutinitas latihan lari jarak jauh.

1. Gunakan pernapasan diafragma

ilustrasi seseorang lari pagi
ilustrasi seseorang lari pagi (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Pernapasan diafragma membantu tubuh mengambil oksigen lebih banyak tanpa membuat dada terasa sesak. Teknik ini dilakukan dengan mengarahkan udara masuk ke bagian perut, bukan hanya ke dada bagian atas. Ketika diafragma bekerja maksimal, suplai oksigen ke otot akan lebih stabil sehingga tubuh mampu bertahan lebih lama saat berlari. Latihan sederhana seperti menarik napas dalam posisi duduk atau tidur bisa membantu membiasakan pola ini. Dengan rutin melatihnya, pelari akan merasakan napas menjadi lebih efisien saat lari jarak jauh.

Saat berlari, cobalah fokus pada bagaimana perut bergerak naik turun mengikuti ritme napas. Otot perut yang aktif menjadi tanda bahwa pernapasan diafragma berlangsung dengan baik dan gak bergantung pada dada saja. Teknik ini akan membantu mencegah rasa cepat ngos-ngosan, terutama ketika tubuh mulai memasuki fase kelelahan. Bernapas dengan diafragma juga membantu menjaga postur tetap stabil sehingga langkah lari lebih ringan. Setelah terbiasa, pelari bisa menjaga pace lebih stabil tanpa merasa kehabisan tenaga.

2. Atur ritme napas sesuai langkah

ilustrasi orang berolahraga lari
ilustrasi orang berolahraga lari (freepik.com/freepik)

Menyesuaikan ritme napas dengan langkah lari membantu menjaga konsistensi pergerakan serta mengurangi ketegangan tubuh. Banyak pelari jarak jauh menggunakan pola dua langkah tarik napas dan dua langkah buang napas agar ritme tetap terkontrol. Pola ini membuat tubuh gak memaksa bernapas berlebihan yang bisa menyebabkan dada terasa penuh. Jika kamu mulai merasa sesak, ritme bisa diperlambat dengan memperpanjang fase buang napas. Penyesuaian ritme ini membuat tubuh terasa lebih nyaman selama lari panjang.

Mengatur napas sesuai langkah juga membantu menjaga mental tetap fokus selama berlari. Pola napas yang konsisten bekerja seperti metronom yang membuat langkah lebih teratur. Ketika tubuh mulai lelah, ritme napas bisa menjadi penanda apakah harus menurunkan kecepatan atau mempertahankan pace. Teknik ini bermanfaat terutama pada tahap akhir lari ketika kontrol tubuh mulai menurun. Dengan ritme yang baik, pelari bisa bertahan lebih lama dan menghindari kehabisan energi tiba-tiba.

3. Buang napas lebih panjang

ilustrasi orang berolahraga
ilustrasi orang berolahraga (pexels.com/RUN 4 FFWPU)

Menghembuskan napas lebih panjang membantu mengeluarkan lebih banyak karbon dioksida dari tubuh sehingga ruang untuk oksigen menjadi lebih besar. Kesalahan umum pelari adalah menarik napas terlalu cepat tanpa melepaskan udara secara penuh. Akibatnya, napas terasa dangkal dan tubuh jadi cepat letih karena oksigen gak terserap optimal. Buang napas yang panjang membantu menenangkan sistem saraf sehingga ritme lari terasa lebih stabil. Teknik ini juga membantu mencegah pelari mengalami stitch atau nyeri pada bagian samping perut.

Saat mempraktikkan teknik ini, fokuskan perhatian pada aliran udara yang perlahan keluar melalui mulut. Napas yang lebih panjang gak berarti memaksa, melainkan mengeluarkan udara dengan relaks dan terkontrol. Teknik ini sangat efektif digunakan ketika pelari memasuki jarak tengah hingga jarak jauh. Ketika napas terasa lebih santai, tubuh mampu mengatur energi dengan lebih baik untuk mempertahankan kecepatan. Dengan latihan yang konsisten, teknik ini akan terasa semakin natural dan menguntungkan performa lari.

4. Pertahankan postur tubuh yang tegap

ilustrasi orang berolahraga
ilustrasi orang berolahraga (pexels.com/RUN 4 FFWPU)

Postur tubuh yang tegap membantu saluran pernapasan tetap terbuka sehingga udara bisa masuk dengan lebih mudah. Ketika tubuh membungkuk, dada menjadi tertekan dan napas terasa lebih sempit. Pelari jarak jauh perlu menjaga bahu tetap rileks, punggung tegak, dan pandangan ke depan agar pernapasan tetap efisien. Gerakan tangan juga harus tetap stabil dan gak terlalu lebar karena bisa menghabiskan energi. Postur tubuh yang baik membuat pernapasan lebih teratur tanpa perlu usaha tambahan.

Dalam jangka panjang, postur tubuh yang benar bisa meningkatkan stabilitas core sehingga napas menjadi lebih terkontrol. Pelari yang menjaga keseimbangan tubuh akan lebih mudah mempertahankan ritme meski berada pada jarak yang panjang. Postur yang tegap juga membantu mengurangi risiko cedera pada punggung dan dada yang sering terjadi akibat kelelahan. Dengan menjaga tubuh tetap tegak, langkah lari terasa lebih ringan dan stabil. Kebiasaan ini bisa melatih tubuh untuk bernapas secara optimal sepanjang sesi lari.

5. Bernapas melalui hidung dan mulut

ilustrasi seseorang sedang lari
ilustrasi seseorang sedang lari (pexels.com/cottonbro studio)

Mengombinasikan napas melalui hidung dan mulut membantu tubuh mendapatkan oksigen lebih banyak dalam waktu bersamaan. Pernapasan melalui hidung membantu menyaring udara dan menjaga kelembapannya, sedangkan mulut membantu mengeluarkan udara lebih cepat. Teknik kombinasi ini cocok untuk pelari jarak jauh yang membutuhkan suplai oksigen stabil. Mengandalkan salah satu saja bisa membuat napas terasa terlalu lambat atau terlalu cepat. Kombinasi yang seimbang membantu menjaga ritme tetap nyaman.

Saat mulai merasa lelah, penggunaan mulut untuk bernapas bisa meningkatkan kecepatan suplai oksigen. Namun, penting untuk tetap menjaga pola agar gak bernapas terlalu cepat yang membuat tubuh mudah panik. Menggunakan hidung saat fase pemanasan bisa membantu tubuh beradaptasi sebelum berlari lebih cepat. Ketika masuk fase stabil, kombinasi hidung dan mulut membantu menjaga aliran udara tetap lancar. Teknik ini membuat pernapasan terasa lebih ringan meski jarak yang ditempuh cukup panjang.

6. Latih kontrol napas dengan latihan reguler

ilustrasi seseorang sedang lari
ilustrasi seseorang sedang lari (pexels.com/RUN 4 FFWPU)

Kontrol napas gak bisa dikuasai dalam satu kali latihan sehingga diperlukan rutinitas yang konsisten. Latihan pernapasan seperti box breathing atau teknik hitungan sederhana bisa membantu meningkatkan kesadaran terhadap pola napas. Dengan latihan teratur, tubuh akan terbiasa mengatur ritme tanpa perlu dipikirkan secara sadar saat berlari. Teknik ini membuat napas jauh lebih stabil meskipun intensitas lari meningkat. Latihan reguler membantu pelari memiliki ketahanan napas yang lebih baik dalam jangka panjang.

Melakukan latihan pernapasan juga membantu pelari mengurangi stres dan mempersiapkan mental sebelum lari jarak jauh. Kebiasaan ini bisa diterapkan sebelum pemanasan atau saat pendinginan untuk menjaga keseimbangan tubuh. Latihan yang konsisten membuat tubuh mengenali kapan harus menarik atau menghembuskan napas secara efisien. Ketika kontrol napas meningkat, performa lari akan terasa lebih ringan dan menyenangkan. Pelari bisa meningkatkan stamina secara bertahap tanpa membebani tubuh secara berlebihan.

7. Sesuaikan napas dengan intensitas lari

ilustrasi seseorang sedang lari
ilustrasi seseorang sedang lari (pexels.com/Maksim Goncharenok)

Napasan perlu disesuaikan dengan intensitas lari agar tubuh gak kaget ketika kecepatan berubah. Ketika pace meningkat, napas akan cenderung lebih cepat sehingga penting menjaga kontrol agar gak berlebihan. Pelari harus bisa membaca kondisi tubuh dan menyesuaikan napas sesuai kebutuhan. Pada fase pemulihan, napas harus diperlambat dengan buang napas yang lebih panjang. Teknik ini membantu tubuh tetap efisien meski intensitas lari berubah-ubah.

Menyesuaikan napas dengan kecepatan juga membantu mencegah kelelahan yang datang tiba-tiba. Pelari yang mampu mengontrol napas bisa beradaptasi dengan mudah pada perubahan ritme. Teknik ini sangat berguna saat berlari di medan yang gak rata seperti tanjakan atau turunan. Dengan pola napas yang tepat, tubuh gak akan memaksakan diri saat berada pada intensitas tinggi. Kemampuan ini membuat pelari lebih fleksibel menghadapi berbagai kondisi saat lari jarak jauh.

Dari berbagai teknik yang bisa diterapkan, mengatur napas saat lari jarak jauh menjadi bagian krusial yang sering diabaikan oleh banyak pelari. Ketika tubuh mendapatkan oksigen yang cukup, stamina akan lebih terjaga dan performa secara keseluruhan meningkat. Teknik-teknik ini gak hanya membuat napas lebih stabil, tetapi juga meningkatkan kenyamanan selama berlari. Pelari pemula maupun berpengalaman bisa menerapkan tips ini dalam sesi latihan harian. Semakin sering berlatih, semakin baik kontrol napas yang bisa dicapai.

Kebiasaan mengatur napas dengan benar bisa menjadi fondasi penting dalam meningkatkan kemampuan lari jangka panjang. Setiap tips bisa disesuaikan dengan gaya dan ritme lari masing-masing sehingga terasa lebih natural. Ketika pernapasan sudah terlatih, tubuh mampu beradaptasi lebih cepat terhadap berbagai kondisi lari. Hal ini akan membantu pelari menjaga kecepatan dan mengurangi risiko kelelahan dini. Dengan napas yang stabil, lari jarak jauh akan terasa lebih menyenangkan dan penuh energi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Atqo Sy
EditorAtqo Sy
Follow Us

Latest in Sport

See More

Vietnam Menang, Peluang Timnas U-22 Lolos Tetap Terjaga

11 Des 2025, 19:42 WIBSport