"10 Running Red Flags". Real Buzz. Diakses pada November 2025.
"Are You Not Ready For A Marathon? The Top 10 Signs To Look Out For". Core Concept. Diakses pada November 2025.
"10 Signs You Might Not Be Ready for a Marathon". Running State. Diakses pada November 2025.
"7 Tips for Loving the Long Run". Run Like a Girl. Diakses pada November 2025.
5 Ciri Tubuh yang Belum Siap untuk Lari Jarak Jauh, Waspadai!

Banyak orang mulai tertarik menjadikan lari sebagai rutinitas olahraga karena terlihat sederhana dan mudah dilakukan. Namun, di balik semua itu, tubuh sebenarnya menyimpan tanda-tanda yang menunjukkan apakah ia siap menempuh jarak jauh atau belum. Tidak semua tubuh mampu langsung beradaptasi dengan beban dan intensitas tinggi yang muncul saat berlari dalam durasi lama.
Kadang, semangat ingin cepat berkembang justru membuat seseorang mengabaikan sinyal penting yang dikirim tubuhnya sendiri. Padahal, tanda-tanda kecil ini bisa menjadi peringatan awal terhadap risiko cedera atau kelelahan ekstrem. Berikut lima ciri tubuh yang sebenarnya belum siap untuk lari jarak jauh dan sebaiknya tidak diabaikan.
1. Napas terengah di awal lari

Bila seseorang mulai lari dan langsung merasa napas berat dalam beberapa menit pertama, itu menandakan kapasitas paru dan sistem kardiovaskular belum terlatih untuk menahan ritme panjang. Kondisi ini bukan hanya soal stamina rendah, tapi juga efisiensi tubuh dalam mengatur oksigen. Tubuh yang siap biasanya punya pola napas ritmis dan stabil bahkan di menit-menit awal. Sebaliknya, napas yang terburu dan dada terasa sesak bisa berarti kamu memaksakan ritme di luar kemampuan dasar. Ini bisa berujung pada penurunan performa dan rasa pusing karena suplai oksigen ke otak terganggu.
Selain itu, banyak orang tidak sadar bahwa kebiasaan duduk terlalu lama atau jarang berolahraga bisa memperburuk kemampuan paru mengembang. Akibatnya, otot-otot pernapasan bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan oksigen selama berlari. Jika kamu sering merasa harus berhenti di tengah lintasan karena dada terasa sempit, itu bukan soal kurang semangat tapi tanda bahwa tubuh perlu adaptasi bertahap melalui latihan pernapasan dan jogging lebih sering.
2. Detak jantung terlalu cepat

Salah satu indikator penting kesiapan tubuh adalah detak jantung yang stabil selama berlari. Jika denyut jantung melonjak tajam bahkan pada kecepatan rendah, tubuh belum terbiasa menahan intensitas aerobik. Detak yang terlalu cepat bisa menandakan jantung bekerja lebih keras untuk mengimbangi kebutuhan energi otot. Ini sering dialami oleh orang yang baru mulai lari tanpa pemanasan memadai atau langsung menempuh jarak terlalu jauh.
Lebih jauh lagi, detak jantung yang terus tinggi setelah berhenti berlari juga menjadi sinyal bahwa sistem pemulihan tubuh belum optimal. Jantung yang sehat dan terlatih biasanya cepat kembali ke ritme normal setelah aktivitas berat. Jika tubuh butuh waktu lama untuk menenangkan detak, kamu mungkin harus menurunkan intensitas latihan dan meningkatkan daya tahan secara bertahap, misalnya dengan latihan interval atau berjalan cepat di antara sesi lari.
3. Otot betis mudah kram

Kram pada betis atau paha sering dianggap sepele, padahal bisa menjadi pertanda bahwa otot belum terbiasa menerima tekanan konstan dari aktivitas lari jarak jauh. Ketika otot mengalami kontraksi terus-menerus tanpa cukup cairan dan mineral, sinyal saraf menjadi tidak stabil sehingga muncul sensasi kram. Banyak pelari pemula melewatkan fase pemanasan dan peregangan padahal ini membantu meningkatkan aliran darah dan fleksibilitas otot.
Selain faktor peregangan, dehidrasi ringan juga berperan besar. Saat tubuh kehilangan elektrolit seperti natrium dan kalium, otot menjadi mudah tegang dan tidak mampu merespons perintah relaksasi dengan baik. Jadi, jika kamu sering kram di tengah lintasan, coba perhatikan asupan cairan sebelum dan sesudah berlari. Pastikan tubuh tidak hanya cukup air, tapi juga mendapat nutrisi pendukung seperti pisang atau air kelapa yang membantu menjaga keseimbangan elektrolit.
4. Nyeri di bagian lutut menandakan beban lari terlalu berat

Nyeri lutut bukan sekadar rasa pegal biasa setelah olahraga, melainkan sinyal bahwa sendi belum siap menanggung beban lari jarak jauh. Tekanan berulang di area lutut dapat menyebabkan gesekan pada tulang rawan atau otot sekitar sendi, terutama jika teknik berlari belum benar. Banyak orang menyepelekan pentingnya sepatu lari yang sesuai bentuk kaki, padahal alas kaki yang tidak tepat bisa memperburuk tekanan di lutut.
Tubuh yang belum siap biasanya akan menunjukkan rasa nyeri di sisi luar atau bawah lutut setelah beberapa kilometer. Jika diabaikan, kondisi ini bisa berkembang menjadi cedera serius seperti runner’s knee. Langkah paling aman adalah menurunkan intensitas latihan dan memperkuat otot paha depan serta pinggul agar sendi mendapat dukungan tambahan. Latihan kekuatan ringan seperti leg press atau squat dapat membantu menstabilkan gerakan lari tanpa membebani sendi terlalu berat.
5. Rasa lelah yang tak wajar usai lari

Tubuh yang siap berlari jauh biasanya bisa pulih dalam waktu singkat setelah latihan. Namun, jika seseorang merasa lemas berhari-hari, sulit tidur, atau kehilangan nafsu makan setelah berlari, itu tanda sistem pemulihan belum berfungsi optimal. Lari jarak jauh membutuhkan energi besar dan memicu stres oksidatif tinggi, yang hanya bisa diimbangi oleh tidur cukup dan asupan nutrisi seimbang.
Kelelahan yang tidak wajar juga bisa disebabkan karena kurangnya asupan karbohidrat kompleks dan protein setelah lari. Tanpa pemulihan yang baik, tubuh akan memecah jaringan otot untuk mengganti energi, sehingga bukannya makin kuat malah makin lemah. Jadi, penting untuk memperhatikan pola makan pasca-latihan, terutama kombinasi antara hidrasi, karbohidrat sehat, dan protein yang cukup agar proses regenerasi berjalan sempurna.
Tubuh selalu memberi tanda sebelum benar-benar mencapai batasnya, hanya saja banyak orang memilih mengabaikannya. Lari memang bisa menjadi cara efektif menjaga kesehatan, tapi tanpa kesiapan fisik yang matang justru berisiko menimbulkan cedera dan kelelahan kronis. Sebelum berlari jauh, penting untuk mengenali sinyal-sinyal tubuh dan menyesuaikan tempo latihan agar manfaatnya benar-benar terasa. Jadi, apakah tubuhmu sudah benar-benar siap untuk menempuh jarak panjang itu?
Referensi


















