Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Indonesia Harus Siap Tak Jadi Tuan Rumah Ajang Olahraga Internasional

Ilustrasi olimpiade Tokyo yang akan diselenggarakan tanpa penonton luar negeri. Japantoday/AP
Ilustrasi olimpiade Tokyo yang akan diselenggarakan tanpa penonton luar negeri. Japantoday/AP
Intinya sih...
  • Indonesia harus belajar dari kegagalan Piala Dunia U-20 2023 terkait penolakan Israel.
  • Solidaritas kepada Palestina penting, tapi jangan politisasi olahraga untuk menghindari sanksi internasional.
  • Penolakan terhadap Israel tidak boleh membuat Indonesia dianggap tidak kompeten dalam menggelar ajang olahraga internasional.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pengamat politik dari Citra Institute, Efriza, menyebut Indonesia harus siap tak jadi tuan rumah ajang olahraga internasional dalam beberapa tahun ke depan. Hal itu tak lepas dari hukuman Komite Olimpiade Internasional (IOC).

IOC menjatuhkan hukuman keras untuk Indonesia usai keputusan pemerintah Indonesia menolak visa atlet Israel untuk berlaga di Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025. Termasuk menutup peluang menjadi tuan rumah Olimpiade di masa mendatang.

"Meski akhirnya Indonesia menerima konsekuensi dengan ditolak sebagai penyelenggara olahraga internasional. Sebaiknya Indonesia lebih baik memilih tidak menjadi penyelenggara olahraga internasional," ujar Efriza saat dihubungi 'IDN Times'.

1. Berkaca dari kegagalan Piala Dunia U-20 2023

Sherzod Esanov (kiri) saat tampil di Piala Dunia U-20 2023, Argentina. (instagram.com/sh.esanov)
Sherzod Esanov (kiri) saat tampil di Piala Dunia U-20 2023, Argentina. (instagram.com/sh.esanov)

Efriza mengungkapkan, Indonesia harusnya berkaca dari kegagalan Piala Dunia U-20 pada 2023 lalu. Ketika itu, situasinya tak jauh berbeda. Ada penolakan dari Israel yang membuat Indonesia batal jadi tuan rumah.

"Jika muncul protes dan tindakan penolakan terhadap Israel lagi seperti Piala Dunia U-20 2023, maka sebaiknya kita memang tidak mengajukan diri sebagai penyelenggara olahraga internasional," ujar Efriza.

2. Membela Palestina oke, tetapi jangan ada politisasi olahraga

IMG-20250709-WA0020.jpg
Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Raja Sapta Oktohari (Dok.NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As)

Efriza paham, sikap keras Indonesia ke Israel dilandasi solidaritas kepada Palestina. Namun, jangan sampai sikap ini justru jadi bumerang, lewat hukuman tak bisa menggelar ajang olahraga internasional.

"Membela negara Palestina saya sepakat, tetapi Indonesia semestinya juga bijak dengan cukup melakukan protes saja, sebab komitmen negara yang mendapatkan citra buruk, sehingga Indonesia untuk menggelar ajang olahraga dunia diberikan sanksi," kata Efriza.

3. Jangan sampai Indonesia dianggap tidak kompeten

WhatsApp Image 2025-08-16 at 06.39.21 (1).jpeg
OMIA 2025 dihelat di Jakarta, gaungkan semangat Olimpiade. (IDN Times/Sandy Firdaus)

Efriza juga mengungkapkan, jangan sampai Indonesia pada akhirnya dicap tidak kompeten dalam menggelar ajang olahraga internasional, hanya karena penolakan terhadap Israel ini. Apalagi, penolakan itu hanya sebatas politisasi.

"Jangan karena keputusan olahraga yang menolak Israel akhirnya dinilai sikap politisasi semata, ujungnya kita dinilai sebagai negara yang tidak profesional, berkomitmen, dan cakap sebagai penyelenggara olahraga internasional," ujar Efriza.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ilyas Listianto Mujib
EditorIlyas Listianto Mujib
Follow Us

Latest in Sport

See More

Mohamed Salah, Waktumu di Liverpool Sudah Habis

25 Okt 2025, 11:26 WIBSport