Kematian Maria de Villota, Pembalap F1 Perempuan Berkebangsaan Spanyol

Pada era yang sudah modern ini, jumlah atlet perempuan sayangnya masih cukup tertinggal dibanding atlet laki-laki. Apalagi di olahraga balap mobil, khususnya Formula 1.
Salah satu atlet balap mobil perempuan paling tersohor adalah Maria de Villota. Dia bernama lengkap Maria de Villota Comba. Semenjak Katherine Legge pada 2005, De Villota menjadi pembalap perempuan pertama yang mengemudikan mobil balap F1.
Menurut Jaime Alguersuari seperti dikutip BBC, De Vilotta merupakan panutan, terutama bagi perempuan yang ingin menembus kancah F1. Akan tetapi, kecelakaan pembalap Spanyol ini pada saat sesi pengujian telah mengubah segalanya. Jaime Alguersuari sendiri adalah pembalap F1 untuk Toro Rosso pada 2009–2011 sekaligus analis BBC dan produsen musik.
1.Menabrak truk milik timnya

Pada Selasa, 3 Juli 2012, De Villota berkesempatan untuk mencicipi MR01 racikan Marussia di Lapangan Terbang Duxford, Cambridgeshire. Ini adalah kali keduanya mengemudikan mobil balap F1. Sebelumnya, pada Agustus 2011, De Villota sukses berada di balik kemudi mobil berspesifikasi musim 2009 racikan Renault, yakni R29, selama 2 hari sesi pengujian di Sirkuit Paul Ricard.
"Maria melakukan (sesuai dengan) apa yang diharapkan darinya, ia mengambil langkah demi langkah dan mencapai (catatan) waktu putaran yang sangat masuk akal, tanpa melakukan kesalahan (pada) sepanjang hari," puji Kepala Tim Renault, Eric Boullier, sebagaimana diwartakan Autosport.
Menurut Motorsport Memorial, De Villota bersama Marussia dijadwalkan untuk menyelesaikan 2 hari sesi pengujian aerodinamika. Naas, selepas instalasi atau pengujian yang pertama, mobil De Villota menabrak sebuah truk milik timnya. Kecelakaan ini terjadi ketika dirinya sedang dalam perjalanan pulang ke area garasi.
Melanjutkan informasi dari BBC, berdasarkan laporan seorang saksi mata, yaitu presenter dari BBC Radio Cambridgeshire, bagian atas mobil dan helm De Villota sepertinya mengalami benturan yang keras. Kecelakaan yang terjadi pada pukul 09:15 waktu setempat ini mengakibatkannya mengalami cedera wajah dan kepala yang sangat berbahaya. Bahkan, dia kehilangan kesadaran dan tidak bergerak sama sekali selama kurang lebih 15 menit.
De Villota pun dirawat personel medis selama beberapa waktu di tempat kejadian sebelum dikirim dengan menggunakan ambulans ke Rumah Sakit Addenbrooke, Cambridge. Syukurnya, mendekati 1 jam setelah kecelakaan, dia tiba di sana dalam keadaan stabil. Yang membuat sedih, De Villota harus merelakan mata kanannya dan hidup dengan bantuan penutup mata. Selain itu, dirinya juga menderita patah di tulang tengkorak dan kehilangan indra penciuman serta perasa.
Pihak Marussia mengungkapkan, para ahli bedah di Rumah Sakit Addenbrooke menjalani prosedur yang panjang demi menangani cedera kepala dan wajah yang diidap De Villota. Pembalap jawara Spanyol ini dikabarkan koma selama 5 hari lamanya. Tiga bulan kemudian, ia tampil di depan publik untuk yang pertama kalinya. Kendati demikian, dirinya masih menderita sakit kepala yang hebat.
Meskipun mengalami kecelakaan yang membatasi karier balapnya, De Villota masih tetap aktif di olahraga ini. Dirinya menjabat sebagai brand ambassador untuk Komisi Perempuan dalam Motorsport. Lebih lanjut, dia juga sempat menghadiri F1 Grand Prix (GP) Spanyol 2013.
"Saya memiliki DNA motorsport dalam diri saya dan tidak mungkin saya menjauh dari dunia itu. Saya ingin terus berjuang karena saya sangat percaya bahwa perempuan bisa menjadi bagian dari motorsport. Sekarang, saya memiliki hambatan fisik, tetapi sebelumnya saya tidak dan saya ingin orang lain yang mengambil alih," tegasnya, seperti dikutip dari Bleacher Report.
2.Meninggal dunia karena serangan jantung
Maria de Villota meninggal dunia karena serangan jantung pada Jumat, 11 Oktober 2013, sekitar pukul 07:00. Dirinya ditemukan tidak bernyawa di kamarnya di Hotel Sevilla Congresos, Sevilla. Padahal, sekitar 3 jam kemudian, De Villota akan berpartisipasi sebagai pembicara pada sebuah konferensi.
Laporan forensik menjabarkan bahwa serangan jantung De Villota memiliki keterkaitan dengan cedera saraf yang diakibatkan oleh kecelakaannya. Menurut Motorsport Memorial, dirinya dimakamkan di Pemakaman Madrid. Akan tetapi, informasi makam dirinya tidak tersedia di Find a Grave, sebuah situs yang menyimpan catatan kematian dan pemakaman.
Berpulang pada usia 33 tahun, De Villota meninggalkan ayahnya, seorang saudara perempuannya, dan seorang saudara laki-laki yang juga pembalap. Dirinya turut meninggalkan suaminya, Rodrigo Garcia Millan. Mereka baru saja mengukuhkan tali pernikahan pada Juli pada tahun yang sama.
Pada 2015, Eksekutif Kesehatan dan Keselamatan Kerja menyajikan kesimpulan atas investigasi yang mereka jalani terhadap kecelakaan Maria de Villota. Eksekutif Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan sebuah lembaga yang bergerak di bawah naungan Pemerintah Inggris. Lembaga ini menyimpulkan, penyebab kecelakaan bukan berasal dari mobil balap Marussia.
Dilaporkan, De Villota tidak mendapat instruksi yang benar dari timnya perihal langkah-langkah keselamatan yang tepat untuk berhenti secara darurat. Dugaannya, sebuah sistem membuat mobil De Villota terdorong ke dalam truk alih-alih berhenti sesuai apa yang diinginkan olehnya. Sistem itu bernama anti-stall.
3. Sosoknya begitu dimuliakan

Sebagaimana diberitakan Bleacher Report, kematian De Villota merupakan kehilangan yang besar bagi ranah motorsport. Secara anumerta, ia dianugerahi Prestasi Olahraga Tatanan Kerajaan dari Kerajaan Spanyol. Sesuai namanya, penghargaan ini diberikan untuk mereka yang telah berjasa dalam praktik olahraga.
Dua hari selepas kematiannya, para pembalap F1 mengheningkan cipta selama 1 menit dalam rangka mengenang sosok De Villota. Penghormatan ini dilaksanakan pada GP Jepang yang diselenggarakan di Sirkuit Suzuka. Terdapat banyak pembalap, termasuk Felipe Massa, Romain Grosjean, Sebastian Vettel, dan Fernando Alonso, yang menyematkan simbol De Villota, yaitu bintang merah, di helm mereka.
Di sisi lain, Sirkuit Jarama di Madrid menghaturkan dua kali penghormatan. Yang pertama adalah pada 2014, di mana pihak pengelola sirkuit menyelenggarakan lomba lari dan penggalangan dana pada malam Natal. Yang kedua adalah pada 2017, di mana tikungan terakhir diubah namanya menjadi Tikungan Maria de Villota.
Masih banyak lagi penghormatan yang dilayangkan kepadanya. Memang, Maria de Villota ialah sosok yang diidolakan banyak orang, khususnya masyarakat Spanyol. Kematiannya yang tragis meninggalkan duka mendalam di ranah olahraga balap.
Kecelakaan yang dialami oleh Maria de Villota menyiratkan bahwa tiap aktivitas olahraga memerlukan persiapan yang matang. Dengan demikian, manfaatnya akan kembali kepada mereka yang melakoni aktivitas tersebut. Kesiapan yang baik adalah aspek yang mutlak demi terciptanya keselamatan dalam berolahraga.