Mau Tak Mau, Situs Judi Online Danai Tim Olahraga Favoritmu

- Situs judi online menjadi sponsor utama banyak klub olahraga, terlihat dari logo mereka di jersey tim sepakbola seperti Real Madrid dan Valencia.
- Sponsorship situs judi online memberikan dana vital bagi klub olahraga, memungkinkan pengembangan dan peningkatan engagement serta publisitas.
- Beberapa negara sudah menerapkan pembatasan terhadap sponsor situs judi online di jersey klub, namun tidak melarang kerja sama sponsorship dengan perusahaan tersebut.
Bukan hal mengejutkan sebenarnya melihat situs-situs judi online (judol) nampang sebagai sponsor utama berbagai klub olahraga. Ini terlihat dari keberadaan logo-logo mereka di tampak depan jersey utama sebuah tim. Di sepak bola misalnya, AZ Alkmaar, RC Strasbourg, VfB Stuttgart, Crystal Palace, Wolves, sampai Real Madrid dan Valencia sudah pernah punya jersey dengan logo situs judol terpampang nyata.
Meski dianggap kurang etis, nyatanya ini fenomena yang umum terjadi dan sering dianggap angin lalu. Namun, seberapa krusial dan kontroversial, sih, pendanaan dari perusahaan judi online ini? Benarkah ada interdependensi antara industri olahraga dan judi?
1. Cuma dibatasi, tak ada larangan bagi perusahaan judol bekerja sama dengan klub olahraga

Walau ada skema keanggotaan berbayar, dengan berbagai tekanan sistem kapitalisme saat ini, sponsor jadi salah satu nyawa buat banyak tim olahraga di dunia. Sponsor memungkinkan klub melakukan berbagai pengembangan yang diharapkan bisa meningkatkan engagement alias menambah jumlah penggemar dan publisitas. Begitu pula skema sport sponsorship bisa membantu perusahaan komersial memperluas pasar dan meningkatkan reputasi.
Lantas, bagaimana dengan situs judol? Eksistensi mereka sebenarnya dianggap tak etis karena berbagai kerugian materi dan mental yang harus ditanggung penggunanya. Ini yang membuat beberapa liga olahraga di dunia sebenarnya enggan mengakui keterlibatan situs judol sebagai sponsor klub. Sejak 2019 dan 2020, Italia dan Spanyol sudah menerapkan pembatasan dengan melarang klub menyertakan logo situs judol di bagian depan jersey mereka.
Inggris akan memberlakukan regulasi yang sama mulai musim 2026/2027. Belanda dan Belgia memastikan akan memberlakukan restriksi yang sama per 1 Juli 2025. Namun, ini tidak berarti melarang klub menjalin kerja sama sponsorship dengan perusahaan-perusahaan tersebut.
2. Tak sedikit negara yang justru terang-terangan melegalkan sport sponsorship perusahaan judol

Menariknya, Prancis dan Jerman tidak memberlakukan larangan yang sama walau liga sepak bola mereka masuk dalam daftar Top 5. Langkah itu bukan kasus unik. Sejak negara bagian di Amerika Serikat diberi kebebasan untuk melegalkan situs judol pada 2018, judi jadi bagian integral dalam industri olahraga mereka. Beberapa nama tenar bahkan ikut mempromosikan situs-situs itu dengan gamblang. Sejak legalisasi tersebut, Amerika Serikat mengalami sports betting boom, yakni fenomena maraknya orang bertaruh untuk tim-tim olahraga. Berbagai liga olahraga populer di negeri itu bahkan mengakui perusahaan judol sebagai sponsor resmi mereka.
Merujuk siniar NPR yang bertajuk 'The Story Behind the Sports Betting Boom' yang dibawakan Dave Davies dan Eric Lipton, jurnalis The New York Times yang melakukan investigasi soal fenomena tersebut, pemicunya adalah teknologi aplikasi smartphone. Kini untuk bertaruh orang tak perlu datang secara fisik ke kasino. Mereka bisa langsung melakukannya dengan mengeluarkan ponsel dari kantong. Apalagi dengan adanya dompet digital semua makin serba mudah. Smartphone juga memungkinkan orang dari berbagai negara bagian untuk ambil bagian meski sebenarnya perusahaan diminta menggunakan jasa pihak ketiga untuk memastikan pengguna datang dari negara bagian yang sudah melegalkan judi online.
Di Rusia, keberadaan situs judol dalam olahraga juga hampir tak terbatas. Salah satu dari mereka adalah sponsor utama timnas sepak bola Rusia sejak sanksi FIFA dan UEFA berlaku. Sebuah perusahaan judol e-sports juga terpantau menyertakan jenama mereka dalam nama resmi sebuah klub sepak bola asal Nizhny Novgorod yang sempat bangkrut pada 2016.
3. Interdependensi judi online dan industri olahraga

Mengapa judol begitu lekat dengan industri olahraga? Ada beberapa faktor yang mendorong interdependensi ini merujuk diskusi Davies dan Lipton dalam siniar NPR. Pertama, situs judol adalah bisnis lukratif yang punya banyak aliran pemasukan dari berbagai potongan yang mereka dapat dari pengguna. Suntikan dana dari situs judol ini mau tak mau berkontribusi besar dalam pengembangan sebuah tim, termasuk membayar gaji pemain dan perawatan fasilitas.
Bahkan, saat pandemik COVID-19, beberapa klub Italia sempat meminta keringanan atas pembatasan sponsorship dari situs judol karena mereka mengalami paceklik kesulitan keuangan. Kedua, semakin banyak pengguna situs judol, engagement yang didapat sebuah tim juga besar. Ini karena banyak petaruh yang akan menonton pertandingan sampai habis karena sudah merasa menginvestasikan waktu, tenaga, dan materi mereka untuk pertandingan itu lewat taruhan.
Lantas, mengapa orang bisa ketagihan bertaruh? Selain memberikan iming-iming "saldo gratis" untuk pengguna baru yang jelas menarik mereka untuk mencoba, judi biasanya menjerat orang-orang berpenghasilan rendah, bahkan remaja karena memiliki keinginan lebih kuat untuk dapat untung instan. Situs judi ternyata menarik pula buat penggemar yang suka melakukan analisa pertandingan. Tidak terbatas menebak skor akhir, pengguna bisa berinteraksi lebih di beberapa situs judol. Ini jadi daya tarik buat penggemar olahraga yang punya ketertarikan di bidang data, komparasi data, dan berbagai elemen lain dalam pertandingan.
Skema bisnis judol pada akhirnya memang menguntungkan penyedia layanan dan klub, tetapi tetap merugikan pengguna. Menurut American Psychological Association (APA), judi terbukti bisa mengubah komposisi otak seseorang, terutama di bagian amigdala, hipokampus, dan ventral striatum. Itulah faktor yang menjelaskan mengapa orang-orang dengan adiksi judi punya kecenderungan mengambil keputusan impulsif, susah meregulasi emosi, dan punya manajemen stres yang buruk. Hal ini akan sangat berbahaya bila terjadi pada anak-anak di bawah umur karena aktivitas judi menyerang prefrontal korteks (tempat di mana ketiga bagian yang terganggu tadi berada) yang biasanya berkembang paling lambat pada manusia. Apakah tim favoritmu juga pernah mengusung perusahaan judi online sebagai sponsor utama?