Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi logo Cadillac (unsplash.com/@albertstoynov)

Intinya sih...

  • Cadillac mengadopsi sistem kerja NASA untuk membangun tim dari nol.

  • Meski diisi nama-nama besar dalam F1, Cadillac tetap perlu belajar manajemen tim.

  • Cadillac akan memasuki 2026 dengan status sebagai satu-satunya tim Formula 1 berbasis utama di AS.

Cadillac hadir sebagai tim Formula 1 ke-11 pada 2026 dengan membawa misi yang lebih besar daripada sekadar berlomba di lintasan. Sebagai proyek gabungan antara General Motors dan TWG Motorsports, tim ini membawa semangat eksplorasi dan inovasi teknik khas Amerika Serikat. Keputusan untuk membangun tim dari nol tidak hanya mencerminkan ambisi, tetapi juga memperlihatkan kesiapan menghadapi kompleksitas tantangan lintasan F1 modern.

Selama 764 hari proses pengajuan, penolakan, dan akhirnya pengesahan sebagai tim F1, Cadillac mengandalkan ketekunan dan visi jangka panjang. Graeme Lowdon, mantan pimpinan Marussia F1 yang kini menjadi otak di balik proyek ini, membawa semangat ‘moonshot’ yang terinspirasi Program Apollo NASA. Ketika banyak tim menunggu sampai semuanya rapi sebelum memperlihatkan diri ke publik, Cadillac justru membuka pintunya saat proyek masih dalam tahap pembangunan, yang memperlihatkan transparansi dan keyakinan yang jarang terlihat dalam F1.

1. Cadillac mengadopsi sistem kerja NASA untuk membangun tim dari nol

Cadillac bukan hanya tim baru, melainkan juga lambang dari cita-cita besar Amerika Serikat untuk membuat sejarah di Formula 1 sebagai balapan paling prestisius di dunia. Terinspirasi oleh struktur manajemen Program Apollo milik NASA, Cadillac membentuk sistem kerja yang disebut “mission control”. Dalam sistem ini, struktur organisasi yang umumnya bersifat hierarkis diganti dengan pola datar yang memungkinkan komunikasi langsung antarinsinyur dan kepala departemen di berbagai lokasi.

Operasi Cadillac tersebar di lima lokasi utama: Fishers (Indiana) sebagai markas pusat, fasilitas mesin di Charlotte (North Carolina), kantor teknik di Warren (Michigan), serta hub teknis dan produksi di Silverstone, Inggris. Di sinilah sistem yang bebas dari batasan geografis menjadi sangat vital, karena para teknisi dari berbagai zona waktu harus bisa berkoordinasi tanpa hambatan struktural. Maka dibentuklah 12 divisi kerja yang saling terhubung dan bebas bertukar informasi tanpa harus melewati jenjang birokrasi yang kaku.

Tantangan logistik, manajemen sumber daya manusia, dan infrastruktur diatasi dengan kedisiplinan tinggi yang menyerupai proyek luar angkasa. Dilansir Motorsport, hingga Juli 2025, tim telah memiliki sekitar 400 staf dan menargetkan 600 personel saat balapan perdana digelar pada 8 Maret 2026 di Melbourne, Australia. Cadillac juga telah menerbitkan lebih dari 6.000 gambar teknik dan memproduksi 10.000 komponen, bahkan menyimpan 5 petabyte data aerodinamika Computational Fluid Dynamics (CFD) dalam sistem TI-nya. Semua ini menandakan Cadillac benar-benar memulai dari nol sekaligus menciptakan ulang cara membangun tim F1 modern.

2. Meski diisi nama-nama besar dalam F1, Cadillac tetap perlu belajar manajemen tim

Sejarah Formula 1 penuh dengan pelajaran mahal bagi tim-tim baru yang mencoba peruntungan tanpa persiapan matang. Tim seperti Super Aguri dan US F1 menjadi contoh nyata bagaimana kurangnya perencanaan dan eksekusi bisa mengakibatkan kegagalan total. Di sisi lain, tim-tim seperti Haas (2016), Jordan (1991), dan Sauber (1993) memperlihatkan keberhasilan dapat diraih bila didukung kombinasi pengalaman, investasi, dan strategi yang terukur.

Cadillac sudah menunjukkan langkah bijak dengan menggandeng sosok-sosok berpengalaman dari tim-tim besar. Sebut saja Nick Chester (mantan Performance Engineer Renault), Pat Symonds (mantan Chief Technical Officer Williams), serta John McQuilliam (mantan Chief Designer Jordan) menjadi bagian penting dalam membentuk fondasi tim. Selain membawa reputasi, kehadiran mereka juga menjamin transfer pengetahuan teknis yang krusial bagi tim yang sedang dibangun dari nol.

Terlebih lagi, dukungan penuh dari General Motors (GM) menjamin kestabilan finansial dan integrasi teknologi jangka panjang, terutama karena GM juga berencana memproduksi mesin F1-nya sendiri pada akhir dekade. TWG Global, melalui figur Mark Walter, memiliki rekam jejak investasi di klub-klub olahraga, seperti Los Angeles Lakers, Los Angeles Dodgers, dan Chelsea. Kombinasi ini memberikan Cadillac kredibilitas lebih dalam membangun tim dengan standar manajemen olahraga kelas dunia.

Meski demikian, modal dan koneksi saja belum cukup. Tim harus menghindari jebakan kepercayaan diri berlebih yang pernah menjerumuskan tim-tim seperti BAR-Honda dan Virgin Racing. Kesalahan umum seperti ketergantungan kepada sponsor fiktif, perekrutan pembalap tanpa kualitas kompetitif, serta pengembangan mobil yang terlalu cepat tanpa validasi teknis menjadi risiko nyata. Keputusan Cadillac belum merilis sponsor utama atau livery resmi, terutama setelah apa yang menimpa tim-tim masa lalu, patut dipandang sebagai strategi cerdas, bukan tanda ketidakmampuan.

3. Rencana masa depan Cadillac dalam mempersiapkan balapan pada 2026

Cadillac akan memasuki 2026 dengan status sebagai satu-satunya tim berbasis utama di Amerika Serikat, berbeda dari Haas yang beroperasi dengan pendekatan Eropa. Meski ekspektasi publik tinggi, Team Principal Cadillac, Graeme Lowdon, secara terbuka menyatakan prioritas utama adalah membangun pondasi yang kuat terlebih dahulu, bukan mengejar kemenangan instan. Dalam pandangannya, ini merupakan hal wajar jika tim baru finis di posisi belakang. Menurutnya, malah menjadi aneh jika mereka langsung mengalahkan tim-tim mapan yang telah bertahun-tahun mengembangkan ekosistemnya.

Selain pengembangan tim, kursi pembalap Cadillac menjadi salah satu topik hangat pada 2025. Dua nama berpengalaman yang santer dikaitkan adalah Valtteri Bottas dan Sergio Perez. Bottas memberi isyarat melalui unggahan media sosialnya, sementara Perez menjadi opsi realistis berkat pengalamannya yang luas. Meski demikian, hingga Juli 2025, Cadillac belum membuat pengumuman resmi yang menandakan rekrutmen juru kemudi bukan prioritas utama saat ini.

Untuk menjangkau pasar global, Cadillac menunjuk Keanu Reeves sebagai bintang utama dalam film dokumenter mereka yang dijadwalkan tayang sebelum musim balapan 2026 bergulir. Dokumenter ini tidak hanya akan memperkenalkan tim kepada publik luas, tetapi juga menjelaskan proses kompleks membangun tim F1 dari nol kepada khalayak non-otomotif. Produksi film ini melibatkan kerja sama dengan Disney dan KR+SH milik Reeves, serta menghadirkan narasi yang memadukan emosi, tantangan, dan mimpi khas Amerika Serikat. 

Cadillac mungkin bukan tim yang akan langsung menantang tim papan atas Red Bull atau McLaren. Namun dengan semangat dan filosofi kerja visioner, tim ini memiliki potensi untuk mengukir sejarah baru bagi Amerika Serikat di Formula 1.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team