Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Susie Wolff dalam Formula 1 Grand Prix Inggris 2014 (commons.wikimedia.org/Jake Archibald)

Intinya sih...

  • Formula 1 tidak membatasi gender untuk terlibat dalam balapan.
  • Maria Teresa de Filippis adalah pembalap perempuan pertama di Formula 1 pada Grand Prix Monako 1958.
  • Susie Wolff, Jamie Chadwick, dan Maya Weug juga merupakan perempuan yang berperan dalam dunia motorsport.

Formula 1 tidak membatasi gender untuk terlibat dalam balapan. Tidak hanya laki-laki, perempuan juga bisa berkompetisi dalam kejuaraan itu. Akan tetapi, sejarah hanya mencatat sedikit pembalap perempuan di Formula 1.

Semenjak dibentuk pada 1950, Formula 1 adalah salah satu olahraga paling didominasi laki-laki. Namun, bukan berarti tidak ada peran perempuan dalam olahraga itu karena mereka telah mengukir sejarah sejak 1958. Oleh karena itu, berikut catatan peran pembalap perempuan di Formula 1.

1. Maria Teresa de Filippis, pembalap perempuan pertama di Formula 1 yang debut pada 1958

Dalam Grand Prix Monako 1958, seorang pembalap perempuan melakoni debut di Formula 1. Namanya Maria Teresa de Filippis, pembalap berkebangsaan Italia yang tertarik membalap semenjak akhir 1940-an. Sayangnya, dirinya gagal lolos kualifikasi dalam Grand Prix itu dan baru bisa debut sepenuhnya pada Grand Prix Belgia 1958.

Maria Teresa de Filippis berkompetisi di Formula 1 hingga Grand Prix Monako 1959. Sepanjang karier itu, dia mencatatkan 5 entri dan 3 start balapan dengan mengemudikan mobil balap tim Behra-Porsche dan Maserati. Akan tetapi, keberuntungan belum berpihak karena ia tidak memperoleh poin sama sekali.

Karier Formula 1 Maria Teresa de Filippis tidak mudah. De Filippis pernah dilarang membalap dalam Grand Prix Prancis, kemudian ada direktur balap yang mengatakan bahwa satu-satunya helm yang boleh dipakai De Filippis dan perempuan lain adalah penata rambut. Dengan demikian, sudah jelas bahwa diskriminasi menodai kariernya di kejuaraan itu.

Setelah kematian tragis Jean Behra sebagai rekan pembalap, Maria Teresa de Filippis pensiun pada 1959 karena merasa sudah kehilangan terlalu banyak teman. Pada 1979, dirinya bergabung dengan Klub Internasional Mantan Pembalap Grand Prix F1 dan menjabat wakil presiden pada 1997. Maria Teresa de Filippis meninggal pada 2016 saat berusia 89 tahun.

2. Susie Wolff, pasangan kepala tim Mercedes, adalah pembalap Formula 1 perempuan pertama sejak 1992

Susie Wolff menjadi satu dari sedikit perempuan yang berperan dalam tim Formula 1 modern. Pada 2012, ia bertanggung jawab sebagai pembalap pengembangan tim Williams. Peran itu meliputi pekerjaan simulator dan sesi pengujian untuk mendukung pengembangan mobil balap.

Pada 2014, Susie Wolff adalah pembalap perempuan pertama semenjak 1992 atau dalam 22 tahun yang berpartisipasi pada Grand Prix Formula 1. Susie melaju di lintasan Grand Prix Inggris dan Jerman selama sesi latihan bebas. Namun, istri Toto Wolff selaku kepala tim Formula 1 Mercedes itu mengumumkan pensiun dari motorsport pada penghujung 2015.

Pensiun bukan berarti berhenti. Pada 2016, Susie Wolff mendirikan organisasi Dare to be Different untuk meningkatkan peran perempuan dalam motorsport. Organisasi ini menginspirasi perempuan untuk berkarier dalam industri olahraga itu.

Pada 2018, Susie Wolff menjabat kepala tim Venturi Racing di Formula E. Jabatan itu dipegangnya hingga 2022. Selain itu, dirinya juga menjabat direktur utama F1 Academy pada 2023.

3. Jamie Chadwick membela tim Williams, sementara Maya Weug berseragam tim Ferrari

Jamie Chadwick adalah pembalap perempuan berkebangsaan Inggris yang tiga kali berhasil menjuarai W Series. Williams menaunginya sebagai pembalap pengembangan agar dia mendapatkan pengalaman di lingkungan Formula 1. Kesuksesannya di W Series dan keterlibatannya dengan Williams membuat Chadwick menjadi bintang yang mengadvokasi peran perempuan dalam motorsport.

Sementara, ada nama Maya Weug sebagai pembalap perempuan pertama yang bergabung dengan akademi pembalap Ferrari. Keberhasilan itu diraihnya setelah memenangkan sebuah program yang diselenggarakan Federasi Otomotif Internasional (FIA). Sama seperti Jamie Chadwick, keterlibatan Weug dengan Ferrari membuktikan komitmen besar bagi perempuan dalam motorsport.

Tak menampik, motorsport dan Formula 1 memang didominasi laki-laki. Akan tetapi, realitas itu bukan berarti tidak ada ruang bagi perempuan di Formula 1. Harapannya, pengalaman Maria Teresa de Filippis, Susie Wolff, Jamie Chadwick, dan Maya Weug bisa menjadi penggerak hati bagi perempuan lain untuk mengukir sejarah di Formula 1.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team