Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Profil Mohammed Ben Sulayem, Presiden FIA sejak 2021

Mohammed Ben Sulayem (kiri) (commons.wikimedia.org/Matti Blume)
Mohammed Ben Sulayem (kiri) (commons.wikimedia.org/Matti Blume)

Federasi Otomotif Internasional (FIA) menjadi takhta tertinggi dalam motorsport global dan satu-satunya badan internasional yang mengatur motorsport. Peraturan badan ini dikonsolidasikan dalam International Sporting Code (ISC). Oleh karena itu, FIA menghasilkan situasi yang adil bagi kompetitor sambil memastikan motorsport berjalan seaman mungkin dan menyediakan arbitrasi independen dalam menangani sengketa.

Sejak 2021, FIA dipimpin Mohammed Ben Sulayem sebagai presiden. Tokoh berkebangsaan Uni Emirat Arab ini lahir pada 12 November 1961. Selengkapnya, begini profil Mohammed Ben Sulayem.

1. Sepak terjang Mohammed Ben Sulayem tidak main-main, memiliki beragam pencapaian

Mohammed Ben Sulayem merupakan tokoh berpendidikan tinggi. Dia memegang gelar sarjana dalam bidang bisnis. Gelar ini diperoleh di dua universitas, yaitu American University di Washington, DC dan Ulster University di Inggris.

Mohammed Ben Sulayem menjabat presiden EMSO pada 2005—2021 dan menjadi pendiri serta promotor putaran Cross Country Rallies World Cup pada 1993 dan 2017. Selain itu, ia juga sempat berperan sebagai secretary general National Olympic Committee (NOC) yang sukses membawa EMSO mendapatkan pengakuan NOC.

Berbicara pengalaman melaju di lintasan, Mohammed Ben Sulayem adalah tokoh yang kenyang balapan. Dirinya 14 kali menjuarai Middle East Rally dan memenangkan 61 ajang internasional. Sebanyak 61 kemenangan itu diraih sepanjang 1983—2002.

Mohammed Ben Sulayem memperoleh kehormatan dari Raja Yordania pada 1986 dan 1999, Presiden Lebanon pada 1987 dan 1999, serta Raja Bahrain pada 2004. Tak lupa, dia juga didaulat sebagai United Arab Emirates Sportsman of the Century oleh Agence France-Presse (AFP). Ben Sulayem turut menerima gelar doktor kehormatan dari Ulster University berkat jasa terhadap olahraga dan kepemimpinan sipil.

Sebelum menjabat presiden FIA, Mohammed Ben Sulayem menjadi anggota Innovation Fund Steering Committee pada 2017—2021 serta pendiri dan dewan di ACTAC pada 2012—2021. Dirinya juga vice president Automobile Mobility and Tourism pada 2013—2017. Mundur ke 2008—2013 dan 2017—2021, dia merupakan vice president bidang olahraga dan anggota World Motor Sport Council.

Berperan sebagai duta besar, Mohammed Ben Sulayem memiliki dedikasi terhadap keselamatan jalan raya di Uni Emirat Arab. Ia mendukung pendidikan, pelatihan, dan penelitian pejabat serta pembalap muda untuk mempromosikan keselamatan motorsport. Di sisi lain, Ben Sulayem menjadi pendukung gerakan kendaraan klasik dan warisan otomotif serta sempat menyunting sebuah buku akademis tentang manajemen olahraga.

2. Mohammed Ben Sulayem menjadi penerus Jean Todt yang menuntaskan periode ketiga

Pada pengujung periode ketiga sebagai presiden FIA, Jean Todt mengundurkan diri. Alasannya, jabatan 3 periode memang menjadi batas yang diperbolehkan dalam statuta FIA. Dengan demikian, pemilihan digelar untuk menentukan penerus Jean Todt.

Rivalitas penerus Jean Todt timbul antara Mohammed Ben Sulayem dan mantan tangan kanan Todt, Graham Stoker. Kemenangan diraih Ben Sulayem dengan hampir 2/3 suara. Lantas, dirinya menjadi tokoh yang tidak asing lagi di Formula 1, kejuaraan di bawah naungan FIA.

Mohammed Ben Sulayem aktif berpolitik di Formula 1. Dia membuka pendaftaran untuk menemukan tim yang mempunyai potensi bergabung dengan kejuaraan ini. Akan tetapi, manajemen dan sepuluh tim Formula 1 menentang kebijakan itu.

Mohammed Ben Sulayem menjadi sasaran kritik penggemar, media, dan sejumlah pembalap Formula 1 karena melontarkan komentar kontroversial. Bahkan, kepemimpinan Ben Sulayem memperoleh ulasan negatif dari 153 suara yang masuk dalam jajak pendapat RaceFans. Mengapa kondisi demikian bisa terjadi?

3. Mohammed Ben Sulayem ternyata menjalankan pemerintahan yang kontroversial

Musim 2025 menjadi musim terakhir kepemimpinan Mohammed Ben Sulayem sebagai presiden FIA untuk pertama kali. Akan tetapi, ia tidak berusaha menghindari kontroversi yang dilakukan sejak awal menjabat. Bahkan, dirinya sampai berkonflik dengan pejabat Formula 1, tak terkecuali Chief Executive Officer Stefano Domenicali.

Mohammed Ben Sulayem pernah memberikan komentar yang menghasut tentang kecerdasan perempuan. Selain itu, dia juga berhasil mengesahkan statuta kontroversial yang mengonsolidasikan kekuasaannya dan membuat FIA kurang bertanggung jawab. Kendati demikian, Ben Sulayem sepertinya akan tetap berperan sebagai presiden FIA untuk masa jabatan 4 tahun berikutnya.

Penelusuran Motor Sport Magazine yang diterbitkan pada Januari 2025 menemukan fakta mencengangkan. Kepemimpinan Mohammed Ben Sulayem sebagai presiden FIA sejak 2021 ternyata menelurkan paling tidak 20 kontroversi. Salah satu contohnya adalah saat dia meresmikan pedoman larangan balapan karena bersumpah serapah, termasuk pernyataan politik dan keagamaan.

Sikap kontroversial Mohammed Ben Sulayem turut terjadi pada sebuah gala FIA. Pada acara itu, Lewis Hamilton dan Team Principal Mercedes Toto Wolff, enggan hadir karena mempermasalahkan Grand Prix Abu Dhabi 2021 yang berakhir penuh tanda tanya. Padahal, acara itu mengharuskan kehadiran tiga pembalap Formula 1 teratas dalam klasemen dan perwakilan konstruktor yang juara.

Menyangkut keputusan Lewis Hamilton dan Toto Wolff, Mohammed Ben Sulayem diwawancarai tentang hukuman yang akan dijatuhkan. Bukannya meredam situasi, Ben Sulayem justru membuat pernyataan kontroversial. Pada akhirnya, tidak ada tindakan yang diambil terhadap keputusan Hamilton dan Wolff.

"Kami (FIA dan Formula 1) harus mengikuti peraturan yang berlaku. Namun, hal itu tidak menghentikan kami untuk membuat seorang juara merasa senang dengan olahraga ini (Formula 1). Sangat mudah untuk bersikap baik kepada orang lain. Namun, yang pasti, jika ada pelanggaran, tidak ada ampun dalam hal ini," tegas Mohammed Ben Sulayem sebagaimana dilansir Motor Sport Magazine.

Terlepas dari sepak terjang sebelumnya yang amat meyakinkan, kualitas kepemimpinan Mohammed Ben Sulayem sebagai presiden FIA cenderung dipertanyakan. Dengan segudang prestasi yang tercantum dalam situs web resmi FIA, dirinya justru sering disanggah di lingkungan Formula 1. Ben Sulayem dianggap perlu memperbaiki reputasinya sebelum terlanjur memburuk.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us