Fabio Quartararo berselebrasi usai finis ketiga di main race GP Indonesia 2023. (yamahamotogp.com)
Fabio Quartararo mulai bekerja sama dengan seorang psikolog pada 2021. Itu adalah tahun saat El Diablo berhasil meraih gelar juara MotoGP untuk kali pertama. Meski memiliki psikolog, bukan berarti Quartararo tak pernah mengalami ledakan emosi.
Pembalap berkebangsaan Prancis itu masih kesulitan untuk mengatur emosinya. Apalagi, Yamaha sedang dalam tren penurunan performa dalam 2 musim terakhir di tengah dominasi Ducati yang begitu perkasa. Kendati demikian, Quartararo mulai dapat tampil lebih tenang dan mampu memberikan masukan yang lebih baik kepada orang-orang di Yamaha.
"Masalahku adalah aku bisa sangat cepat marah karena semua hal, terutama berkaitan dengan olahraga. Ini (hadirnya psikolog) sangat membantuku dalam hal memberikan komentar kepada tim mekanik, bahkan dalam hidup agar lebih tenang. Aku tak pernah meremehkan seseorang. Namun, Anda hanya berteriak sehingga pada dasarnya Anda bisa berteriak selama setengah jam, tetapi mekanik Anda tak memahami apa pun.
Anda harus benar karena jika Anda bilang itu tak berhasil di mana pun, maka mekanik Anda akan menanyakan, 'Apa yang Anda ingin aku lakukan? Di mana Anda ingin aku melakukan peningkatan?'. Anda harus berpikir pada titik mana Anda ingin melakukan peningkatan. Itu berupa belokan, pengereman, dan daya cengkeram," kata Fabio Quartararo dilansir Crash.