BWF Inggris Tak Wajibkan Atlet Karantina sebelum Laga di All England

Prosedur lebih ketat diberlakukan saat tanding di Thailand

Jakarta, IDN Times - Badminton World Federation (BWF) di Inggris disebut-sebut tak mewajibkan karantina bagi atlet yang akan berlaga di All England 2021 di Birmingham. Sehingga bila tes yang dilakukan di Hotel Crowne Plaza Birmingham City Centre menunjukkan hasil negatif, maka mereka diizinkan menuju ke arena pertandingan. Hal ini dinilai fatal lantaran bisa menimbulkan celah klaster baru COVID-19. 

Prosedur kesehatan yang diberlakukan oleh National Health Service (NHS) Inggris kini tengah dikritik, lantaran tidak konsisten ke semua atlet yang tanding di All England 2021. "Memang di pertandingan ini, kami tidak diharuskan untuk karantina (sebelum bertanding). Beda seperti yang diberlakukan di turnamen di Thailand," ujar Kepala Bidang Humas dan Media PBSI, Fellya Hartono ketika berbicara di stasiun Kompas TV pada Kamis malam, 18 Maret 2021. 

Turnamen di Negeri Gajah Putih yang dimaksud adalah Yonex Thailand Open 2021 dan Toyota Thailand Open 2021 yang digelar Januari 2021 lalu. Menurut Fellya, Pemerintah Thailand memberlakukan protokol kesehatan dengan sangat ketat. 

"Kami diminta sudah tiba di Thailand satu pekan sebelum pertandingan. Tanggal 4 Januari sudah sampai di sana. Prokes di sana sangat jauh berbeda dari di Inggris dan jauh lebih ketat di Thailand," tutur dia. 

Sejak tim bulu tangkis asal Indonesia diminta untuk melakukan karantina mandiri tambahan selama 10 hari, BWF dinilai lepas tangan. Mereka mengatakan tak bisa melakukan intervensi terhadap kebijakan yang diberlakukan oleh Pemerintah Inggris.

Lantaran masa karantina mandiri berlaku hingga 23 Maret 2021, maka diperkirakan tim Indonesia tak lagi bisa melanjutkan laganya di All England. Turnamen bergengsi itu, bila tidak dihentikan sementara, akan berakhir pada 21 Maret 2021. 

Apa langkah Pemerintah Indonesia untuk memperjuangkan atlet bulu tangkis agar tetap bisa berlaga di All England 2021?

1. Penerapan standar prosedur kesehatan di Inggris dinilai tak konsisten

BWF Inggris Tak Wajibkan Atlet Karantina sebelum Laga di All EnglandSituasi di dalam arena All England 2021 di Birmingham, Inggris (www.twitter.com/@yonexallengland)

Hal lain yang dikeluhkan oleh tim Indonesia yaitu meski belum dinyatakan positif COVID-19, tetapi mereka seolah-oleh sudah tertular virus Sars-CoV-2 itu. Padahal, tim Indonesia diminta untuk melakukan karantina mandiri tambahan lantaran satu pesawat Turkish Airlines dengan penumpang yang diduga positif COVID-19. Namun, hingga kini belum diketahui berapa banyak penumpang di maskapai asal Turki itu yang dinyatakan terpapar COVID-19. 

Menurut Fellya, tim bulu tangkis Indonesia diminta untuk meninggalkan arena Birmingham. Namun, mereka tidak dibolehkan naik shuttle bus dan harus berjalan kaki menuju ke hotel tempat mereka menginap. 

"Padahal, sesuai dengan SOP nya dari hall ke hotel dan sebaliknya seharusnya menggunakan shuttle bus. Bahkan, kami harus booking bus itu melalui website jam berapa. Nanti, dapat e-mail duduk di seat berapa," tutur Fellya. 

Hal lain yang dipertanyakan oleh tim Indonesia mengapa All England tidak dihentikan dulu sementara waktu. Sebab, tim Indonesia sudah sempat bertanding dan dinyatakan menang di tiga nomor. Artinya, sudah sempat ada interaksi dengan pemain lain di lapangan. 

Sementara, celah bobol diduga oleh Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga, Gatot S Dewa Broto, terjadi ketika pesawat Turkish Airlines transit di Istanbul. Diduga ada protokol kesehatan yang tidak ketat sehingga penumpang yang sudah tertular COVID-19 malah masih bisa naik pesawat. 

"Harusnya kan tidak boleh terjadi ada penumpang (positif COVID-19) lolos di checking point di Istanbul," kata Gatot di program yang sama. 

Baca Juga: KBRI Inggris Minta All England 2021 Ditunda atau Dihentikan

2. Menlu Retno Marsudi minta agar Dubes RI di Inggris memperjuangkan tim badminton Indonesia

BWF Inggris Tak Wajibkan Atlet Karantina sebelum Laga di All EnglandMenlu Retno Marsudi ketika memberi briefing (Dok. IDN Times/Kemenlu)

Menurut Gatot, Kemenpora tidak puas dengan pernyataan BWF yang tidak bisa melakukan intervensi kebijakan Pemerintah Inggris sehingga pemain Indonesia tak dapat lanjut bertanding. Ia kembali mengingat pada 2015 lalu BWF bisa mengintervensi agar pemain badminton asal Israel, Misha Zilberman bisa bertanding di kejuaraan dunia di Jakarta. Padahal, antara Indonesia dan Israel tak memiliki hubungan diplomatik. 

"Ketika itu atas upaya mediasi dengan Kemlu, pemain itu bisa bertanding di Istora. Tekanan dari BWF ketika itu (kepada Indonesia) luar biasa. Seharusnya, BWF juga bisa dong melakukan tekanan kepada Inggris," ujar Gatot. 

"Dulu kami lelah sekali menghadapi itu, karena di satu sisi harus memenuhi permintaan BWF, di sisi lain kami harus siap-siap bila ada protes dari publik," tutur dia lagi. 

Gatot juga mengatakan bila keputusan Inggris terkait prokes tak bisa diganggu gugat lalu untuk apa masih menyelenggarakan All England. Ia menyarankan agar All England tahun 2022 dibatalkan saja lantaran pandemik masih terus melanda dunia. 

Di sisi lain, kata Gatot, Dubes RI di Inggris telah mendapat amanah dari Menlu Retno Marsudi agar memperjuangkan atlet bulu tangkis Indonesia. Tujuannya agar atlet Indonesia tak diperlakukan secara diskriminatif. 

Sedangkan, Dubes RI untuk Inggris, Desra Percaya, menawarkan tiga opsi kepada otoritas di sana. Pertama, semua atlet Indonesia menjalani tes ulang swab PCR, kedua, turnamen All England dihentikan sementara hingga masa karantina mandiri selesai dan ketiga, turnamen All England 2021 dihentikan. 

3. Prokes turnamen badminton di Thailand wajibkan atlet karantina mandiri dulu

BWF Inggris Tak Wajibkan Atlet Karantina sebelum Laga di All EnglandIlustrasi Temple di Thailand (IDN Times/Dwi Agustiar)

Bila membandingkan protokol kesehatan selama turnamen olah raga yang ada di Thailand, otoritas di sana sangat ketat memberlakukannya. Harian Bangkok Post 1 Januari 2021 lalu melaporkan otoritas Thailand memberlakukan sistem bubble dan dilakukan di ruang tertutup. 

Menteri Pariwisata dan Olahraga Thailand, Phiphat Ratchakitprakarn mengatakan tiga turnamen berskala internasional itu dilakukan dalam lingkungan karantina. Mereka membagi dua hotel untuk tempat menginap bagi atlet dan pelatih serta tim pendukung. 

"Mereka tidak dibolehkan meninggalkan area bubble sebelum 14 hari masa karantina selesai," ujar Menteri Phipat. 

Selama masa karantina, setiap kamar hotel hanya boleh diisi satu orang. Selain itu, saat masa pertandingan semua atlet dan tim pendukung langsung diantar dari arena menuju ke hotel. Tes COVID-19 dilakukan setiap tiga hari sekali. 

Saat dua hari pertama penyelenggaraan, ditemukan tiga kasus positif COVID-19. Lalu, bertambah menjadi tiga kasus lainnya. Otoritas kesehatan di Thailand lalu memutuskan merawat semua individu yang terpapar COVID-19. Sedangkan, turnamen bisa kembali dilanjutkan. 

Baca Juga: Kronologi Indonesia Dipaksa Mundur dari All England

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya