Penampilan Jehad Muntasser bersama Arsenal nyatanya memberikan dampak baginya di tim nasional. Satu menit yang singkat itu sudah cukup membuat namanya tenar di Libia. Ia pun mendapat panggilan telepon dari Al-Saadi Gaddafi, anak ketiga pemimpin tertinggi Libia, Muammar Gaddafi. Al-Saadi mengajak Muntasser bergabung ke Timnas Libia. Pada periode tersebut, Al-Saadi juga memang tengah berkarier sebagai pesepak bola.
Sebelumnya, akibat situasi politik di Libia selama masa kepemimpinan Muammar, Muntasser memang tidak pernah terpikir untuk kembali ke negara asalnya. Namun, ajakan Al-Saadi akhirnya membuatnya berubah pikiran. Ia pun membela Timnas Libia dan menjadi salah satu pemain kunci dalam keberhasilan lolos ke Piala Afrika 2006. Ini merupakan penampilan kedua Libia di Piala Afrika setelah 1982. Bersama Timnas Libia, Muntasser sendiri mengoleksi 10 caps, 2 gol, dan 1 assist.
"Aku mendapat kesempatan untuk bermain di tim utama (Arsenal). Oke, itu mungkin hanya beberapa menit. Namun, Anda bisa membayangkan bagaimana rasanya bagi seorang anak dari Libia, bermain untuk salah satu klub paling tenar di dunia pada usia 19 tahun. Itu luar biasa," kata Muntasser, dilansir Goal.
"Aku bermain bersama tim nasional pada kemudian hari karena pertandingan (bersama Arsenal) tersebut. Meski hanya beberapa menit, aku pikir saat itu aku adalah pemain Arab pertama yang membela klub English Premier League. Jadi, ini bukanlah sebuah hal biasa," tegas Muntasser.
Bagi Jehad Muntasser, kisah singkat bersama Arsenal memang bukanlah sesuatu yang tidak bermakna. Sebagai seseorang yang berasal dari wilayah tanpa tradisi sepak bola yang kuat, itu merupakan sebuah pencapaian yang sangat berharga. Momen tersebut bahkan mengantarnya merealisasikan sebuah mimpi yang rasanya dimiliki semua orang yang bercita-cita menjadi pemain sepak bola profesional, yaitu membela tim nasional.