5 Alasan Mengapa James Hunt Layak Jadi Ikon Formula 1

Hunt merupakan orang yang akan mengatakan apa yang dipikirkannya. Seperti ketika pembalap asal Prancis, Patrick Depailler, mendorongnya hingga ke tembok pada GP Amerika Serikat musim 1976. Hunt yang saat itu cukup kesal, kemudian mengepalkan tangannya setiap kali mobil Tyrrell milik Depailler melewatinya.

Bahkan ketika wawancara usai balapan, Hunt mengatakan bahwa hal yang pertama kali harus dilakukan Depailler adalah belajar cara mengemudi. Kejadian lain adalah ketika ia berhasil menang pada GP Inggris tahun 1976 di sirkuit Brands Hatch.

Kala itu, ia ditanya bagaimana rasanya memenangkan balapan di kandang sendiri. Hunt pun dengan santai berkata bahwa ia mendapatkan sembilan poin, uang senilai $20,000, dan kebahagiaan.

James Hunt mendapat julukan Hunt the Shunt karena gaya membalapnya yang cukup agresif ketika ia mengikuti ajang Formula 3. Ketika promosi ke Formula 1, pembalap asal Inggris tersebut bergabung dengan tim privat, Hesketh, yang saat itu dipimpin oleh Lord Hesketh.

Kebersamaanya dengan Hesketh kala itu terbilang cukup mewah dengan selalu identik dengan champagne, lobster, hingga kaviar. Jelas, hal itu sangat cocok dengan Hunt yang memiliki gaya hidup begitu bebas. Hunt berkata bahwa ia ingin melakukan apa yang ia inginkan dan hidup terlalu singkat untuk mengikuti regulasi.

Hunt sering kali dibandingkan dengan para pembalap Inggris lainnya seperti Jim Clark dan Jackie Stewart. Sebab, kedua orang tersebut merupakan legenda balap yang telah beberapa kali menjadi juara dunia. Sedangkan Hunt sendiri kurang dianggap sebanding dengan mereka berdua.

Padahal, musim debutnya di Formula 1 pada musim 1973 merupakan salah satu debut paling gemilang sepanjang sejarah. Bersama tim Hesketh, ia mampu dua kali meraih podium, yakni pada GP Belanda dan Amerika Serikat. Padahal kala itu, mobil Hesketh miliknya bukanlah salah satu yang terbaik di lintasan.

Film RUSH yang dirilih pada tahun 2013 merupakan kisah dari persaingan antara James Hunt dan Niki Lauda pada musim 1976. Memang, pertarungan keduanya kala itu begitu sengit, namun diluar lintasan mereka saling menghormati dan kerap kali bercanda bersama. Hal tersebut membuat semua orang menyukai keduanya.

Pada musim 1976 tersebut memang sangatlah tak bisa ditebak, Lauda sempat unggul jauh pada paruh pertama musim kemudian mengalami kecelakaan fatal yang hampir merenggut nyawanya pada GP Jerman. Hal tersebut membuat James Hunt semakin menipiskan selisih poin dari Lauda.

Puncaknya ketika seri terakhir di sirkuit Fuji, Jepang, menjadi babak akhir pertarungan mereka. Namun, hujan yang begitu deras membuat Lauda memilih mundur dari balapan, sementara Hunt masih melanjutkan balapan. Ketika balapan hampir berakhir, secara dramatis Hunt mampu finis ketiga sehingga gelar juara dunia menjadi miliknya.

James Hunt memulai debut sebagai komentator pada GP Monaco musim 1980, kala itu ia berduet dengan komentator legendaris, Murray Walker. Hunt yang terkenal blak-blakan dan Murray dengan kata-kata khasnya membuat keduanya begitu disukai para pecinta Formula 1.

Walker mengatakan rekannya itu bisa membaca jalannya balapan dengan sangat baik. Namun, tak jarang juga ia mengatakan hal yang cukup mengejutkan dan tak seharusnya dikatakan oleh seorang komentator. Seperti saat ia menyebut pembalap asal Prancis Jean-Pierre Jarier mempunyai mental seperti anak usia sepuluh tahun.

Dengan berbagai prestasi dan sisi kontroversinya, James Hunt tetaplah menjadi salah satu pembalap Formula 1 terbaik dalam sejarah. Sayang, Hunt telah meninggal dunia pada tahun 1993 lalu.