Liverpool menyelesaikan musim 2018/2019 dengan gemilang. Jordan Henderson dan rekan-rekan finish di peringkat kedua klasemen akhir Liga Primer Inggris. Armada the Reds digdaya di Eropa. Skuat polesan Juergen Klopp keluar sebagai juara Liga Champions.
Sederet momen luar biasa ditunjukkan pasukan Merseyde Merah di berbagai kompetisi. Perjuangan, tangisan, berujung kemenangan. Apa saja aksi luar biasa tersebut? Simak ulasan berikut ini.
Sebagai runner up Liga Champions musim 2017/2018, Liverpool berstatus unggulan di kompetisi yang sama, musim berikutnya. Fakta demikian membuat the Reds berada di grup maut. Pasukan Merseyde Merah tergabung di Grup C.
Dalam kelompok tersebut ada Paris Saint Germain, Napoli, dan Red Star Belgrade. Cukup berat perjalanan Liverpool di fase penyisihan grup ini. Hingga matchday kelima, the Kop masih bertengger di peringkat ketiga klasemen sementara.
Mohamed Salah cs butuh kemenangan minimal 1-0 pada laga pamungkas kontra Napoli. Berkat dukungan pendukung di Anfield, the Reds mampu mewujudkan asa tersebut. Hingga akhir matchday keenam, Liverpool baru bisa memastikan satu tempat di babak 16 besar.
Siapa sangka, pada tahapan selanjutnya si merah tak tertahankan hingga menjadi juara.
Liverpool berstatus underdog saat bertemu Barcelona pada semi final Liga Champions musim 2018/2019. Berbekal amunisi kelas wahid, Barca datang dengan status juara La Liga Spanyol. Pada leg pertama di Cam Nou, the Reds tak berdaya. Lionel Messi dan rekan-rekan menghajar wakil Inggris itu, tiga gol tanpa balas.
Pasukan Juergen Klopp pulang dengan tangan hampa. Melalui wawancara media, mereka menjanjikan keajaiban. Menjelang leg kedua berlangsung, Liverpool dihantam badai cedera. Ada tiga penggawa langganan starting xi dipastikan absen. Mereka adalah Roberto Firmino, Mohamed Salah, dan Naby Keita.
Dengan amunisi tersisa, Klopp membuat perubahan. Khusus di lini depan, ia memasukkan Xherdan Shaqiri dan Divock Origi, menggantikan Salah-Firmino. Hasilnya terasa signifikan. Dua gol Origi bersarang di gawang Marc-Andre ter Stegen. Hasil akhir Liverpool membantai Barca 4-0 di Stadion Anfield. Otomatis the Reds lolos ke final lantaran unggul agregat 4-3.
Kurang beruntung. Demikian situasi yang dialami Liverpool pada ajang Liga Primer Inggris musim 2018/2019. Armada the Reds gagal menjadi jawara kompetisi terelit Negeri Ratu Elisabeth. Penantian nyaris tiga dekade belum terbayar lunas.
Semua sudah diberikan. Virgil van Dijk dan rekan-rekan tampil spartan, menyerang, berlari, bertahan, bak sekumpulan gladiator di medan perang. Mereka menunjukkan konsistensi hasil positif. Dari 38 laga, Liverpool meraih 30 kemenangan dan tujuh imbang. Anak-anak kota pelabuhan hanya sekali mengalami kekalahan.
Tapi apa mau dikata. Manchester City, sedikit lebih baik dari skuat Merseyde Merah. City menjadi jawara dengan koleksi 98 poin. The kop di posisi kedua, mengantongi 97 angka. Meski demikian, James Milner cs tetap membuat rekor baru. Itu poin tertinggi dalam sejarah klub tersebut, sepanjang keikutsertaan di kompetisi Liga Inggris.
Lagi-lagi hanya Manchester City yang sedikit menjinakkan Liverpool pada musim 2018/2019. Ini konteksnya pada ajang Liga Primer Inggris. Nyaris semua lawan yang merupakan peserta papan atas, dibabat habis. Melawan Chelsea, the Reds meraih satu kemenangan dan sekali imbang.
Demikian juga ketika bertemu Manchester United dan Arsenal. Tottenham Hostpur lebih parah lagi. Dalam dua pertemuan, the Kop berjaya atas Spurs. Masing-masing dengan skor 2-1.
Fakta demikian menunjukkan peningkatan kualitas Liverpool. Hingga akhirnya tim tersebut finish di peringkat kedua klasemen akhir domestik, dan menjadi kampiun di Eropa.
Sebuah akhir manis bagi Liverpool. Setelah sempat kecewa karena gagal menjuarai Liga Primer Inggris, the Reds menyudahi musim 2018/2019 dengan menyabet trofi bergengsi lainnya.
Andrew Robertson dan rekan-rekan menjadi kampiun Liga Champions. Pada partai final, skuat Merseyde Merah menumbangkan Tottenham Hotspur, dua gol tanpa balas. Keenam kalinya Liverpool mendapatkan trofi kompetisi terelit benua biru. Pasukan kota pelabuhan hanya kalah dari AC Milan (7), dan Real Madrid (13).
Si merah menunjukkan kematangan mental ketika mentas di Eropa. Melalui perjalanan super sulit, Jordan Henderson dan rekan-rekan, akhirnya berjaya. Era Liverpool baru saja dimulai. Soal konsistensi di level tertinggi, mereka ingin menyamai level Madrid dan Barcelona. Demikian pernyataan para penggawa The Kop usai berpesta di Wanda Metropolitano.