Menilik Kembali Perjalanan Karier 'Si Koki Kecil', Javier Mascherano

Gracias, Masche!

Sedih, itulah yang dirasakan seluruh anggota skuat Argentina saat ini. Penyebabnya tentu saja adalah kegagalan mereka melaju ke babak perempat final setelah kalah tipis 4-3 dari Prancis dalam partai hidup mati di Kazan Arena pada Sabtu (30/6) petang waktu setempat kemarin.

Dalam laga 16 besar tersebut, barisan belakang La Albiceleste porak poranda. Meski menguasai 61% penguasaan bola, sekali serangan balik cepat yang digawangi Antoine Griezmann - Kylian Mbappe dijamin langsung memecah belah tembok pertahanan tim asuhan Jorge Sampaoli tersebut.

Gugur di fase gugur pun menjadi pencapaian terburuk sejak gagal di penyisihan grup Piala Dunia 2002. Semakin ironis ketika mengingat bahwa Lionel Messi dan kawan-kawan berstatus sebagai finalis Piala Dunia edisi terakhir yang diselenggarakan Brasil.

1. Javier Mascherano langsung umumkan pensiun dari timnas usai laga kontra Prancis

Menilik Kembali Perjalanan Karier 'Si Koki Kecil', Javier MascheranoFIFA.com

Kesedihan ini bahkan membuat salah satu penggawa veteran, Javier Mascherano, langsung memutuskan pensiun dari timnas Argentina. Hal itu disampaikan langsung sang pemain dalam wawancara dengan stasiun televisi DeporTV hanya sesaat setelah pertandingan selesai.

"Bagi diriku pribadi, ini semua (bermain untuk timnas Argentina) sudah selesai. Mulai dari sekarang, aku hanya seorang pendukung biasa," tuturnya dalam bahasa Spanyol seperti yang terlihat dalam video unggahan akun Twitter milik DeporTV @canaldeportv.

Sosok berusia 34 tahun itu agaknya memang sadar bahwa usia amat berpengaruh pada performanya di lapangan. Menghadapi barisan pemain muda Prancis yang jauh lebih enerjik, pemain berposisi gelandang tersebut terlihat kerap keteteran dalam membantu pertahanan.

2. Sempat singgah di Brasil dan Inggris, Mascherano mendulang sukses bersama Barcelona

Menilik Kembali Perjalanan Karier 'Si Koki Kecil', Javier Mascheranodailymail.co.uk

Keputusan pensiun dari timnas telah menutup satu kisah perjalanan karir Masche yang gemilang. Di tahun pertama debut sebagai pemain profesional bersama River Plate, dirinya langsung merengkuh trofi turnamen Clausura musim 2003-04. Puas di Argentina, Brasil jadi persinggahan berikutnya. Meski hanya dua tahun bersama Corinthians, gelar Serie A berhasil dipersembahkan.

Tampil moncer di Amerika Selatan membuat West Ham United tertarik meminjamnya. Dengan antusias Masche menyeberangi Atlantik menuju Premier League yang keras, namun ternyata dia kesulitan menembus tempat utama. Setelah melalui proses yang rumit lagi melelahkan, The Hammers melepasnya dengan status pinjaman ke Liverpool pada jeda transfer musim dingin 2006-07.

Rafael Benitez, manajer waktu itu, langsung memberi satu tempat utama kepada Masche. Penampilan yang tenang di lapangan kontan mengundang decak kagum, apalagi usianya waktu itu baru 23 tahun. Sayang, tiga musim di Anfield berlalu tanpa sebiji trofi.

Masuknya Roy Hodgson sebagai pengganti Benitez pada pertengahan 2010 membuatnya terdepak. Barcelona tanpa pikir panjang langsung menyodorkan kontrak. Bersama Blaugrana-lah Masche merajai dunia. Lima gelar La Liga, lima trofi Copa Del Rey, dua kali juara Liga Champions dan sepasang piala FIFA Club World Cup menghiasi daftar curriculum vitae-nya.

Setelah tujuh setengah musim berseragam biru-merah, petualangan ayah dari dua anak ini berlanjut ke daratan Tiongkok. Klub Hebei China Fortune merekrutnya pada awal tahun 2018 sebagai bagian dari perjalanan mereka mengarungi kompetisi Chinese Super League.

3. Bergelimang trofi di level klub, Masche tak mampu meraih apapun bersama "La Albiceleste"

Menilik Kembali Perjalanan Karier 'Si Koki Kecil', Javier MascheranoLa Cuarta

Seperti yang banyak orang ketahui, perjalanan Mascherano bersama timnas memang tidak berbanding lurus dengan apa yang diraih di level klub. Tampil sebanyak 143 kali dan mencetak 3 gol, tidak ada satu gelar mayor pun yang mampu dirasakannya sejak menjadi bagian dari La Albiceleste sejak tahun 2003 silam.

Hanya ada dua medali emas di ajang cabang olah raga Olimpiade Musim Panas 2004 dan 2008 menghiasi lemari. Namun jika menilik fakta bahwa ajang tersebut sejatinya diperuntukkan bagi tim level U-23, maka karir Masche bisa dibilang belumlah sempurna.

Di ajang regional Amerika Selatan, Copa America, Masche hanya sanggup meraih status runner-up yakni di edisi 2004, 2007, 2015 dan 2016. Ironisnya, dalam dua edisi yang disebut terakhir, mereka kalah dari ChilI dengan cara yang sama persis yakni adu penalti.

Predikat "hanya finalis" rupanya menular di Piala Dunia 2014. Di partai puncak, mereka ditekuk Jerman melalui sebiji gol Mario Goetze pada babak perpanjangan waktu. Alhasil, Masche merasakan pahitnya tak mampu meraih trofi yang sudah di depan mata dalam tempo tiga tahun beruntun.

4. Berkat kemampuannya di lapangan, Mascherano dijuluki "El Jefecito"

Menilik Kembali Perjalanan Karier 'Si Koki Kecil', Javier MascheranoFIFA.com

Di lapangan, Mascherano adalah sosok penyeimbang. Tajam saat membantu lini depan dan kokoh dalam bertahan, umpan-umpannya pun akurat. Dirinya pun dikenal lugas tanpa basi-basi langsung menjegal pemain lawan yang berusaha menusuk. Hal paling mencolok dari pemain berkepala plontos ini adalah kemampuannya membaca permainan.

Berbekal skill mumpuni nan komplit, Masche menjelma sebagai seorang dirigen dan pemimpin. Bak sebuah pertunjukan orkestra, "musik dan irama" di lapangan selalu bermula dari kakinya. Beberapa orang bahkan memberi julukan El Jefecito, si koki kecil. Tanpa mengecilkan peran pelatih, dialah sang peracik sesungguhnya dari rasa skuat Si Biru Langit selama beberapa tahun terakhir.

Meminjam istilah dari kalangan pandit, Masche telah memenuhi segala persyaratan menjadi pemain versatile, yakni mampu melakoni peran apapun (kecuali menjadi kiper tentu saja).

Mantan rekannya di Liverpool, Xabi Alonso, pernah mengatakan bahwa Masche jarang berlaku gegabah saat menguasai bola. Sementara Rafael Benitez memberi gambaran singkat, padat dan jelas perihal siapa dia di lapangan: "Mascherano itu monster!"

Pensiun dari timnas selalu menjadi lembar-lembar penutup dari catatan perjalanan seorang pemain. Dan hal itu pula yang kini dirasakan Mascherano. Dan Piala Dunia 2018 menjadi ajang internasional terakhirnya. Seorang koki memang boleh pensiun, namun makanan hasil kreasinya akan selalu dikenang oleh semua orang yang pernah mencicipinya. Gracias, Masche!

Achmad Hidayat Alsair Photo Verified Writer Achmad Hidayat Alsair

Separuh penulis, separuh orang-orangan sawah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani
  • Indra Zakaria
  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya