Mengintip UEFA Nations League A 2018/19, Ajang Pertemuan Para Raksasa

Siapkah Prancis lanjutkan performa gemilang?

UEFA Nations League resmi diputar pada Kamis (6/9) nanti. Atensi media jelas terserap kepada Liga A sebagai divisi teratas yang berisi seluruh timnas papan atas Eropa. Duel sengit antara Jerman kontra Prancis jadi pembuka musim 2018/19. Sebanyak 12 tim yang terbagi dalam 4 grup bakal berjuang menjadi juara kompetisi yang baru pertama kali dihelat.

Babak penyisihan bakal berlangsung mulai 6 September hingga 20 November mendatang. Masing-masing kesebelasan yang finis sebagai juara grup bakal lakoni babak empat besar pada 5-9 Juni 2019. Sementara empat terbawah terdegradasi ke Liga B.

Turnamen ini pun sejatinya patut diseriusi. Aturan UEFA menyebut jika performa di Liga akan berpengaruh pada kualifikasi Piala Eropa 2020. Alhasil, keluhan tentang "laga uji coba internasional tidak penting" sudah terseleisaikan. Berikut ini disajikan profil singkat keempat grup Liga A seperti dihimpun dari berbagai sumber.

1. Grup 1: Nah, ini dia grup neraka!

Mengintip UEFA Nations League A 2018/19, Ajang Pertemuan Para RaksasaFIFA.com

Pengisi: Jerman, Prancis, Belanda

Dari seluruh grup di Liga A, grup inilah yang paling sengit. Seluruh pengisinya adalah tim-tim dengan reputasi mentereng tak hanya di kancah Eropa, tapi juga dunia. Setiap laga berlabel "big match", duel para gergasi.

Manuel Neuer cs mungkin sedang jelek-jeleknya. Gagal total di Piala Dunia kemarin, Der Panzer mesti menyelamatkan reputasinya di ajang ini. Joachim Loew pun berani bertaruh banyak, meski dirinya sadar para calon lawan bukan "tim kacangan".

Rasa diri Prancis tengah membumbung tinggi. Merekalah sang juara dunia, sinonim dari status adalah sebelas orang terbaik di kancah sepak bola saat ini. Layaklah khalayak menjagokan Les Blues sebagai kandidat juara musim perdana Nations League.

Belanda memang gagal lolos ke dua turnamen mayor secara beruntun. Ronald Koeman, sang pelatih baru, dituntut untuk membuktikan jika De Oranje masih bertaji. Namun, keputusan kembali memanggil beberapa pemain uzur patut dipertanyakan.

2. Grup 2: Saat yang tepat untuk Belgia?

Mengintip UEFA Nations League A 2018/19, Ajang Pertemuan Para RaksasaFIFA.com

Pengisi: Belgia, Swiss, Islandia

Juara tiga Piala Dunia 2018 tergabung bersama Swiss dan Islandia. Di atas kertas, Belgia memang lebih diunggulkan. Tapi tak menutup kemungkinan kejutan bakal hadir. Dua tim lain setia dengan status "kuda hitam".

Dengan darah-darah muda, masa depan De Rode Duivels terbentang cerah. Roberto Martinez memiliki banyak pilihan dengan kualitas merata. Beberapa pemain senior pun masih mampu bermain penuh, tandingi energi meledak-ledak khas bocah.

Kerap luput dari perhatian, Swiss sebenarnya menyimpan potensi yang sama dengan Belgia. 9 dari 24 pemain pilihan Vladimir Petkovic berusia di bawah 25 tahun. Salah satunya ialah Breel Embolo, penyerang yang tengah naik daun bersama Schalke 04.

Islandia boleh saja pulang terlalu cepat dari Rusia kemarin. Akan tetapi, Strákarnir okkar alias "Anak-anak kami" dikenal dengan serudukan tiba-tiba kepada sang lawan. Menarik untuk menunggu racikan taktik sang pelatih baru, Erik Hamren, mantan pelatih timnas Swedia.

3. Grup 3: Masih diselimuti masalah

Mengintip UEFA Nations League A 2018/19, Ajang Pertemuan Para RaksasaTwitter.com/FIGC

Pengisi: Portugal, Italia, Polandia

Boleh saja grup ini berisi kesebelasan dengan materi pemain mumpuni. Akan tetapi, fakta-fakta malah berbalik 180 derajat jika berbicara tentang kualitas secara keseluruhan. Termasuk enteng? Entahlah. Yang jelas, aman berasumsi jika Portugal dan Italia pantas jadi unggulan.

Harus diingat, Selecao das Quinas adalah juara bertahan Piala Eropa. Namun, Fernando Santos membuat publik mengerinyitkan dahi dengan tak menyertakan Cristiano Ronaldo. Apakah usaha mereduksi ketergantungan kepada CR7 sudah dimulai?

Italia kembali terjebak pada performa angin-anginan. Beban di pundak Roberto Mancini, yang mengambil alih kursi kepelatihan pada bulan Mei, semakin berat. Minim gol pada tiga partai uji coba terakhir, Mario Balotelli pun dipanggil sebagai solusi mandulnya sektor depan.

Polandia? Sulit melihat Robert Lewandowski cs bisa berbuat banyak di tengah kepungan raksasa. Ekspektasi publik urung terbayar lunas. Dipenuhi individu dengan kualitas mumpuni sekali pun, Si Elang kerap susah berbicara banyak di ajang internasional.

4. Grup 4: Tak lagi disebut "kacangan"

Mengintip UEFA Nations League A 2018/19, Ajang Pertemuan Para RaksasaFIFA.com

Baca Juga: Catat! Ini Dia Jadwal Lengkap UEFA Nations League A 2018/19

Pengisi: Spanyol, Inggris, Kroasia

Grup 4 juga layak dijuluki "grup neraka". Capaian Inggris dan Kroasia di Piala Dunia terakhir mengubah total persepsi publik. Jalan terjal musti dilalui Spanyol jika ingin memulihkan kejayaan era 2008-2012. Tak tanggung-tanggung, partai keras kontra The Three Lions pada 8 September mendatang jadi debut Luis Enrique sebagai entrenador.

Para Singa Muda sukses melepas predikat "olokan". Gareth Southgate mengembalikan tim asuhannya pada trah sejati. Momentum berpihak pada Harry Kane beserta kolega. Akan tetapi, mereka harus mencari jenderal di lapangan tengah. Ketiadaan pengatur suplai bola timbulkan ruang antara sektor belakang dan depan.

Kroasia adalah tim yang sukes mengeksploitasi habis-habisan kelemahan Inggris tersebut. Vatreni punya Ivan Rakitic - Luka Modric, duet gelandang terbaik saat ini. Mobilitas, visi bermain, dan umpan akurat hanya sebagian kecil dari daftar kemampuan mereka. Zlatko Dalic selaku peracik strategi pun dijamin belajar banyak dari kegagalan di final Piala Dunia kemarin.

Achmad Hidayat Alsair Photo Verified Writer Achmad Hidayat Alsair

Separuh penulis, separuh orang-orangan sawah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya