Memperkuat timnas di ajang sebesar Piala Dunia tentu menjadi kebanggaan bagi banyak pemain. Lantas, bagaimana jika seseorang dapat bertanding tidak hanya sebagai pesepak bola, tetapi juga pelatih?
Nah, di Piala Dunia 2022 Qatar, ada sejumlah alumnus Piala Dunia yang sekarang ditunjuk menukangi negara peserta. Kebanyakan memang melatih timnas tanah airnya sendiri, tetapi ada juga yang membesut negara lain.
Siapa saja alumnus Piala Dunia yang jadi pelatih di Piala Dunia 2022?
Aliou Cisse adalah kapten timnas Senegal yang tampil mengejutkan di Piala Dunia 2002. Kala itu, mereka berhasil mengalahkan juara bertahan Prancis pada fase grup. Tim berjuluk Lions of Teranga akhirnya melangkah hingga babak delapan besar sebelum dihentikan Turki.
Setelah pensiun, Cisse ditunjuk menangani Timnas Senegal U-23 pada 2013. Hanya 2 tahun di kelompok usia, ia diangkat menukangi Timnas Senegal. Sukses menjuarai ajang Piala Afrika 2021, mampukah Cisse mengantarkan Sadio Mane dkk melangkah jauh di Qatar?
Gareth Southgate bermain untuk Timnas Inggris pada 1995—2004. Mengecap 57 penampilan bersama negaranya, ia menjadi bagian Three Lions saat berlaga di Euro 1996, Piala Dunia 1998, dan Euro 2000. Sayangnya, semua ajang tersebut berujung dengan kegagalan.
Setelah gantung sepatu, ia sempat membesut Middlesbrough sebelum ditarik menjadi pelatih Inggris U-21 pada 2013. Sekitar 3 tahun kemudian, Southgate diangkat memimpin Timnas Inggris.
Selama masih menjadi pemain, Gregg Berhalter pernah tampil di dua edisi Piala Dunia bersama Timnas Amerika Serikat. Ia memainkan peran penting untuk negaranya di Piala Dunia 2002. Namun, pada edisi 2006, Berhalter cuma menjadi penghangat bangku cadangan.
Gantung sepatu, Berhalter memutuskan menjadi pelatih. Sempat menukangi sejumlah klub lokal, ia ditunjuk melatih Timnas Amerika Serikat pada 2018 dan sukses menjuarai CONCACAF Gold Cup 2021. Di Piala Dunia 2022, negaranya satu grup dengan Inggris, Wales, dan Iran.
Di level klub, Lionel Scaloni sempat membela sejumlah tim Eropa, seperti Lazio dan Deportivo La Coruna. Namun, ia cuma mencatatkan tujuh caps bersama Timnas Argentina. Dari 7 laga tersebut, 1 dibuatnya saat Tim Tango mengalahkan Meksiko di Piala Dunia 2006.
Sempat menjadi asisten pelatih di Sevilla, ia ditarik menjadi asisten pelatih Timnas Argentina dan akhirnya ditunjuk sebagai kepala pelatih sejak 2018. Setelah menjuarai Copa America 2021, ia diharapkan bisa mengantarkan Lionel Messi dkk memenangi Piala Dunia 2022.
Didier Deschamps menjadi satu dari sedikit orang yang sukses menggondol Piala Dunia sebagai pemain dan pelatih. Ia adalah kapten Timnas Prancis saat juara Piala Dunia 1998. Sekitar 2 dekade kemudian, Deschamps menjadi juru taktik Les Blues ketika merebut Piala Dunia 2018.
Setelah gagal di Euro 2020, Deschamps dituntut memberikan prestasi lebih bagi negaranya di Piala Dunia 2022. Dengan absennya pemain berpengalaman seperti Paul Pogba dan N'Golo Kante, ia berharap tuah dari bintang muda Paris Saint-Germain, Kylian Mbappe.
Siapa yang tidak kenal Luis Enrique? Ia adalah mantan pemain top Timnas Spanyol. Bekas gelandang Real Madrid dan Barcelona itu turut menjadi bagian negaranya di Piala Dunia 1994, 1998, dan 2002. Ia membuat total 62 caps untuk Tim Matador dan mencetak 12 gol.
Pensiun sebagai pemain, Enrique sempat melatih Barcelona dan menghadirkan banyak trofi, termasuk Liga Champions Eropa 2014/2015. Sejak 2018, ia diangkat menjadi pelatih Timnas Spanyol. Pada Piala Dunia 2022, negaranya satu grup dengan Jerman.
Dragan Stojkovic membuat 84 caps untuk Timnas Yugoslavia. Selain Euro dan Olimpiade, mantan pemain Marseille itu juga turut merasakan atmosfer Piala Dunia 1990 dan 1998. Pada 1990, ia membuat dua gol kemenangan Yugoslavia atas Spanyol pada babak 16 besar.
Karier kepelatihan Stojkovic dimulai pada 2008 saat menukangi Nagoya Gampus. Sempat melatih Guangzhou R&F, ia diangkat menjadi juru taktik Timnas Serbia pada 2021. Ia membawa Serbia lolos ke Qatar setelah menang 2-1 atas Portugal pada laga terakhir fase grup.
Rigobert Song adalah mantan bek ternama Kamerun. Ia tampil di Piala Dunia 1994, 1998, 2002, dan 2010. Pada 1994, Song yang baru 17 tahun menerima kartu merah saat melawan Brasil, sekaligus pemain termuda yang diusir keluar lapangan sepanjang sejarah Piala Dunia.
Pensiun pada 2010, Song kembali bersama negaranya, tetapi kali ini sebagai pelatih. Diawali dari kelompok umur, ia akhirnya membesut Timnas Kamerun pada Februari 2022. Di Piala Dunia 2022, Song akan kembali bersua Tim Samba pada babak penyisihan grup.
Lahir di Jerman, Otto Addo memilih membela Timnas Ghana. Ia turut ambil bagian dalam gelaran Piala Dunia 2006. Saat itu, Addo bermain dalam kemenangan Ghana atas Republik Ceko dan Amerika Serikat, sekaligus membawa negaranya lolos dari penyisihan grup bersama Italia.
Sempat menjadi asisten pelatih Borussia Dortmund, ia diangkat sebagai pelatih interim Timnas Ghana pada Februari 2022. Addo sukses mengantarkan negaranya lolos ke Piala Dunia 2022 setelah menyingkirkan Nigeria di play-off dan akhirnya ditunjuk menjadi pelatih tetap.
Paulo Bento pertama kali membela Timnas Portugal dalam laga melawan Spanyol pada Januari 1992 silam. Sempat gagal lolos ke Piala Dunia 1994 dan 1998, ia akhirnya mencicipi gelaran Piala Dunia 2002. Sayangnya, langkah A Selecao kala itu harus terhenti di penyisihan grup.
Selepas gantung sepatu, Bento sempat melatih negaranya dan tampil di Piala Dunia 2014. Setelah membesut sejumlah klub, ia kembali menukangi timnas, kali ini Korea Selatan. Son Heung Min dan kolega diantarkannya lolos ke Piala Dunia 2022 dan satu grup dengan Portugal.
Atmosfer bertanding di Piala Dunia sebagai pemain dan pelatih tentu saja berbeda. Menarik ditunggu apakah mereka mampu berbicara banyak di Qatar atau tidak.