Kelamnya Masa Kecil Dejan Lovren yang Diangkat ke Film Dokumenter

Berbagai kesulitan hidup ia alami sejak masih anak-anak

Perang dan konflik sejenis masih terus terjadi hingga sekarang. Dilatarbelakangi beragam alasan, entah itu politik atau perbedaan kepentingan, perang membawa banyak kesengsaraan. Masyarakat tidak menginginkan adanya perang yang berkecamuk di tempat tinggal mereka.

Para pemain sepak bola juga tak luput akan hal itu. Meski kehidupannya saat ini cukup mapan, terselip perjuangan yang berat demi bisa bertahan pada masa lalu. Salah satu pemain yang pernah menjadi korban perang adalah Dejan Lovren. Di usianya yang masih belia, ia harus mengungsi demi bisa bertahan hidup.

1. Masa kecil Lovren diwarnai dengan Perang Bosnia

Kelamnya Masa Kecil Dejan Lovren yang Diangkat ke Film DokumenterDejan Lovren saat membela Zenit St. Petersburg (twitter.com/fczenit_en)

Lovren lahir dan besar di wilayah yang rawan konflik militer. Ia berasal dari sebuah desa kecil bernama Kraljeva Sutjeska di Kota Zenica (kini berada di Bosnia-Herzegovina). Semua pada awalnya berjalan normal hingga Lovren memasuki usia tiga tahun pada 1992 silam.

Malapetaka muncul dengan pecahnya Perang Bosnia. Perang ini berakar dari perbedaan kepentingan antara etnis Bosnia dan Serbia yang berlangsung dari tahun 1992 hingga 1995 serta memakan korban hingga 100 ribu jiwa. Keluarga Lovren terjebak dalam zona konflik.

Suasana makin mencapai puncaknya. Ledakan bom terus terdengar di desa tempatnya tinggal. Lovren juga harus kehilangan sang paman yang tewas dibunuh oleh pihak musuh. Ia beserta keluarganya terpaksa bersembunyi di ruangan bawah tanah.

2. Melarikan diri ke Jerman bersama keluarganya demi kehidupan yang lebih baik 

Kelamnya Masa Kecil Dejan Lovren yang Diangkat ke Film DokumenterDejan Lovren saat membela Liverpool (twitter.com/LFC)

Bertahan diri tanpa kejelasan di zona konflik membuat keluarga Lovren memikirkan opsi lain. Alhasil, mereka memutuskan untuk nekat kabur dari rumah demi menghindari peperangan yang belum tau kapan berakhirnya.

Lovren dibawa ke Jerman, tepatnya ke Kota Munich sejauh 804 kilometer menggunakan mobil orang tuanya selama 17 jam. Karena mendesak, orang tua Lovren tidak sempat mengamankan dokumen penting yang bisa mengizinkan mereka tinggal secara permanen di Jerman.

Di Munich, Lovren mengungsi ke tempat tinggal kakek dan neneknya yang sudah menetap lama di Jerman. Ia dan orang tuanya mengungsi di Munich selama tujuh tahun, tetapi bukan tanpa kesulitan.

Baca Juga: Gangguan Pussy Riot di Final Piala Dunia Bikin Geram Dejan Lovren

3. Kehidupan di Jerman tak berlangsung nyaman karena masalah keterbatasan izin tinggal

Kelamnya Masa Kecil Dejan Lovren yang Diangkat ke Film DokumenterDejan Lovren saat membela Olympique Lyon (instagram.com/ol)

Lovren dan keluarganya sulit beradaptasi di Jerman. Selain masalah bahasa yang jauh berbeda, izin tinggal juga menjadi kendala lain. Karena tidak membawa dokumen pengungsian sewaktu melarikan diri, mereka dianggap sebagai pengungsi tidak resmi alias ilegal.

Setiap enam bulan sekali, orang tuanya, Sasa dan Silva Lovren, harus mengurus perpanjangan izin tinggal agar bisa bertahan lama di Jerman. Sering kali mereka mengalami masa-masa sulit akibat krisis uang dan harus menjual barang demi bisa bertahan hidup.

Namun, berstatus sebagai pengungsi tidak membuat Lovren kehilangan pendidikan. Lovren menuntut ilmu selama tiga tahun di taman kanak-kanak bersama anak-anak pengungsi dari negara lainnya dan empat tahun di bangku sekolah dasar.

4. Pindah ke Kroasia dan memulai kehidupan yang baru  

Kelamnya Masa Kecil Dejan Lovren yang Diangkat ke Film DokumenterDejan Lovren (instagram.com/dejanlovren6)

Lovren tinggal di Jerman selama tujuh tahun. Di saat usianya beranjak sepuluh tahun, Lovren beserta orang tuanya dideportasi ke Kroasia lantaran masalah dokumen izin tinggal yang tidak terverifikasi. Mereka menetap di sebuah kota di barat daya Kroasia, yaitu Karlovac.

Kembali pindah ke tempat lain menghadirkan masalah baru baginya. Lovren mengaku saat baru pindah ke Kroasia, ia sulit beradaptasi dengan bahasa sebab sudah terbiasa menggunakan bahasa Jerman.

‘’Saya berbicara bahasa Jerman, dan saat tiba di Kroasia, saya membutuhkan waktu dua tahun untuk mempelajari semuanya lagi. Itu sulit karena kamu tahu, ketika kamu masih kecil, anak-anak lain menertawakan kamu atas hal-hal seperti itu,’’ ujar Lovren dilansir The Guardian.

Di kota ini, Lovren menghabiskan masa-masa menuju remaja. Ia juga bergabung dengan beberapa klub sepak bola lokal, seperti NK Karlovac dan NK Ilovac. Berkat kerja kerasnya, Lovren mendapatkan kontrak profesional dari klub elite Kroasia, Dinamo Zagreb, pada tahun 2004.

5. Kisah masa kecilnya diabadikan menjadi sebuah film dokumenter 

https://www.youtube.com/embed/yKzP_9_xFs0

Atas perjuangannya demi bertahan hidup di situasi sulit saat masih belia, kisah Lovren diabadikan menjadi film dokumenter. Film ini berjudul Lovren: My Life As A Refugee yang diproduksi oleh mantan klubnya, Liverpool. Film ini tayang perdana pada tahun 2017 dan bisa ditonton via media sosial resmi klub.

Dalam film ini, Lovren membagikan pengalamannya menjadi seorang pengungsi yang hidup dalam ketidakpastian. Ia juga berharap bahwa perang bisa hilang di dunia agar mereka yang tidak berdosa tidak menjadi korban.

“Itu bukan salah mereka (pengungsi). Mereka berjuang untuk hidup dan mendapatkan tempat tinggal yang aman. Saya mengalami semua ini dan saya tahu bagaimana rasanya. Beri mereka kesempatan. Kamu dapat melihat siapa orang-orang baik dan siapa yang tidak,” ujar Lovren dikutip dari GOAL.

Dejan Lovren tak menjalani masa kecil selayaknya anak-anak yang lain. Kehidupannya sulit akibat perang yang pecah serta harus beberapa kali pindah tempat tinggal. Meski begitu, Lovren punya semangat yang kuat dan kini telah dikenal luas oleh banyak orang.

Baca Juga: Kisah Benito Mussolini, Diktaktor Fasis Italia Perang Dunia II

Alvin Pratama Photo Verified Writer Alvin Pratama

@alvnprtm21

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya