Memphis Depay, Warisan Ghana, dan Retaknya Hubungan dengan Sang Ayah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Memphis Depay dikenal luas di dunia sepak bola. Meski kariernya tak selalu mulus, ia tetap konsisten berkompetisi di liga top Eropa.
Apa yang ia raih saat ini merupakan hasil kerja kerasnya pada masa lalu. Memphis tak mendapatkan semuanya secara instan. Bahkan, sejak belia, ia terbiasa dengan kehidupan yang keras sebab ditinggal oleh sang ayah.
1. Lahir di Belanda, Memphis punya garis keturunan Ghana dari sang ayah
Memphis Depay selalu lekat dengan Belanda. Ia lahir di negara ini, tepatnya di sebuah kota kecil bernama Moordrecht, pada 13 Februari 2008. Kota ini cenderung dihiasi halaman luas untuk kegiatan ternak dibandingkan perkotaan pada umumnya.
Meski seluruh hidupnya dihabiskan di Belanda, Memphis juga punya keturunan Ghana. Ia merupakan anak dari pasangan campuran Ghana/Belanda.
Sang ayah, Dennis Depay, merupakan penduduk Ghana yang mengungsi ke Belanda saat Memphis belum lahir. Sedangkan, ibunya, Cora Schensema, merupakan seorang warga Belanda yang bekerja di sekolah khusus pelayaran.
Dilansir The Athletic, orangtua Memphis bertemu untuk pertama kalinya di stasiun kereta api di Rotterdam, Belanda. Hubungan keduanya makin dekat sampai memutuskan untuk menikah 7 tahun berselang.
2. Ditinggal sang ayah sejak belia
Konflik rumah tangga menyelimuti keluarga Memphis. Sang ayah ternyata sudah pernah menikah dan memiliki dua anak di Ghana sebelum mengungsi ke Belanda. Alhasil, saat Memphis berusia 3 tahun, ayahnya memutuskan untuk berpisah dengannya.
Orangtua Memphis bercerai dan hak asuh anak jatuh kepada ibunya. Memphis ditinggal sang ayah yang pergi ke Gouda, kota yang tak jauh dari kampung halaman Memphis. Namun, keduanya jarang bertemu lagi sejak saat itu.
Tumbuh tanpa kehadiran seorang ayah merupakan kenangan yang sulit baginya. Memphis meluapkan segala kekesalannya terhadap perlakuan sang ayah melalui tato. Ia membuat tato singa di belakang tubuhnya yang menandakan petualangan hidup Memphis layaknya singa di alam bebas.
"Aku selalu merasa dibesarkan di hutan. Aku selalu berada di luar dan telah melewati masa-masa sulit. Singa itu untukku, 'raja hutan', dan aku selalu tetap berdiri meski berat," kata Memphis dikutip Mirror.
Baca Juga: 6 Pencetak Gol Terbanyak Belanda Sepanjang Masa, Memphis Depay Melejit
3. Masa kecil Memphis berjalan rumit dan penuh kekerasan
Editor’s picks
Beranjak usia 8 tahun, ibu Memphis memutuskan untuk menikah lagi. Mereka pindah ke rumah baru bersama sepuluh anak dari ayah tiri. Alih-alih bisa mendapatkan perlakuan yang baik, Memphis justru dianiaya saudara-saudaranya.
Melalui autobiografi yang ia tulis berjudul "Heart of a Lion", Memphis menceritakan pengalaman pahit tersebut. Ia dianiaya secara fisik, seperti berkelahi, diancam menggunakan pisau, hingga telinganya dijepit tang. Memphis juga kerap diejek dengan sebutan monyet.
Semua perlakuan yang ia terima berdampak buruk bagi Memphis. Sikapnya yang cenderung ceria berubah menjadi temperamental. Memphis kerap bertengkar dengan siswa lain di sekolahnya. Ia bahkan harus pindah sekolah dua kali.
Sikapnya mulai bisa terkendali dari waktu ke waktu. Memphis diasuh kakek dan neneknya serta mendapatkan lagi arti kebahagiaan di sana. Bersama mereka, kehidupan Memphis kembali berwarna. Ia juga mulai mengembangkan bakatnya di dunia sepak bola, profesi yang melambungkan namanya saat ini.
4. Memilih dipanggil Memphis daripada Depay
Pengalaman tak mengenakkan yang ia alami karena ditinggal sang ayah begitu mendalam. Selain merepresentasikannya dalam bentuk tato, ia juga memutuskan untuk menggunakan nama depannya pada jersey. Ia tak suka dipanggil Depay, nama turunan dari ayah kandungnya.
Sejak 2012, nama pada jersey miliknya selalu dihiasi dengan nama Memphis. Ini terkesan asing, sebab kebanyakan pemain Belanda menggunakan nama lebih dari satu kata pada seragam tempur mereka.
"Hal-hal itu adalah bagian dari hidupku. Aku tidak akan pernah memaafkannya (ayah). Jangan panggil aku Depay, panggil aku Memphis,’’ ungkap Memphis kepada BBC dilansir Sporting News.
5. Masih sering mengunjungi Ghana
Meski hubungan Memphis dengan sang ayah tidak harmonis, Ghana tetap punya makna yang besar baginya. Di sela-sela kesibukan, Memphis menyempatkan waktunya untuk pergi ke negara di bagian barat Afrika tersebut.
Ia membuat banyak kegiatan di negara leluhurnya itu. Tak hanya liburan, Memphis juga bercengkerama dengan warga sekitar. Ia bermain sepak bola serta membantu perbaikan fasilitas publik di Ghana.
Pemain yang kini berusia 28 tahun itu menyusun beberapa proyek untuk kemajuan daerah-daerah di Ghana. Memphis bertemu langsung dengan Presiden Ghana, Nana Akufo-Addo, pada Juni 2022. Ia turut menyumbang berbagai peralatan olahraga serta barang lainnya untuk anak-anak di sana.
Mulai dari ditinggal sang ayah hingga perlakuan buruk yang diterima dari saudara sendiri, Memphis merefleksikan semuanya sebagai pelajaran hidup. Itu membuatnya mampu bertahan di situasi yang sulit hingga mencapai kesuksesan seperti sekarang.
Baca Juga: 10 Fakta Memphis Depay, Penyerang Tajam Milik Barcelona
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.