TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Suram, 5 Pemain Top Ini Lahir dan Besar di Kawasan Konflik Peperangan

Alami masa-masa sulit saat masih belia

Luka Modric (instagram.com/lukamodric10)

Menjalani hidup yang aman dan damai tanpa adanya peperangan merupakan impian semua orang. Namun, masih banyak orang yang belum beruntung menikmatinya. Perang, baik menyangkut masalah ideologi ataupun polemik lain, masih terus terjadi di berbagai belahan dunia hingga sekarang.

Situasi tersebut dapat mengancam siapa pun tanpa pandang bulu, seperti warga sipil ataupun tokoh penting di suatu negara. Bahkan, para pesepak bola top juga terkena imbasnya. Bagaimana tidak, ada sejumlah nama populer di sepak bola saat ini yang harus berjuang untuk bertahan hidup di tengah konflik peperangan.

1. Dejan Lovren 

Dejan Lovren (instagram.com/dejanlovren6)

Kata perjuangan sudah bersahabat dengan Dejan Lovren, bahkan saat masih belia. Mengutip DW, Lovren yang menetap di Kraljeva Sutjeska, sebuah desa di luar Zenica (kini termasuk bagian Bosnia-Herzegovina) ini terpaksa dibawa pergi keluarganya ke Jerman akibat pecahnya Perang Bosnia. Lovren menetap di rumah sang kakek yang berada di Munich.

Di kota ini, Lovren menemukan tempat terbaik untuk mengasah bakat sepak bolanya. Pemain berusia 32 tahun itu bergabung dengan salah satu tim lokal di sana. Namun, kesulitan lain masih terus menghampiri keluarga Lovren meski telah selamat dari ancaman perang. Tiap 6 bulan sekali, mereka harus melaporkan izin tinggal di Jerman demi bisa tinggal lebih lama. 

Usai perang sudah dinyatakan berakhir, Lovren beserta keluarga memutuskan untuk kembali ke Kroasia. Demi mengenang masa-masa sulit itu, Liverpool membuat film dokumenter tentang masa kecilnya di tengah perang yang merenggut 100 ribu korban jiwa. Film ini berjudul "Lovren: My Life As A Refugee" yang dirilis Februari 2017 lalu, dilansir DailyMail.

Baca Juga: Miralem Pjanic Senang Ronald Koeman Dipecat? Kayaknya Wajar Deh!

2. Miralem Pjanic

Miralem Pjanic (twitter.com/Besiktas)

Berasal dari keluarga Muslim di Tuzla, Bosnia, kehidupan masa kecil Miralem Pjanic dirundung kegelapan. The Guardian, di dalam salah satu artikelnya, menyebut bahwa Pjanic tumbuh di situasi mencekam. Umat Muslim di Zvornik, daerah tempat tinggal Pjanic, diusir bahkan dibunuh secara besar-besaran akibat Perang Bosnia yang bergejolak tahun 1992 silam.

Pemain berusia 31 tahun itu berhasil keluar dari kondisi darurat usai keluarganya meminta suaka ke Luksemburg. Mereka memulai kehidupan yang baru di negara ini dengan sang ayah bekerja sebagai karyawan pabrik. Pjanic menghabiskan masa kecilnya di salah satu negara terkecil Eropa itu, bahkan karier sepak bolanya dimulai di sana.

Ia menimba ilmu di salah satu tim lokal, Schifflange, dan mulai berkembang. Pjanic bahkan sempat membela berbagai tim kelompok umur Luksemburg. Namun, kesetiaannya terhadap Bosnia-Herzegovina yang begitu kuat mengantarkan Pjanic untuk membela panji timnas senior negara asalnya itu hingga kini.

3. Xherdan Shaqiri

Xherdan Shaqiri (twitter.com/XS_11official)

Perpecahan Yugoslavia yang berlangsung pada awal 1990-an melahirkan perang berkepanjangan. Ribuan korban jiwa menjadi bukti kekejaman salah satu perang yang terjadi di akhir abad ke-20 tersebut. Sementara itu, dari para korban yang selamat, Xherdan Shaqiri beserta keluarga masih beruntung lantaran dapat menikmati hidup yang lama.

Shaqiri lahir di Gjilan (kini berada di wilayah Kosovo) dari keturunan Albania. Dilansir Stokesentinel, pemain yang kini membela Olympique Lyon itu terpaksa mengungsi ke Swiss demi terhindar dari perang yang bergejolak di usianya yang masih setahun. Di Swiss, mereka memulai kehidupan yang baru.

Menetap di kota Augst, yang lokasinya cukup dekat dengan Basel, menjadi pembuka jalan bagi Shaqiri. Ia menimba ilmu sepak bola di FC Basel yang dikenal sebagai salah satu klub tersukses di Swiss. Pada akhirnya, Shaqiri memilih untuk tak pulang ke negara asalnya dan membela Timnas Swiss di kancah internasional.

4. Alphonso Davies

Alphonso Davies (twitter.com/goal)

Alphonso Davies lahir di kamp pengungsi bernama Buduburam, Ghana pada tahun 2000 silam. Ia berasal dari keluarga yang sejatinya merupakan pengungsi dari Liberia. Setahun sebelum kelahiran Davies, Liberia tengah diselimuti perang saudara yang terus terjadi hingga memaksa warga sipil untuk bermigrasi.

Davies menghabiskan 5 tahun di Ghana hingga keluarganya memilih pindah ke Kanada, tepatnya di Edmonton, dikutip dari ESPN. Di negara Amerika Utara inilah Davies memulai karier sepak bolanya dengan bergabung ke salah satu klub lokal, Free Footie. Puncaknya, Davies dilirik salah satu klub MLS, Vancouver Whitecaps.

Karier Davies makin melambung usai dikontrak Bayern Munchen pada musim dingin 2019 lalu. Di level timnas, ia memutuskan untuk membela Timnas Kanada. Atas pengalamannya yang pernah berstatus sebagai pengungsi, Davies ditunjuk sebagai Duta UNCHR, salah satu organisasi milik PBB yang menangani masalah pengungsi pada Maret 2021 lalu, dikutip dari SportBible.

Baca Juga: 10 Potret Luka Modric, Pemain Kroasia yang Sukses bersama Real Madrid

Verified Writer

Alvin Pratama

@alvnprtm21

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya