TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bukti Privilese dalam Sepak Bola yang Tampak di Piala Dunia 2022

Mana yang paling terasa buatmu?

Timothy Weah (instagram.com/timothyweah)

Privilese, sebuah istilah yang belakangan populer saat bicara berbagai topik. Menurut kamus Cambridge, privilese merujuk pada keistimewaan atau keuntungan yang didapat seseorang karena mereka menyandang status ekonomi dan sosial yang lebih tinggi atau berasal dari ras dan gender tertentu.

Dalam olahraga dan sepak bola khususnya, konsep ini sebenarnya bukan hal baru. Seperti kita tahu, sampai sekarang olahraga ini masih didominasi oleh gender dan ras tertentu. Apa saja, sih, contohnya? Bukti-bukti privilese itu sebenarnya terpampang nyata dalam gelaran Piala Dunia 2022. Apakah kamu memperhatikannya juga? 

1. Tim asal Afrika dan Asia yang sukses didominasi diaspora yang tinggal di Eropa 

pemain Maroko merayakan kemenangan atas Spanyol di Piala Dunia 2022 (instagram.com/fifaworldcup)

Cerita heroik Timnas Maroko dan Jepang yang bombastis memang jadi sasaran glorifikasi media dan warganet. Mereka mendadak jadi sumber inspirasi yang beresonansi dengan kalimat-kalimat motivasi macam, "tak ada yang tidak mungkin" atau "siapapun bisa jadi bintang".

Namun, jika ditilik lebih jauh kesuksesan Jepang dan Maroko berkaitan erat dengan  keberadaan diaspora mereka di Eropa. Ini membuktikan bahwa Eropa masih memegang peranan penting dalam mencetak talenta-talenta berkelas dunia. Sementara, kebanyakan negara-negara Afrika dan Asia belum punya fasilitas yang memadai untuk menunjang regenerasi dan menggembleng para atletnya. 

Dalam kasus Maroko, kebanyakan pemainnya bahkan lahir dan besar di negara-negara Eropa sebagai anak imigran. Posisi ini menguntungkan karena para pemain tersebut tak perlu menunggu scouting agent menemukan mereka di Maroko, kemudian memboyongnya ke Eropa. Lebih mudah, mereka bisa langsung mengikuti audisi di akademi-akademi milik klub raksasa Eropa seperti yang terjadi pada Achraf Hakimi (akademi Real Madrid) misalnya. 

Baca Juga: Stres Berat Bayangi Para Bintang Dunia Usai Piala Dunia 2022

2. Pelatih masih didominasi ras kulit putih 

Herve Renard dan asistennya di Timnas Arab Saudi Piala Dunia 2022 (instagram.com/herve.renard.hr)

Privilese berdasarkan ras juga hal yang sangat umum kita temukan dalam sepak bola. Gareth Southgate, pelatih Inggris yang pertama kali mengungkap isu ini di media seperti dilansir The Guardian. Menurutnya, pelatih-pelatih tim nasional dan liga top dunia masih didominasi ras kulit putih. 

Ini terlihat pula dalam Piala Dunia 2022. Banyak pelatih asal Eropa dan Amerika Latin yang berasal dari ras kulit putih didapuk memimpin tim-tim asal Asia dan Afrika. Sebagai contoh Herve Renard (Prancis) jadi pelatih Timnas Arab Saudi, Paulo Bento (Portugal) untuk Korea Selatan, Felix Sanchez (Spanyol) ditunjuk Qatar, dan Carlos Queiroz (Portugal) di Timnas Iran. 

Negara-negara Afrika yang justru progresif. Dalam Piala Dunia 2022, semua tim asal Afrika menggunakan jasa pelatih asal negara mereka sendiri tahun ini. 

3. Anak-anak pemain sepak bola yang melanjutkan karier ayahnya

Kasper Schmeichel (instagram.com/kasperschmeichel)

Saat bicara sepak bola, media lebih senang mengekspos kisah heroik pemain sepak bola asal kelas menengah bawah seperti Maradona, Angel di Maria, dan Richarlison. Namun, sebenarnya banyak pemain sepak bola dunia yang berasal dari kelas menengah atas. Contoh paling mudah adalah para pemain yang melanjutkan karier ayah mereka. 

Berstatus pemain bola sukses membuat para pemain tidak kesulitan memberikan fasilitas terbaik untuk anak-anak mereka lewat perpaduan apik antara pendidikan formal yang memadai dan akademi sepak bola yang mumpuni. Contoh paling mudah adalah Kasper Schmeichel yang merupakan putra dari kiper legenda Peter Schmeichel. Kasus serupa juga terjadi pada Alexis MacAllister (Argentina), Daley Blind (Belanda), Christian Pulisic (Amerika Serikat), dan masih banyak lainnya. 

4. Timothy Weah, salah satu contoh pemain yang berlatarbelakang keluarga berada 

Timothy Weah (instagram.com/timothyweah)

Bukti privilese yang paling nyata bisa kamu temukan lewat sosok Timothy Weah yang membela Timnas Amerika Serikat (USMNT) di Piala Dunia 2022. Lahir dari seorang pesepak bola sukses asal Liberia, George Weah, yang mengalami masa emasnya pada 1990-an. Sebagai atlet profesional yang merumput di klub-klub top Eropa, Weah tak kesulitan menafkahi keluarganya.

Melansir The Athletic, George Weah bahkan bisa membangun sebuah akademi sepak bola di New York. Akademi tersebut menjadi tempat pertama sang putra, Timothy Weah, menemukan kecintaannya pada sepak bola. Privilese lain yang didapat Timothy sebagai putra George adalah fakta bahwa ia lahir di teritori Amerika Serikat dan membuatnya memenuhi syarat untuk membela USMNT. 

Privilese sama didapat pula oleh Yunus Musah yang bila merujuk liputan ESPN lahir di Amerika Serikat saat orangtuanya yang asal Ghana sedang berlibur. Musah bahkan sudah pernah tinggal di beberapa negara mengikuti pekerjaan orangtuanya, termasuk Inggris dan Italia. 

Baca Juga: Cahaya Asia, Teladan dari Timnas Jepang dan para Suporternya

Verified Writer

Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya