Papua Football Academy, Wajah Baru Pendidikan Sepak Bola di Timur RI
PFA hadir sebagai suatu pembaharuan di Papua.
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mimika, IDN Times - Bukan rahasia lagi tanah Papua adalah tempat yang subur dengan talenta sepak bola Indonesia. Sederet prestasi anak-anak Papua di atas lapangan hijau adalah cerita panjang yang selalu terdengar sampai ke pelosok negeri.
Sejak zaman Rully Nere hingga kini Ricky Kambuaya, Papua memang dikenal sebagai tempat lahirnya bibit-bibit pesepak bola andal. Berbekal bakat alam, anak-anak Papua tidak jarang tampil menunjukkan prestasinya di berbagai kancah lewat olahraga sepak bola.
Selain kedua pemain di atas, masih banyak lagi pemain asal Papua yang telah menjadi figur dunia sepak bola nasional maupun internasional seperti Johanes Sauri, Aples Tecuari, Alexander Pulalo, Ronny Wabia, Elie Aiboy, Ramai Rumakiek, Todd Rivaldo Ferre, dan Osvaldo Haay.
Selain itu, tak lupa juga trio Papua yang mengharumkan nama Timnas Indonesia U-23 pada 2011, yakni Titus Bonai, Patrich Wanggai, dan Oktovianus Maniani.
Tentu saja, bicara sepak bola Papua tak bisa lepas dari sang legendari sepak bola yang sangat diidolakan banyak kalangan yaitu Boaz Solossa.
Kendati, dunia sepak bola kiwari telah berkembang sedemikian rupa. Bakat alam kini tak lagi cukup untuk dapat mencetak seseorang menjadi altet profesional. Sebab, atlet yang baik harus memastikan diri memiliki sikap sportif dan berkarakter.
Melihat potensi bakat alam dan geliat kegemaran anak Papua dalam memainkan si kulit bundar, Presiden Republik Indonesia, Joko "Jokowi" Widodo berinisiasi membuat sebuah sekolah khusus bagi anak-anak Papua untuk mengembangkan talentanya.
Berangkat dari suksesnya semarak pergelaran PON XX Papua pada 2021, orang nomor satu di Indonesia itu langsung membulatkan tekad mewujudkan idenya membentuk akademi sepak bola usia dini di Papua.
Papua Football Academy (PFA), begitulah sebutan nama wadah sepak bola anak Papua yang telah diresmikan Jokowi pada 31 Agustus 2022, di Stadion Lukas Enembe, Kabupaten Jayapura, Papua.
PFA saat ini telah berjalan delapan bulan setelah dibentuk dengan semangat dalam membangun sumber daya manusia di Papua, khususnya atlet sepak bola.
Baca Juga: 20 Macam-Macam Permainan Bola Besar, Tidak Hanya Sepak Bola!
1. PFA tak sekadar bermain bola
Dalam proses pembinaan, PFA tidak hanya sekadar melatih bermain bola. Direktur PFA Wolfgang Pikal mengatakan, PFA juga memberikan pendidikan karakter dan pendidikan formal.
Selama menjalani pendidikan, para peserta didik ditempatkan di sebuah asrama ekslusif yang berada tepat di dalam kawasan Mimika Sport Complex (MSC), lengkap dengan berbagai fasilitas olahraga raga berstandar internasional.
Dalam kesehariannya, peserta PFA mulai menjalani latihan sepak bola dari pukul 08.00 hingga pukul 10.00 dan kemudian dilanjutkan dengan makan siang.
Sore harinya, mereka mengikuti pendidikan formal seperti sekolah pada umumnya dengan bimbingan langsung dari guru-guru Sentra Pendidikan. Setelah itu, pada malam hari, waktu mereka akan diisi dengan beberapa teori analisis untuk mengevaluasi kembali bagaimana perkembangan tiap-tiap anak.
Dalam menjalankan PFA, Wolfgang bersama kru pelatih mengadopsi pola latihan dengan Filosofi Sepak Bola Indonesia (Filanesia).
"Filosofi kita mirip-mirip Filanesia, soalnya out come target terakhir kita itu mereka bisa jadi pemain Indonesia, pemain profesional, atau main di Timnas," ujar mantan Asisten Pelatih Timnas Indonesia itu saat menggelar konferensi pers di MSC, Sabtu (25/3/2023).
Demi mencapai hasil maksimal, ada hal menarik dan belum pernah ada di Papua,bahkan Indonesia, yaitu bagaimana PFA secara bertahap terus meningkatkan volume latihan pesertanya. Ketika sebelumnya anak-anak PFA mendapatkan porsi latihan 12 jam per minggu, kini jumlah waktu tersebut telah ditingkatkan menjadi 16 jam per minggu.
"Mudah-mudahan di September, kita bisa meningkatkan lagi menjadi 20 jam per minggu. Itu targetnya. Soalnya Ini mirip-mirip dengan kuantitas volume latihan di Eropa," kata Wolfgang optimistis.
Sebagai warga negara Austria berdarah Jerman, ada beberapa prinsip sepak bola Jerman yang tidak lupa ia masukkan ke dalam pendidikan PFA, yakni pembentukan karakter dan pola pikir pemain.
"Ini lebih ke sifat atau sikap. Soalnya bakat di Papua ini bagus-bagus, teknik oke, speed-nya oke, cuma harus dibarengi juga dengan pola hidup disiplin seperti atlet profesional. Itulah yang kita masukkan ke dalam PFA supaya mereka bukan cuma teknik dan taktik yang bagus, tapi juga tahu bagaimana dia harus hidup sebagai atlet top. Itu yang penting," terangnya.
Dalam beberapa kesempatan, anak-anak PFA juga diterbangkan ke luar Mimika, seperti ke Jayapura, Bali, hingga Pulau Jawa untuk melakoni laga persahabatan bersama tim-tim sepak bola lainnya.
Hal itu dilakukan untuk melihat perkembangan bakat anak, sekaligus menambah jam terbang serta menggembleng mental anak-anak PFA dalam menghadapi sebuah pertandingan.
Di luar teknis bermain bola, PFA juga memikirkan bagaimana kondisi psikologis anak didiknya. Untuk itu, PFA telah menerapkan sebuah program untuk melindungi anak, yaitu PFA Child Safeguarding.
Sementara, Komite PFA Children Safeguarding Nugroho Setiawan melalui sebuah video di Kanal YouTube resmi PFA menjelaskan, program tersebut diadopsi dari FIFA Children Safeguarding.
"Ini adalah satu program keselamatan anak untuk menjamin anak-anak ini mencapai mimpinya. Dalam arti, sering mungkin terjadi bullying di antara mereka, atau situasi yang tidak safe dalam rangka latihan atau pun sekolah, sehingga ini yang kita lakukan di PFA untuk mereduksi hal-hal buruk itu," jelasnya.
Lebih lanjut Nugroho menuturkan, program PFA Child Safeguarding juga termasuk dalam pengajaran sopan santun, tata krama, serta bagaimana berinteraksi secara sosial, baik dengan sesama peserta, dengan para pelatih dan staf, maupun dengan orang luar.
"Jadi, kita harus menjaga keceriaan dan kegembiraan anak-anak ini mencapai mimpinya. Ini yang kita harus jaga. PFA ini program pro aktif yang memberikan bimbingan, pengasuhan, supaya anak terhindar dari bahaya. Kemudian menciptakan lingkungan yang ramah anak," tuturnya.
Editor’s picks
Papua Football Academy jelas bukan program yang main-main. Untuk dapat mencapai target, pemerintah telah merangkul banyak pihak di dalamnya.
Hal itu dapat dilihat dari keseriusan Jokowi dalam memilih sponsor utama. Tak sampai di sana, pilihan ketat juga termasuk bagaimana proses seleksi calon peserta yang bakal dididik oleh PFA dengan program-program pelatihan terbarukan di Papua.
Baca Juga: 5 Istilah Jumlah Gol dalam Sepak Bola, Pecinta Bola Harus Tau!