TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kiprah Arema Bagian I: Ledakan Anak Kemarin Sore di Kompetisi Galatama

Arema menjelma menjadi klub yang kerap membuat keder lawan

Arema berdiri pada 11 Agustus 1987. (vamosarema.com).

Jakarta, IDN Times - Sebagai klub sepak bola Indonesia, usia Arema tergolong hijau. Tapi, dalam kurun 33 tahun sejak klub ini berdiri pada 11 Agustus 1987, kebesaran nama Singo Edan membuat mereka disegani di jagat bal-balan tanah air.

Klub kebanggaan Kota Malang ini menyematkan nama Arema 86 saat mulai muncul di kancah sepak bola Indonesia. Diiniasi oleh orang paling berjasa, Acub Zainal, mereka jadi saudara kandung Persema Malang, klub yang lebih dulu mentas di kompetisi perserikatan Indonesia.

Acub kemudian mengajak Ir. Lucky Acub, anak laki-lakinya untuk mengurus manajemen klub. Maklum, anak bungsunya itu dipercaya oleh sang ayah mengembangkan klub yang kelak memiliki banyak fans itu.

"Saya sebetulnya enggak akan ikut, tapi pendirinya Acub yang punya duit, tak akan mau mendirikan Arema tanpa saya," ujar Lucky seperti dikutip dari Tabloid BOLA edisi 7 Agustus 1987.

1. Arema memulai debut di kompetisi Galatama dengan pemain mayoritas dari Diklat Salatiga

Arema saat tampil di kompetisi Galatama. (vamosarema.com).

Singo Edan mulai mentas saat kompetisi Galatama 1987/1988, tepatnya saat kompetisi semi-profesional itu memasuki perhelatan ke sembilan. Arema merupakan dari lima klub baru yang memulai debut, bersama UNI Bandung, Medan Jaya, Lampung Putra, dan Palu Putra.

Sebagai pendatang baru, mereka tak banyak menggunakan pemain yang sudah "jadi." Sebab, keuangan yang masih terbatas membuat Singo Edan memilih realistis dengan mengambil pemain-pemain muda yang berasal dari Diklat Salatiga dan sebagian dari luar Kota Apel untuk mengisi skuat dalam kompetisi Galatama itu.

Nama-nama macam Mahdi Haris dari Arseto Solo, Kusnadi Kamaluddin dari Makassar Utama, Kusnadi dari Galasiswa merupakan pemuda-pemuda pertama yang mengisi skuat Arema kala itu. Mereka hanya dibayar Rp100 ribu saja per bulan, kecuali pemain yang sudah punya nama seperti Kusnadi seorang yang dibayar Rp1,1 juta.

2. Arema mengorbitkan striker debutan Mecky Tata

Ilustrasi: Arema saat tampil di Liga Galatama. (Instagram/@sejaraharema

Pada musim perdana tersebut, performa Arema tak jelek-jelek amat, tapi tidak juga dikatakan baik. Mereka hanya bisa finish di posisi keenam dari 14 partisipan yang tampil di Kompetisi Galatama tersebut.

hasil yang tak jauh berbeda pun dirasakan mereka saat tampil setahun setelahnya. Mereka mengakhiri musim di kompetisi Galatama edisi ke-10 itu dengan duduk di peringkat delapan. Namun, kala itu Arema berhasil mengorbitkan mesin gol bernama Mecky Tata yang berhasil mengoleksi 18 gol.

Dia secara mengejutkan bisa menjadi topskor bersama, karena mengumpukan pundi-pundi gol sama dengan Dadang Kurnia dari Bandung Raya dan Ricky Yakob saat memperkuat Arseto Solo.

3. Singgih Pitono mulai unjug gigi dan membawa Arema berprestasi di medio akhir 80-an

Singgih Pitono, legenda Arema. (Instagram/@arema90an

Memasuki musim ketiga Arema mulai tancap gas. Mereka berhasil menyelesaikan kompetisi di posisi empat kompetisi Galatama 1989/1990. Hal itu pula yang mengantarkan mereka tampil perdana di Piala Utama, kejuaraan yang mempertemukan tim terbaik dari kompetisi Galatama dan Perserikatan.

Arema memang masih belum bisa bersaing dengan tim-tim besar yang kebetulan tergabung di Grup B macam Persib, Persija, atau tim besar Galatama, Kramayudha Tiga Berlian. Namun, mereka lagi-lagi mengorbitkan nama pemain yang punya masa depan cerah, Singgih Pitono.

Bahkan, sang pemain berhasil menjadi topskor Liga Galatama dengan torehan 23 gol dan membawa Arema untuk pertama kali meraih perestasi tertinggi sebagai runner-up kompetisi tersebut. Padahal, kala itu Arema sedang diterpa isu krisis.

"Pemain sadar dengan perjuangan kami menghidupi Arema. Tapi pemain tetap melakukan permainan terbaik. Itu hnilai yang paling berharga yang ada di tim. Kami bisa masuk empat besar di kompetisi Galatama 1992, padahala dana kami tak sebsar klub lainnya," kata Acub dikutip dari Tabloid Bola.

4. Juara pertama kali di Kompetisi Galatama, Arema wakili Indonesia di Piala Champions Asia

Arema saat tampil di Piala Champions Asia. (vamosarema.com).

Arema justru semakin digdaya saat mereka sedang punya masalah. Hal itu tercermin di kompetisi Galatama ke-12 kala mereka menjadi kampiun untuk pertama kalinya di sebuah kompetisi. Padahal, di tengah jalan mereka ditinggalkan pelatih utamanya Muhammad Basri yang membelot ke Niac Mitra.

Singgih Pitono lagi-lagi jadi sorotan dalam kompetisi tersebut, karena dia berhasil kembali membawa prestasi tertinggi bagi masyarakat Kota Apel sekaligus topskor di ajang yang sama. Itu merupakan kali kedua secara beruntun Singgih bisa membuktikan diri jadi mesin gol terbaik di Indonesia.

Mereka pun bermimpi untuk terbang lebih tinggi. Singo Edan berhasil mentas di Piala Champions Asia setahun setelahnya. Namun, lagi-lagi mereka kesulitan bersaing dengan tim-tim besar Asia lainnya, seperti Thai Farmers Bank, klub besar Thailand yang kala itu cukup disegani.

Baca Juga: Sutiaji Beri Lampu Hijau Pengelolaan Stadion Gajayana oleh Arema FC

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya