TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

N'Golo Kante, Mesin Tak Kenal Lelah Chelsea yang Pemalu

Lawan N'Golo Kante seperti menghadapi dua orang pemain

Gelandang Chelsea, N'Golo Kante. (bleacherreport.net).

Jakarta, IDN Times - N’Golo Kante benar-benar jadi penguasa lapangan saat Chelsea bentrok dengan Real Madrid. Status unsung hero disandangnya karena tak banyak diperbincangkan oleh publik. Tapi, peran Kante begitu sentral maksimal selama tampil di duel tersebut.

Kontribusi maksimalnya membuat Chelsea berhasil menahan imbang Madrid 1-1 dalam semifinal leg 1 Liga Champions, Rabu dini hari WIB (28/4/2021). Bayangkan saja, tampil di Stadion Alfredo di Stefano, dia mampu mengawal lini tengah The Blues hingga menjadi komando demi menguasai jalannya laga.

Bukan bermaksud lebay, hal itu bisa tergambar dari statistik sang pemain di lapangan. Saat Chelsea sempat dikritik lantaran tampil di bawah standar dalam beberapa laga ke belakang, dia tetap menunjukkan permainan dengan level tinggi.

Paling anyar, Madrid sangat kesulitan menghadapi eksplosivitas Kante. Ditopang gelandang hebat macam Casemiro, Toni Kroos, dan Luca Modric, permainan Los Blancos tak bisa berkembang. Kante seolah ada di mana-mana memutus serangan yang dibangun trisula gelandang andalan Zinedine Zidane.

Baca Juga: Aksi Konyol Timo Werner Buang Peluang Bersih, Chelsea Gagal Menang

1. Setiap jengkal lapangan dibuat panas sepatu Kante

N'Golo Kante. (Twitter/@ChelseaFC).

Statistik membuktikan Kante memang punya daya jelajah tinggi di laga tersebut. Secara harfiah, gelandang Timnas Prancis itu ada di mana-mana. Tergambar dengan jelas dari heat map yang dirilis, hampir setiap jengkal lapangan dikuasai Kante. Walhasil, nyaris seluruh jengkal lapangan dibuat panas oleh sepatu Kante. 

Wajar jika mereka membuat anekdot sekitar 71 persen permukaan bumi tertutup air, sisanya ditutupi oleh Kante.

Dilansir Squawka dan Statman Dave, dia berhasil menyelesaikan enam take-ons, paling tinggi di antara pemain lain di lapangan. Bahkan, catatan itu lebih tinggi dari gabungan lima pemain Madrid di lapangan.

Dia pun mampu menyelesaikan 21 duel, empat duel wilayah, tujuh kali memenangkan perebutan bola dengan para penggawa Madrid. Dia juga mampu melakukan 80 sentuhan, 58 kali potongan bola, tujuh kali pemulihan, dengan persentase umpan sukses mencapai 88 persen. Caranya membaca permainan lawan memudahkan Chelsea menghadapi gempuran Los Blancos dari arah manapun. Sementara, kontribusnya dalam melakukan serangan juga tak bisa disepelekan.

2. Tampil maksimal usai dikembalikan perannya sebagai gelandang box to box

Pemain Chelsea, N'Golo Kante saat berduel dengan gelandang Real Madrid, Casemiro. (sportslens.com).

Sejak ditangani Tuchel, performa Kante perlahan pulih, terutama setelah dikembalikan ke posisi idealnya sebagai gelandang box to box ditemani Jorginho atau Mateo Kovacic. Tak lagi berperan sebagai gelandang bertahan sendirian, Kante justru mampu tampil efektif membantu serangan Chelsea.

Walau tugasnya masih sama, menjadi pemotong serangan lawan dan lebih banyak bertahan, bebannya dapat dibagikan kepada gelandang Chelsea lainnya. Hal itu memungkinkan Kante bergerak lebih leluasa dan menjadi pusat serangan Chelsea dimulai. Casemiro sampai gigit jari ketika berduel dengannya dalam semifinal leg 1.

Kante bisa mengerjakan tugas dalam beberapa peran sekaligus, yakni sebagai jangkar, maupun gelandang box to box, bahkan bek kanan dalam satu pertandingan. Kepiawaiannya itu membuat Tuchel lebih tenang membiarkan Mason Mount, Jorginho, atau Ben Chilwell, membantu serangan. Setiap ruang kosong yang ditinggalkan mereka sering ditutup ruangnya oleh Kante. 

Baca Juga: Konspirasi Jatuhkan Real Madrid Lewat Polisi di Laga Kontra Chelsea  

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya