Jakarta, IDN Times - Agen kenamaan Indonesia, Muly Munial, mengakui adanya wacana regulasi delapan pemain asing memengaruhi pasaran harga pemain lokal di Liga 1. Harga pemain lokal meroket.
"Tujuannya begitu (regulasi delapan pemain asing kacaukan harga pemain lokal. Ya kan, sekarang daripada klub bayar gaji pemain Indonesia Rp3 miliar, mendingan ada pemain asing yang 5 ribu sampai 6 ribu dolar juga ada," ujar Muly kepada para jurnalis.
Muly berujar, rata-rata gaji pemain lokal Liga 1 saat ini bervariasi. Dia berujar variasi gaji pemain untuk Liga 1 berada di kisaran Rp2 miliar untuk non-label Timnas untuk harga termahal dan Rp2 juta untuk yang termurah.
Untuk pemain bergaji Rp2 juta, Muly menyebut hal itu tak lepas dari status sang pemain yang merupakan didikan akademi. Mereka biasanya dibayar murah demi bisa mendapatkan jam terbang dan latihan di klub dengan kontrak jangka panjang.
"Sekarang Liga 1 mungkin ya, mungkin rata-rata kita bilang di angka 400 juta sampai 500 juta ada. Ada juga yang Rp2 miliar ke atas. Ada juga yang di bawah Rp5 juta, sampai Rp2 juta. Tapi rata-rata mereka itu pemain didikan akademi klub," kata Muly.
Muly berkata, banyaknya pemain asing di Liga 1 musim depan akan berdampak besar pada pemain lokal. Jam terbang mereka akan semakin minim. Kesempatan mereka masuk Timnas Indonesia juga berkurang.
"Pemain-pemain Indonesia yang tak bisa main, enggak dikasih kesempatan. Bagaimana mereka dapat jam terbang? Kalau tiba-tiba, seorang pelatih timnas juga mau nyari pemain tengahnya siapa. Soalnya pemain asing semua ini," ujar Muly.
Muly mengungkapkan, PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) harus menemukan jalan tengah tentang bagaimana mengakomodasi jam terbang pemain lokal dan regulasi pemain asing ini. Tentu, kebijakan tersebut juga harus menyesuaikan finansial klub.
"Bagaimanapun olahraga ini adalah entertainment. Kita menaikkan standar Liga 1 dan bagaimana juga kita kompetitif di regional, di kompetisi klub. Jadi balance-nya itu, ya ini tugas-tugas mereka (PSSI dan PT LIB) untuk menentukan balance," kata Muly.