HUT ke-91, PSSI Malah Tuai Ucapan Sarkas dari Warganet
Warganet banyak soroti kinerja PSSI
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Tepat pada 19 April, 91 tahun yang lalu, PSSI lahir dengan inisiasi dari Ir Soeratin Sosrosoegondo di Yogyakarta. Saat itu, namanya masih berupa Persatuan Sepakraga Seluruh Indonesia.
Kini, seiring perjalanan waktu, PSSI yang awal mulanya jadi alat perlawanan masyarakat Indonesia via sepak bola, menjadi organisasi yang menaungi hampir semua kegiatan sepak bola yang ada di Indonesia. Sudah banyak suka duka yang dilewati oleh PSSI.
Warganet pun tidak ketinggalan memberikan respons terkait ulang tahun PSSI yang ke-91 ini. Uniknya lagi, hampir semua respons tersebut berisi dukungan yang lebih kepada bernada sindiran.
Baca Juga: Ketum PSSI Sambut Tokoh-Tokoh Muda yang Jadi CEO Klub
1. Warganet soroti prestasi Timnas Indonesia
Salah satu hal yang jadi fokus warganet dalam ulang tahun PSSI ke-91 ini adalah prestasi Timnas Indonesia. Wajar saja, karena Timnas terakhir kali meraih prestasi di ajang bergengsi pada 1991 silam. Ketika itu, Timnas menjuarai ajang SEA Games.
Selepas itu, Timnas urung berprestasi. Di ajang Piala AFF, Timnas Indonesia paling mentok tembus babak final. Di ajang level Asia apalagi, mereka begitu kesulitan menembus putaran final Piala Asia, setelah terakhir kali mentas di ajang tersebut pada 2007.
Alhasil, warganet beramai-ramai menyoroti prestasi Timnas yang mandek. Salah satu akun bernama @AbidinSfl mempertanyakan sudah berapa lama Timnas senior tidak berprestasi.
"Coba deh, kalian pikir, sudah berapa lama Timnas senior ga ada prestasi?" cuitnya.
Akun @MBagasPrasetya3 juga menyoroti hal yang tidak jauh berbeda. Dia berharap, ke depannya Timnas Indonesia dapat membawa harum nama sepak bola Indonesia di kancah internasional.
"Dirgahayu untuk PSSI, semoga ke depannya sepak bola Indonesia lebih baik lagi di dunia internasional," cuitnya.
Baca Juga: PSSI Merespons Kasus Rasialis yang Menimpa Patrich Wanggai