TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Musim yang Menyedihkan Buat Juventus

Juventus tidak bertaji lagi

Inter Milan vs Juventus. (Twitter.com/inter_en)

Jakarta, IDN Times - Selama sembilan musim terakhir, atau tepatnya sejak 2011/12, Juventus menegaskan status sebagai tim terkuat di Italia. Dijejali pemain hebat, ditopang oleh fasilitas terbaik, dan memiliki stadion sendiri, mereka menguasai Serie A.

Tidak ada yang mampu menyentuh Juventus dalam rentang waktu tersebut. Duo Inter Milan dan AC Milan, berkutat dengan masalah finansial yang tak kunjung usai. AS Roma kelimpungan. Napoli, tim yang konsisten menempel Juventus, kerap terpeleset di laga-laga krusial.

Alhasil, mulai musim 2011/12 hingga 2019/20, Serie A mutlak menjadi milik Juventus. Bukan cuma itu, Si Nyonya Tua juga mampu menembus final Liga Champions sebanyak dua kali, yakni di musim 2014/15 dan 2017/18.

Namun, Juventus anjlok musim ini. Jangankan berbicara Liga Champions, di Serie A saja, mereka keteteran menghadapi dominasi duo Milan, plus gebrakan Atalanta dan Napoli. Sebenarnya, apa yang terjadi dengan Juventus?

Baca Juga: Zidane Jadi Calon Kuat Pengganti Pirlo di Juventus

1. Mentalitas juara yang perlahan hilang dari Juventus

Pesepak bola Juventus Cristiano Ronaldo (tengah) berebut bola dengan pesepak bola Inter Milan Achraf Hakimi dan Nicolo Barella (kanan) dalam laga semi final leg kedua Coppa Italia, di Allianz Stadium, Turin, Italia, Selasa (9/2/2021). Pertandingan ini berakhir tanpa gol dan Juventus berhak melaju ke final karena menang 2-1 di pertandingan leg pertama. ANTARA FOTO/Reuters-Massimo Pinca

Salah satu hal yang membuat Juventus begitu kuat adalah mental. Sebastian Giovinco, eks pemain Juventus, dalam tulisannya di laman The Players Tribune, menyebut mental harus selalu menang inilah yang membuat Juventus jadi tim kuat.

Hal ini juga yang sukses dibangkitkan Antonio Conte dalam masa kepelatihannya di Juventus, kemudian diteruskan Massimilliano Allegri. Namun, selepas Allegri hengkang, mentalitas ini perlahan pudar. Ketika menangani Juventus, Maurizio Sarri merasa aneh pada anak asuhnya.

Jadi, Sarri pernah mengeluh para pemain Juventus kerap bermalas-malasan ketika kesulitan mencetak gol, atau ketika tertinggal dari lawan. Saat mereka ditangani Allegri dan Conte, hal macam ini tidak pernah terlihat. Juventus selalu bisa menjaga kekuatan mentalnya ketika bertanding.

Beralih ke masa kepelatihan Andrea Pirlo musim 2020/21, mental Juventus semakin kacau. Buktinya, beberapa kali ketika tertinggal dari lawan, semangat pemain Juventus tiba-tiba hilang. Alhasil, ambruknya mental inilah yang membuat Juventus kesulitan bersaing musim ini.

2. Skema yang tidak cocok

juvenews.eu

Juventus berani betul berjudi dengan mengangkat pelatih berstatus rookie untuk menangani tim utama. Ya, Andrea Pirlo memang belum punya pengalaman cukup memimpin tim utama. Pengalamannya mentok di tim junior Juventus.

Saat mengangkat Pirlo, manajemen Juventus berdalih kalau idenya satu visi lantaran merupakan mantan pemain. Tak bisa dihindari, Pirlo punya kejayaan semasa jadi pemain bersama Juventus. Namun, dia kurang cakap saat mengemban tugas sebagai pelatih kepala.

Skema yang dia terapkan musim ini di Juventus,tidak mengakomodir kemampuan dari setiap pemain. Paling kentara tentu buat Rodrigo Bentancur.

Bentancur kerap dipasang sebagai deep-lying playmaker, sama dengan yang dimainkannya dulu saat masih bermain. Namun, alih-alih dapat jadi distributor bola yang andal, Bentancur kerap tertelan oleh tekanan lawan. Salah satunya terjadi di laga lawan Milan.

Tidak cuma itu, Weston McKennie serta Adrien Rabiot, juga tak keluar kemampuan aslinya dengan skema Pirlo. Alhasil, performa Juventus tidak maksimal dan mereka jadi sulit bersaing dengan tim-tim lain di Italia dan Eropa saat ini.

3. Adaptasi Pirlo yang berjalan lamban di Juventus

juvefc.com

Juventus adalah tim senior pertama yang Pirlo latih. Tentu, banyak adaptasi yang harus dia lakukan, tidak hanya perkara menerapkan skema semata di atas lapangan. Proses adaptasi inilah yang berjalan kurang mulus buat Pirlo. Bisa jadi, Pirlo tegang atau gagap saat mengemban tugas ini.

Jadi, tidak hanya menerapkan skema yang kurang mengakomodasi pemain, Pirlo juga kesusahan untuk beradaptasi dengan kepribadian dari para pemain Juventus.

"Saya memang sudah punya ide sendiri di kepala. Saya juga sudah memikirkan beberapa konsep. Namun, pada akhirnya, konsep saya ini kadang tidak cocok dengan pemain sehingga harus beradaptasi terus-menerus," ujar Pirlo, dilansir Football Italia.

Baca Juga: Malunya Ronaldo, Bisa Bikin Juventus Degradasi ke Liga Europa

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya