TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pintu Terkunci, Perdebatan Baru Arema-PSSI dalam Tragedi Kanjuruhan

Arema dan saksi klaim pintu masih terbuka pada menit 90

Berbagai spanduk duka cita dan dukungan untuk korban Kanjuruhan bertebaran di kota Malang. (IDN Times/Gilang Pandutanaya)

Jakarta, IDN Times - Setelah isu botol minuman keras (miras), sekarang perdebatan baru muncul antara Arema dan PSSI. Kali ini, persoalannya mengarah kepada isu pintu yang terkunci. Manajemen 'Singo Edan', yang lama bungkam, memutuskan untuk bersuara.

Dalam sesi jumpa pers yang dihelat Jumat (7/10/2022), manajemen Arema, lewat Ketua Panitia Pelaksana Pertandingan (Panpel) Abdul Haris, mengungkapkan bahwa sejatinya panpel tidak pernah mengunci pintu stadion saat laga Arema vs Persebaya, Sabtu (1/10/2022).

"Sesuai SOP, pintu itu semua harus terbuka. Kalau memang ada, mohon maaf ada oknum yang menutup, kan itu ada CCTV di situ. Di situ CCTV ada semua. Mulai pertandingan sampai selesai itu ada, karena di setiap pintu ada yang menjaga. Di situ juga ada PAM dari kepolisian di setiap pintu," ujar Abdul.

Baca Juga: 8 Potret Pintu 13 Kanjuruhan Berubah Jadi Tempat Ziarah

1. Didukung oleh kesaksian suporter

Stadion Kanjuruhan masih dipenuhi peziarah yang datang untuk berdoa di hari kelima pasca kejadian. (IDN Times/Gilang Pandutanaya)

Salah seorang suporter yang tak mau disebutkan namanya berujar kepada "IDN Times", bahwa pada kisaran menit 93, pintu stadion memang terbuka. Ketika itu, dia menonton dari tribune selatan, pintu 10. Pada menit tersebut, dia turun ke bawah mencari makan dengan temannya. Pintu terbuka.

"Jadi mas, waktu itu sebenarnya pintu 10 terbuka, pas menit 93. Saya turun sama teman saya untuk cari makan. Saya juga lihat ada beberapa petugas yang jaga di situ, ada steward dan polisi juga," ujar sumber tersebut.

Anehnya, saat dia akan kembali ke tribune pada menit 97, pintu justru tertutup. Alhasil, dia tak bisa masuk dan tetap berkontak dengan rekan-rekannya yang lain yang masih berada di tribune. Dari situlah, dia mendengar tembakan dan memutuskan tidak masuk lagi ke tribune.

"Saya langsung keluar, mas. Saya ke mobil saya, dan bantu-bantu evakuasi, termasuk evakuasi teman-teman saya. Sempat rame itu di luar, tapi Alhamdulillah saya dan teman-teman selamat," ujar sosok tersebut.

Kesaksian sosok ini diperkuat oleh kesaksian suporter lain yang didapatkan manajer Arema, Ali Rifki. Menurut Ali, ketika dia berkunjung ke salah satu rumah duka Aremania, dia diberitahu bahwa pintu stadion masih terbuka sampai menit 85.

"Jadi saya tadi berkunjung ke rumah duka, yang meninggal itu adiknya. Dia ini menonton bersama dua adiknya, satu di VIP, yang adiknya lagi nonton di Curva Sud itu, dan kakaknya ini karena ga dapat tiket belum masuk. Sampe menit ke-85 baru dapat tiket. Dia bilang ke saya tadi pintu stadion masih terbuka. Tapi pas kejadian pintu tertutup," ujar Ali.

2. Berlawanan jauh dari temuan PSSI

Keterangan pers PSSI terkait insiden di Kanjuruhan. (IDN Times/Gilang Pandutanaya)

Ucapan dari Ali, Abdul, plus kesaksian suporter ini berlawanan dengan apa yang disampaikan PSSI. Ketua Komisi Disiplin PSSI, Erwin Tobing, mengaku bahwa ada kesalahan dari Security Officer Arema, Suko Sutrisno.

Erwin menyatakan saat pertandingan berlangsung, tak banyak pintu akses yang dibuka di Stadion Kanjuruhan sejak menit 80. Padahal, sesuai guidelines yang berlaku, seharusnya pintu di stadion seluruhnya sudah dibuka menjelang laga berakhir.

"Pintu-pintu yang harusnya terbuka, tapi tertutup. Kekurangan ini jadi perhatian dan penilaian kami terhadap adanya hal-hal yang kurang baik dalam pertandingan," ujar Erwin.

Baca Juga: Cerita Aremania Terdesak di Pintu 10 Kanjuruhan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya