TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengupas Sejarah Rivalitas Arema vs Persebaya, Duel Sengit

Kupas tuntas persaingan sengit dua klub sepak bola

IDN Times/aremafc.com

Kecintaan suporter pada klub sepak bola di Indonesia sering kali menyebabkan munculnya rivalitas antara dua tim sepak bola, baik pemain maupun penggemarnya. Salah satu rivalitas klub sepak bola di Indonesia yang terkenal adalah antara Arema FC dan Persebaya Surabaya.

Rivalitas Arema vs Persebaya sudah terjadi sejak puluhan tahun silam. Penyebabnya masih simpang siur dan ada banyak insiden yang jadi pemicunya. Kendati demikian, beberapa cerita santer jadi kepercayaan penggemar sepak bola Indonesia.

IDN Times telah merangkum dari berbagai sumber tentang beberapa insiden yang diduga menjadi pemicu awal Rivalitas Arema vs Persebaya. Simak sampai akhir, ya!

1. Berawal dari persaingan antara Persebaya vs Persema Malang

Penonton di tribun Gelora Bung Tomo Surabaya saat menonton pertandingan Persebaya Vs Persita, Senin (1/8/2022) malam. dok. Istimewa.

Ada banyak versi tentang awal mula Rivalitas Arema vs Persebaya. Hal ini masih menjadi pertanyaan karena kedua tim lahir di tahun yang cukup terlampau jauh. Persebaya lahir pada 1927, sedangkan Arema baru tahun 1987.

Banyak yang berpendapat kalau rivalitas ini lahir karena persaingan antara Persebaya dan Persema Malang yang berebut menjadi tim terbaik se-Jawa Timur. Sebab bagaimana pun, Malang dan Surabaya merupakan dua kota terbesar di Jawa Timur. Kemudian pada 1987, yaitu ketika Arema dibentuk, masyarakat Malang pun beralih mendukung klub tersebut.

Baca Juga: 6 Tragedi Sepak Bola Terbesar di Dunia, Terbaru Stadion Kanjuruhan

2. Perselisihan di sebuah konser musik

Ilustrasi Bonek. Agus Bebeng/ANTARA FOTO

Namun, sumber lain mengatakan kalau awal mula perseteruan dua klub besar Jawa Timur ini justru dari sebuah konser musik. Pada tahun 1990, ada konser musik Kantata Takwa di daerah Tambaksari, Surabaya. Konser tersebut kebanyakan ditonton oleh Bonek dan Aremania.

Bonek menguasai bagian belakang, sementara Aremania berada di bagian depan, terdekat dengan panggung. Ketika itu, sebagian Aremania meneriakkan yel-yel "Arema-Arema" berkali-kali, sehingga Bonek yang merasa menjadi tuan rumah pun merasa tersisihkan dan geram.

Hingga terjadilah pemukulan dari salah seorang bonek kepada Aremania. Insiden tersebut sampai menimbulkan tawuran. Akhirnya, Aremania diusir keluar dari area konser tersebut. Setelah itu, perselisihan terus terjadi antara keduanya.

3. Semifinal Galatama tahun 1992

Kompetisi sepak bola Galatama. (striker.id)

Ada sumber lain yang menyebutkan bahwa rivalitas Arema vs Persebaya ini berawal dari semifinal Galatama pada tahun 1992 yang mempertemukan Arema Malang vs Semen Padang. Laga tersebut diselenggarakan di Stadion Tambaksari, Surabaya. Saat itu banyak Bonek yang ikut menonton pertandingan itu.

Ketika itu Arema kalah dan para suporternya berulah di Stasiun Gubeng, Surabaya. Kapolda Jawa Timur saat itu akhirnya mengumpulkan Aremania dalam 6 gerbong kereta api supaya mencegah keributan dengan Bonek.

Imbas dari kejadian itu terjadi pada tahun 1993. Saat itu, Arema sedang ingin bertandang ke Gresik, namun Bonek dengan cepat mencegat dan menyerang rombongan Aremania saat itu. Insiden-insiden seperti ini terus berulang beberapa tahun kemudian.

Baca Juga: Bonek Kirim Doa untuk Tragedi Kanjuruhan

4. Insiden Nurkiman

IDN Times/Enggal Hendy Wardhana

Pada 26 Desember 1995, terjadi insiden yang cukup menjadi sejarah kelam bagi Persebaya dan bisa jadi merupakan penyebab perseteruan antarsuporter kedua tim ini.

Saat itu, Persebaya bertandang ke markas Persema Malang dalam lanjutan Liga Indonesia musim 1995/1996. Laga tersebut berakhir imbang 1-1 tanpa pemenang. Setelah laga, ketika pemain Persebaya ingin kembali ke Surabaya menggunakan bus, tiba-tiba sekelompok Ngalamania (sebutan fans Persema Malang) mengadang bus mereka.

Ngalamania melemparkan batu ke arah bus hingga kaca-kaca bus pecah dan pecahannya mengenai mata kiri pemain Persebaya, M. Nurkiman. Akibat insiden tersebut, mata kiri Nurkiman mengalami cacat permanen hingga saat ini.

Nurkiman pun otomatis tidak bisa melanjutkan kompetisi musim tersebut karena harus melakukan berbagai perawatan.

5. Keduanya sama-sama rajin mengoleksi gelar juara

Aremania saat sedang mendukung Arema FC. IDN Times/Alfi Ramadana

Persaingan antara Persebaya dan Arema dalam mengumpulkan gelar juara juga bisa menjadi faktor perselisihan keduanya.

Persebaya pada Perserikatan, kompetisi sepak bola warisan Belanda saat itu, berhasil mendapat 4 gelar juara. Sedangkan Arema pada Galatama juga berhasil menjuarai kompetisi tersebut tahun 1992. 

Pertemuan pertama Persebaya dan Arema terjadi pada kompetisi Piala Utama, tepatnya pada 25 Oktober 1992. Piala Utama merupakan turnamen yang mempertemukan tim terbaik dari Perserikatan dan Galatama. Hasil laga tersebut dimenangkan Persebaya dengan skor 2-1.

Selanjutnya di era 2000-an, Persebaya menjuarai 2 gelar Divisi Utama Liga Indonesia. Arema juga pernah menjadi juara Indonesia Super League (ISL) musim 2009-2010.

Selain itu, keduanya juga sama-sama mengalami masalah dualisme karena konflik PSSI.

Baca Juga: Bus Dirusak, Presiden Arema FC: Akhiri Rivalitas Negatif!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya