Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret luar stadion Newcastle United (commons.wikimedia.org/Chabe01)
potret luar stadion Newcastle United (commons.wikimedia.org/Chabe01)

Newcastle United mengumumkan pergantian logo klub pada Jumat (9/5/2025) waktu setempat. Menurut manajemen, rencana perubahan itu bukan upaya meninggalkan sejarah, tetapi justru membawanya kepada masa depan. Dalam pernyataannya, mereka menyebut logo klasik yang telah digunakan sejak 1988 itu sulit diterapkan pada era digital karena terlalu rumit untuk direproduksi secara konsisten.

Keputusan tersebut kemudian menimbulkan reaksi beragam dari para pendukungnya. Beberapa menilai logo lama telah menjadi simbol budaya dan sejarah kota yang tak tergantikan. Sementara itu, sebagian memahami, sepak bola modern menuntut adaptasi visual yang lebih fleksibel dan fungsional di berbagai platform digital.

1. Desain logo minimalis cenderung lebih efektif untuk tujuan pemasaran

Salah satu pemicu utama perubahan logo klub sepak bola ke arah minimalisme adalah kendala teknis dalam penggunaannya pada era digital. Logo yang kaya akan detail, seperti milik Newcastle United, dianggap sulit ditampilkan secara tajam dan konsisten di media sosial, aplikasi seluler, hingga format pernak-pernik digital. Desain klasik yang kaya ornamen tidak selalu kompatibel dengan kebutuhan visual masa kini yang serbacepat dan minimal.

Selain alasan teknis, fleksibilitas visual juga menjadi pertimbangan utama. Logo yang lebih sederhana memberikan kemudahan adaptasi terhadap berbagai media promosi. Hal ini terlihat dalam strategi pencitraan merek banyak klub besar yang ingin menjaga konsistensi identitas mereka di berbagai platform global, baik dalam bentuk digital maupun fisik.

Contoh paling mencolok adalah transformasi drastis yang dilakukan Juventus pada 2017. Klub asal Turin ini meninggalkan lambang tradisional yang mencerminkan sejarah klub dan menggantinya dengan huruf "J" bergaya modern dan bersih. Langkah ini bertujuan membuka jalan bagi ekspansi merek Juventus ke pasar mode dan gaya hidup. Ini serupa dengan bagaimana logo klub bisbol asal Amerika Serikat, New York Yankees, digunakan secara luas di dunia fesyen.

2. Desain logo minimalis punya dampak maksimal pada era digital yang serbacepat

Minimalisme dalam desain bukan sekadar gaya, tetapi juga strategi komunikasi visual yang efektif. Mengutip Digital Squad, logo yang simpel lebih mudah dikenali dan diingat oleh audiens yang kini hanya memiliki waktu beberapa detik untuk menangkap informasi. Jenama terkenal seperti Nike dan Apple menunjukkan bagaimana simbol sederhana dapat menjadi ikon global yang langsung mengasosiasikan citra perusahaan.

Dari sisi psikologis, desain minimalis memicu rasa tenang dan kepercayaan. Studi Google yang dirangkum Zoomsphere menunjukkan, pengunjung situs merespons positif terhadap tampilan yang bersih dan tidak berantakan, dengan keputusan dibuat dalam 50 milidetik pertama. Dalam konteks branding, desain yang tidak membebani visual membuat citra yang lebih kuat dan melekat di benak konsumen.

Aspek lain yang tak kalah penting adalah efisiensi biaya produksi. Logo dengan sedikit elemen grafis lebih mudah dicetak, ditenun, atau diaplikasikan ke berbagai permukaan. Selain membuat proses produksi lebih efisien dan mengurangi potensi kegagalan cetak, hal ini juga berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan dengan menghemat material serta meminimalisasi limbah.

3. Perubahan logo klub kerap diprotes penggemar

Meski memiliki banyak kelebihan, logo minimalis kerap menghadapi penolakan keras dari kalangan suporter. Bagi mereka, logo klub bukan sekadar simbol visual, melainkan juga cerminan sejarah, identitas lokal, dan memori kolektif yang melekat erat. Dalam kasus Newcastle United, banyak fans yang merasa perubahan logo sama saja dengan mengubah sejarah klub.

Contoh kegagalan paling nyata terjadi kepada Leeds United pada 2018. Dalam upaya rebranding, klub memperkenalkan logo baru yang sangat berbeda dari lambang tradisionalnya. Akibatnya, reaksi keras dari para penggemar memaksa klub menarik kembali desain tersebut hanya dalam waktu 6 jam setelah rilis. Reaksi serupa pernah dirasakan Juventus dan Aston Villa walaupun dengan intensitas berbeda.

Tak semua perubahan berakhir buruk. Ajax Amsterdam memberikan contoh positif dengan kembali mengadopsi elemen klasik dari logo lama mereka. Pendekatan ini menyeimbangkan kebutuhan modernisasi dengan penghormatan terhadap akar historis klub. Hasilnya, banyak fans justru merasa lebih terkoneksi dengan lambang baru yang sebenarnya merupakan revitalisasi logo lama.

4. Paris Saint-Germain (PSG) termasuk klub yang berhasil dengan logo minimalisnya

Muncul persoalan apakah minimalisme dalam desain logo klub sekadar tren sementara atau sebuah strategi jangka panjang. Berdasarkan penelitian JO Agency, minimalisme tampaknya akan tetap relevan dalam beberapa tahun ke depan. Sifatnya yang fleksibel, tak lekang oleh waktu, dan universal menjadikannya pilihan aman di tengah perubahan cepat dalam dunia digital.

Meski begitu, muncul kecenderungan baru yang menggabungkan minimalisme dengan elemen budaya dan gaya hidup. Paris Saint-Germain (PSG), misalnya, berhasil membesarkan namanya melampaui identitasnya sebagai tim sepak bola yang hingga kini juga dikenal sebagai ikon Paris. Melalui kolaborasi dengan merek seperti Jordan dan fokus kepada fesyen serta seni, PSG menunjukkan potensi evolusi dari minimalisme ke arah identitas visual yang hibrida dan kontekstual.

Agar tidak kehilangan karakter, klub harus cermat menyeimbangkan antara kesederhanaan desain dan kedalaman makna. Logo bukan sekadar gambar, melainkan juga narasi. Ketika perubahan dilakukan dengan mempertimbangkan warisan sejarah dan perkembangan zaman, maka modifikasi visual akan memperkokoh identitas klub, bukan menghilangkannya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team