Kendati performanya menjanjikan, tidak semua klub besar langsung berlomba-lomba mengamankan tanda tangan Benjamin Sesko. Arsenal dan Chelsea sempat menaruh minat, tetapi mundur perlahan karena pertimbangan harga yang tinggi. RB Leipzig dikabarkan mematok angka lebih dari 75 juta euro (Rp1,438 triliun). Mereka juga mempertimbangkan apakah Sesko layak untuk dikategorikan sebagai solusi jangka pendek atau justru proyek jangka panjang yang butuh waktu dan kesabaran.
Performa Sesko kerap dibandingkan dengan Viktor Gyokeres. Gyokeres, yang lebih senior dan produktif, dengan torehan 39 gol dalam 1 musim, dianggap sebagai solusi instan. Sementara itu, Sesko dipandang lebih sebagai investasi masa depan. Beberapa agen dan pelatih menyebut Sesko sebagai pemain dengan potensi besar yang bisa dibentuk sesuai filosofi klub, tetapi butuh waktu dan sistem yang mendukung perkembangannya.
Kisahnya di RB Leipzig memperkuat label tersebut. Ia tidak langsung menjadi starter utama setelah bergabung dari RB Salzburg pada musim panas 2023. Butuh waktu untuk menggeser nama-nama seperti Yussuf Poulsen dan Lois Openda. Barulah pada akhir musim 2023/2024, ia mencuri perhatian dengan mencetak tujuh gol beruntun.
Namun, performa Sesko pada 2024/2025 tidak setajam musim sebelumnya. Meski tampil lebih menyatu dalam skema permainan tim, kontribusi golnya justru menurun. Di sisi lain, RB Leipzig juga mengalami musim yang mengecewakan dengan hanya mampu finis di peringkat ketujuh Bundesliga.
Penampilan Sesko di Euro 2024 bersama Slovenia juga menjadi pertimbangan. Meski dipercaya sebagai striker utama dan tampil penuh selama turnamen, ia gagal mencetak gol yang menimbulkan keraguan apakah ia bisa bersinar di level tertinggi. Kombinasi dari performa stagnan dan ekspektasi tinggi membuat beberapa klub ragu untuk mengucurkan dana besar pada musim panas 2025 ini.