Apakah Jejak Karbon Sepak Bola Sebatas Isu atau Ancaman Nyata?

- Sepak bola menyumbang jejak karbon tinggi di dunia, setara dengan emisi tahunan Austria.
- Pembangunan stadion dan pernak-pernik sepak bola menjadi kontributor utama dalam jejak karbon industri ini.
- Perjalanan penonton ke dan dari pertandingan merupakan sumber utama emisi karbon dalam industri sepak bola.
Sepak bola, sebagai olahraga populer di dunia, sering dipuja karena kekuatannya dalam menyatukan berbagai kalangan, membangun solidaritas, dan memunculkan emosional yang luar biasa. Namun, di balik sorak sorai di stadion dan jutaan pasang mata yang terpaku di layar kaca, ada jejak tak kasat mata yang terus tumbuh, yaitu jejak karbon. Dari perjalanan ribuan suporter yang berpindah antarkota dan negara, konsumsi energi stadion, hingga produksi massal pernak-pernik dan siaran global, sepak bola modern menyumbang emisi yang tinggi.
Dalam ingar bingar kompetisi dan gemerlap industri olahraga ini, ancaman lingkungan sering kali terlupakan. Namun, realitasnya, dampak ekologis dari sepak bola bisa mengkhawatirkan kehidupan pada masa yang akan datang. Pertanyaannya, apakah jejak karbon ini sekadar isu pinggiran yang bisa disapu bersih oleh euforia kompetisi atau justru ancaman nyata yang menggerus keberlanjutan lingkungan secara perlahan, tetapi pasti?
1. Jejak karbon sepak bola merupakan ancaman nyata
Sepak bola bukan sekadar permainan di atas rumput hijau, melainkan bagian dari industri global yang kompleks dan berdampak luas. Aktivitas yang melibatkan perjalanan tim, pembangunan stadion, hingga konsumsi energi saat pertandingan menyumbang emisi karbon dalam jumlah besar. Menurut laporan Scientists for Global Responsibility (SGR) dan New Weather Institute, total jejak karbon tahunan dari industri sepak bola global diperkirakan mencapai 64 hingga 66 juta ton CO₂e. Ini setara dengan emisi tahunan seluruh Austria.
Kontributor utama emisi ini meliputi perjalanan penonton dan tim, pembangunan stadion baru, serta konsumsi energi selama pertandingan. Sebagai ilustrasi, sebuah pertandingan Piala Dunia dapat menghasilkan antara 44.000 hingga 72.000 ton CO₂e. Jumlah ini setara dengan emisi tahunan dari sekitar 31.500--51.500 mobil di Inggris yang digunakan selama 1 tahun penuh.
Perluasan kompetisi seperti Liga Champions Eropa diperkirakan menyebabkan lonjakan dalam jarak tempuh udara oleh tim dan suporter, dari sekitar 1,5 miliar mil pada 2022/2023 menjadi 2 miliar mil pada 2024/2025. Peningkatan aktivitas penerbangan ini membawa konsekuensi lingkungan yang serius, terutama dalam bentuk emisi gas rumah kaca yang makin besar. Perubahan diperkirakan dapat menambah hampir 500 ribu ton emisi karbon yang berkontribusi langsung terhadap percepatan pemanasan global dan krisis iklim.
2. Pembangunan stadion menjadi salah satu sumber emisi dalam sepak bola
Pembangunan stadion sepak bola modern merupakan salah satu kontributor utama dalam jejak karbon industri ini. Proses konstruksi stadion berskala besar melibatkan penggunaan material, seperti beton dan baja, yang memiliki jejak karbon tinggi. Misalnya, pembangunan Stadion Wembley di London yang dibuka pada 2007 menghasilkan sekitar 1,6 juta ton emisi CO₂e. Emisi tersebut bahkan lebih dari emisi tahunan 300 ribu mobil.
Penelitian bertajuk "Carbon emission and energy risk management in mega sporting events: challenges, strategies, and pathways" menunjukkan bahwa pembangunan enam stadion permanen di Qatar menghasilkan sekitar 1,6 juta ton CO₂e sebagai persiapan Piala Dunia 2022. Angka ini menyumbang sekitar 24,6 persen dari total emisi turnamen tersebut. Material seperti beton dan baja bertanggung jawab atas sebagian besar emisi ini dengan beton menyumbang emisi terbesar selama fase konstruksi.
Selain itu, rencana ambisius Arab Saudi untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034 mencakup pembangunan atau renovasi 15 stadion, pengembangan kota futuristik seperti NEOM, serta perluasan infrastruktur transportasi termasuk bandara. Meskipun proyek-proyek ini bertujuan menunjukkan transformasi ekonomi dan modernisasi negara, para ahli lingkungan menyoroti dampak ekologis yang besar akibat konsumsi energi dan penggunaan material konstruksi dalam skala masif. Total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari proyek ini diprediksi bisa hampir dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan Piala Dunia sebelumnya.
3. Pernak-pernik dan siaran langsung pertandingan juga menjadi kontributor emisi karbon
Selain pembangunan stadion, pernak-pernik dan siaran pertandingan juga memberikan kontribusi yang besar terhadap jejak karbon sepak bola. Produksi dan konsumsi pernak-pernik sepak bola, seperti jersey dan sepatu bola, memiliki dampak lingkungan yang besar. Tiap pasang sepatu bola diperkirakan menghasilkan sekitar 12,75 kg CO₂e selama proses produksinya, termasuk penggunaan bahan sintetis dan proses manufaktur. Selain itu, produksi satu kaus polyester dapat menghasilkan sekitar 5,5 kg CO₂ dan mengonsumsi 2.700 liter air. Dilansir Forbes, di Inggris, sekitar 100.000 ton pakaian olahraga berakhir di tempat pembuangan sampah tiap musim.
Sementara itu, siaran pertandingan sepak bola juga menyumbang emisi karbon. Penonton yang menyaksikan satu pertandingan selama 90 menit melalui televisi LCD 32 inci diperkirakan menghasilkan sekitar 0,24 kg CO₂e. Dengan jumlah penonton yang mencapai jutaan orang di seluruh dunia, total emisi dari aktivitas ini menjadi sangat besar. Selain itu, produksi siaran internasional yang melibatkan perjalanan staf, pengoperasian peralatan, dan penggunaan energi tinggi, makin menambah besar jejak karbon dari industri sepak bola.
4. Perjalanan penonton menghasilkan jejak karbon yang tinggi
Perjalanan penonton ke dan dari pertandingan sepak bola merupakan salah satu sumber utama emisi karbon dalam industri ini. Studi menunjukkan bahwa dalam turnamen sepak bola besar, sekitar 70--90 persen dari total emisi karbon berasal dari perjalanan penonton. Dalam studi ex-ante yang dilakukan Christian Kraft, Christoph Bühren, dan Pamela Wicker pada Euro 2024, ditemukan bahwa perjalanan penonton bertanggung jawab atas 70 persen emisi karbon, sementara perjalanan tim menyumbang sisanya.
Menurut Ioannis Konstantopoulos, seorang peneliti FNS Universitas Lausanne dan konsultan keberlanjutan olahraga, hampir 90 persen emisi karbon dioksida dalam turnamen sepak bola besar berasal dari perjalanan penonton. Selain itu, studi yang terbit di Journal of Cleaner Production pada 2024 menunjukkan bahwa penggunaan mobil pribadi oleh penonton menyumbang proporsi besar emisi. Tak hanya itu, ditemukan bahwa 42 persen penonton yang datang dengan mobil menghasilkan 71,6 persen dari total emisi gas rumah kaca.
5. Inisiatif dan gerakan berbagai pihak dalam mengurangi jejak karbon di dunia sepak bola
Meski jejak karbon dari industri sepak bola tergolong sangat besar, berbagai inisiatif mulai dijalankan untuk mengurangi dampaknya terhadap lingkungan. Badan sepak bola internasional seperti FIFA dan UEFA telah menetapkan target ambisius untuk mencapai netralitas karbon dalam penyelenggaraan turnamen besar, sebagai bagian dari komitmen terhadap keberlanjutan. Upaya tersebut mencakup penggunaan energi terbarukan di stadion, pengelolaan limbah yang lebih efisien, transportasi ramah lingkungan, hingga program kompensasi karbon untuk mengimbangi emisi yang tidak dapat dihindari.
Stadion-stadion modern kini makin banyak mengadopsi teknologi ramah lingkungan sebagai bagian dari transformasi menuju operasional yang lebih berkelanjutan. Inovasi seperti pemasangan panel surya untuk memenuhi kebutuhan listrik, sistem daur ulang air untuk keperluan kebersihan dan irigasi, serta penggunaan pencahayaan LED hemat energi telah menjadi standar baru dalam pembangunan fasilitas olahraga. Salah satu contoh sukses adalah Stadion Allianz Arena di Munich yang berhasil mengurangi konsumsi energinya hingga 30 persen berkat penerapan teknologi hijau.
Selain itu, kampanye untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi oleh penonton dan staf mulai digalakkan sebagai upaya menekan emisi karbon dari sektor transportasi. Klub-klub besar seperti FC Barcelona dan Manchester City turut mendukung gerakan ini dengan menyediakan akses transportasi umum yang lebih mudah menuju stadion serta memfasilitasi sistem carpooling bagi penggemar dan karyawan. Kedua klub tersebut juga telah menetapkan komitmen jangka panjang untuk mengurangi emisi dari seluruh aktivitas operasional mereka, termasuk perjalanan tim, logistik, dan konsumsi energi di fasilitas latihan.
Namun, tantangan besar masih membayangi, terutama seiring dengan pesatnya pertumbuhan pasar global sepak bola dan makin padatnya jadwal pertandingan internasional yang secara langsung meningkatkan jejak karbon. Perluasan liga, turnamen antarbenua, serta mobilitas tinggi tim dan suporter menjadi faktor utama yang mendorong lonjakan emisi dari sektor ini. Para ahli menekankan pendekatan sistemik dan kolaboratif, yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, mulai dari federasi, klub, dan pemain hingga penonton untuk mengadopsi kebijakan berkelanjutan serta mempercepat inovasi teknologi ramah lingkungan.
Jejak karbon sepak bola bukanlah isu remeh sebab menjadi ancaman serius yang dapat memengaruhi keberlangsungan hidup generasi mendatang jika tidak segera ditangani. Sebagai olahraga paling populer di dunia, sepak bola berperan besar dalam membentuk opini publik dan mendorong perubahan perilaku masyarakat. Sepak bola mampu meminimalkan dampaknya terhadap lingkungan sekaligus menjadi katalisator dalam membangun masa depan yang lebih hijau.