Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Manchester United Menunjukkan Tanda-tanda Kebangkitan?

pertandingan sepak bola di Old Trafford, markas Manchester United
potret pertandingan sepak bola di Old Trafford, markas Manchester United (unsplash.com/Samuel Regan-Asante)
Intinya sih...
  • Manchester United mencatat kemenangan beruntun pertama sejak Februari 2024, menunjukkan tanda-tanda kebangkitan setelah periode sulit di bawah Ruben Amorim.
  • Amorim tetap dengan formasi 3-4-3, namun lebih direct dan memakai blok bertahan rendah untuk meningkatkan stabilitas tim.
  • Gelandang bertahan dan wingback menjadi aspek yang perlu diperbaiki untuk menjaga keseimbangan sistem 3-4-3 yang bergantung kepada dua pemain tengah.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Selama hampir 1 tahun terakhir, Manchester United menjalani masa sulit di bawah arahan Ruben Amorim. Periode suram setelah finis di peringkat ke-15 English Premier League (EPL) 2024/2025 membuat posisi sang pelatih sempat diguncang. Isu pemecatan sang pelatih kembali menyeruak usai kalah dari Brentford pada pekan keenam Premier League 2025/2026, memicu pertanyaan besar mengenai arah proyeknya. Namun kini, untuk pertama kalinya sejak Februari 2024, MU menunjukkan tanda-tanda kebangkitan, baik dari sisi hasil maupun struktur permainan.

Tiga kemenangan beruntun atas Sunderland, Liverpool, dan Brighton & Hove Albion menjadi titik balik atmosfer di Old Trafford. Kemenangan 4-2 atas Brighton menegaskan perubahan sikap dan kestabilan yang mulai tumbuh dalam skuad. Tanpa tekanan kompetisi Eropa, Amorim berhasil menggunakan waktu latihan secara efektif untuk membentuk tim yang lebih sinkron secara taktik dan mental, hingga menumbuhkan keyakinan jika MU mulai menemukan identitas barunya.

1. Tidak adanya jadwal Eropa dimanfaatkan Ruben Amorim untuk membenahi taktik

Ruben Amorim memulai musim 2025/2026 dengan tekanan besar setelah musim lalu berakhir dengan hasil terburuk dalam 3 dekade terakhir. Namun, hasil positif dalam tiga laga terakhir mengubah suasana di klub. Manchester United kini mencatat kemenangan beruntun pertama mereka dalam 1 musim sejak Februari 2024, termasuk kemenangan bersejarah di Anfield atas Liverpool untuk pertama kalinya sejak 2016. Kemenangan 4-2 atas Brighton & Hove Albion di Old Trafford memperkuat keyakinan arah tim mulai benar.

Performa apik pemain baru menjadi elemen penting dalam kebangkitan ini. Matheus Cunha, yang mencetak gol perdananya setelah 9 penampilan dan 25 percobaan tembakan, akhirnya menampilkan kualitas yang sepadan dengan harga transfernya. Bryan Mbeumo juga tampil tajam dengan dua gol ke gawang Brighton, yang menjadikannya pemain dengan delapan keterlibatan gol melawan The Seagulls, lebih banyak dari lawan mana pun di Premier League. Kedua pemain tersebut membawa energi dan efisiensi baru di lini serang, yang sebelumnya kerap tumpul dan tidak berimbang.

Di si lain, tidak adanya jadwal Eropa malah menjadi berkah tersembunyi bagi Amorim. Dengan hanya satu pertandingan per pekan, ia memiliki waktu untuk memoles detail taktikal di tempat latihan. Amorim menegaskan, skuadnya kini lebih cocok dengan gaya permainan yang ia kembangkan. Efeknya mulai terlihat dengan MU kini bermain dengan intensitas tinggi tanpa kehilangan kendali pada fase akhir laga.

Kendati demikian, Amorim tetap berhati-hati dalam menyikapi euforia. Momentum positif ini bisa menguap begitu saja jika tidak dijaga dengan fokus dan kedisiplinan. Namun, dari tiga kemenangan terakhir, terlihat adanya keseimbangan antara determinasi dan kontrol, dua hal yang selama ini hilang dari permainan Setan Merah. Secara psikologis, suasana positif di Old Trafford telah kembali dan menghadirkan semangat optimisme yang sudah lama tidak tampak sejak masa kejayaan era Sir Alex Ferguson.

2. Ruben Amorim tetap dengan 3-4-3, tetapi kini lebih direct dan memakai blok bertahan rendah

Ruben Amorim mempertahankan formasi 3-4-3, tetapi transformasi terjadi dalam detail struktur dan eksekusi. Ketika kehilangan bola, tim berubah menjadi 5-4-1 dengan blok rendah untuk menutup ruang di tengah. Pendekatan ini memperkuat stabilitas yang sebelumnya rapuh, khususnya dalam transisi bertahan. Manchester United kini bermain lebih direct dan meninggalkan pola build-up lambat yang sebelumnya kerap gagal. Mereka mengandalkan serangan vertikal untuk memaksimalkan kecepatan Bryan Mbeumo serta ketajaman Matheus Cunha di antara lini.

Amorim juga menempatkan dua number 10, Cunha dan Mbeumo, sebagai penghubung antara lini tengah dan serangan. Kombinasi ini memberi fluiditas yang membuat MU lebih mudah keluar dari tekanan. Lini belakang pun menunjukkan peningkatan signifikan. Matthijs de Ligt dan Luke Shaw tampil solid dalam pressing tinggi, sementara kiper muda Senne Lammens membawa ketenangan di bawah mistar yang sebelumnya dilanda waswas saat era Andre Onana.

Casemiro, yang dulu dianggap masalah karena sering melakukan kesalahan umpan dan kehilangan bola, kini jadi figur sentral dalam struktur baru Amorim. Menurut The Independent, MU hanya kebobolan 3 gol dalam 463 menit saat ia bermain, tetapi 13 gol dalam 437 menit tanpanya. Statistik itu menggambarkan betapa vitalnya peran gelandang berusia 34 tahun tersebut dalam menjaga ritme dan distribusi bola. Amorim menyebut Casemiro sebagai contoh kerja keras yang harus ditiru rekan setimnya, karena dari posisi terpinggirkan, ia kini kembali sebagai inti permainan. Perannya dalam kemenangan 4-2 atas Brighton dengan 1 gol dan 1 assist mempertegas kebangkitannya.

Kombinasi disiplin taktik dan manajemen energi menjadi kunci. Amorim mengatur pressing tinggi dengan perhitungan matang agar para pemain tetap fit hingga akhir laga. Saat melawan Brighton, MU mendominasi fase pertama dengan penguasaan area dan distribusi efektif dari lini belakang. Dalam banyak aspek, MU kini mampu mengontrol tempo pertandingan, bukan hanya bereaksi terhadap lawan. Inilah ciri khas tim besar yang selama beberapa tahun terakhir hilang dari Old Trafford.

3. Gelandang bertahan dan wingback jadi aspek yang perlu diperbaiki Manchester United

Meski performa membaik, Manchester United belum sepenuhnya seimbang. Area yang paling mengkhawatirkan adalah lini tengah, khususnya ketika Casemiro tidak berada di lapangan. Dalam beberapa laga terakhir, saat ia digantikan, tim kehilangan kontrol dan mudah ditembus di area sentral. Perbandingan statistiknya sangat mencolok dengan 1 gol kebobolan tiap 154 menit bersama Casemiro, dan 1 gol tiap 33 menit tanpanya. Hal ini memperlihatkan belum ada pengganti yang mampu meniru kontribusinya.

Kobbie Mainoo dan Manuel Ugarte sejauh ini belum mampu memberikan efek yang sama dalam stabilitas dan distribusi bola. Mainoo terlihat kehilangan arah dalam peran ganda bertahan-menyerang, sementara Ugarte masih belum mencapai kualitas operasional Casemiro. Dengan Bruno Fernandes lebih ofensif, beban pengendalian ritme pertandingan terlalu berat di pundak pemain Brasil tersebut. Amorim tampaknya membutuhkan tambahan gelandang bertahan untuk menjaga keseimbangan sistem 3-4-3 yang bergantung kepada dua pemain tengah.

Di sisi lain, area wingback juga menjadi titik yang perlu diperbaiki. Rotasi antara Diogo Dalot, Luke Shaw, dan Patrick Dorgu belum memberi konsistensi. Dalot masih kesulitan menciptakan kontribusi menyerang yang efektif, sedangkan Dorgu sering kehilangan posisi saat bertahan, seperti pelanggaran yang ia lakukan kepada Yankuba Minteh saat melawan Brighton hingga membuatnya nyaris mendapat kartu merah dan berujung gol. Performa ini menunjukkan kebutuhan mendesak untuk memperkuat sisi sayap dengan pemain yang mampu menjalankan peran dua arah secara optimal.

Banyak pengamat menilai, MU masih memerlukan dua rekrutan kunci, yakni gelandang bertahan tambahan dan wingback kanan baru. Tanpa keduanya, stabilitas sistem Ruben Amorim berpotensi goyah saat menghadapi jadwal padat Desember 2026 nanti. Namun jika sektor ini dibenahi pada bursa transfer Januari 2026 nanti, peluang MU finis di posisi kelima atau keenam Premier League tampak realistis. Konsistensi yang kini mulai terbentuk bisa menjadi dasar bagi pembangunan jangka panjang, bukan sekadar kebangkitan sesaat.

Ruben Amorim berhasil menanamkan disiplin dan identitas bagi Manchester United, tetapi untuk menjadikan momentum ini berkelanjutan, keseimbangan struktural tetap menjadi pekerjaan rumah terbesar. Untuk saat ini, Setan Merah memang belum sempurna, tetapi akhirnya, mereka kembali menuju jalur yang benar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us

Latest in Sport

See More

6 Gol Samuele Ricci di Serie A per 29 Oktober 2025

30 Okt 2025, 09:14 WIBSport