Dalam beberapa musim terakhir, sepak bola telah bergerak ke arah permainan yang lebih langsung dan berbasis transisi cepat. Data Opta Analyst menunjukkan, Nottingham Forest, salah satu tim dengan permainan fast and direct di Premier League, memiliki rata-rata progresi bola sebesar 2,08 meter per detik dan hanya membutuhkan 2,8 operan dalam satu rangkaian serangan. Sebaliknya, Manchester City mencatatkan rata-rata penguasaan bola sebesar 60,6 persen dan jumlah operan sukses per laga mencapai 540 operan yang memperlihatkan perbedaan gaya bermain yang kontras.
Tim-tim seperti Liverpool, Newcastle United, dan Brighton & Hove Albion juga telah mengadaptasi pendekatan berbasis transisi cepat dengan pressing agresif dan serangan balik kilat. Tren ini mengisyaratkan, semakin banyak tim yang mulai meninggalkan pendekatan berbasis penguasaan bola secara penuh dan lebih memilih strategi yang lebih vertikal dan eksplosif.
Namun, Guardiola tetap teguh pada filosofi permainannya. Dalam wawancara yang dikutip Opta Analyst, ia menyatakan, "Kami tidak akan beradaptasi. Kami akan tetap bermain seperti yang telah mendefinisikan tim ini selama bertahun-tahun." Meskipun demikian, ia mengakui semakin banyak tim yang berani bermain lebih agresif dan tidak lagi bertahan secara pasif seperti beberapa tahun lalu.
Lantas, apakah strategi Pep Guardiola sudah usang? Belum ada jawaban pasti. Adaptasinya membuktikan kemampuannya, akan tetapi tren sepak bola yang berubah cepat menuntut fleksibilitas lebih. Namun, dengan tren sepak bola yang semakin cepat dan agresif, apakah itu cukup? Persaingan yang semakin ketat di dunia sepak bola modern akan menjadi ujian sesungguhnya bagi kejeniusan taktik Guardiola.