3 Musim saat Pep Guardiola Gagal Juarai Liga Domestik sebagai Pelatih

- Manchester City tertinggal 23 poin dari Liverpool di EPL 2024/2025
- Pep Guardiola gagal membawa Barcelona menjadi juara LaLiga pada musim terakhirnya
- Guardiola berhasil membalas 'penghinaan' dengan membawa Manchester City menjadi juara EPL pada musim 2017/2018
Harapan Manchester City untuk menjadi juara English Premier League (EPL) 2024/2025 makin tipis. Hingga pekan 28, mereka hanya memiliki 47 poin. The Cityzens tertinggal 23 angka dari Liverpool yang memuncaki klasemen sementara.
Secara matematis, selisih tersebut memang memungkinkan untuk dikejar karena mereka masih yang menyisakan sepuluh pertandingan. Namun, rasanya, mustahil Manchester City bisa melakukannya. Pasalnya, Liverpool tampil begitu konsisten.
Bagi sang pelatih, Pep Guardiola, jika situasi tersebut benar terealisasi, maka ini akan jadi kali keempat dirinya gagal membawa tim yang dilatihnya menjuarai liga domestik. Lantas, kapan saja tiga musim kegagalan yang sudah dilalui oleh Guardiola? Berikut ulasan lengkapnya.
1. Pep Guardiola hanya menjadi runner-up pada musim terakhirnya di Barcelona
Pep Guardiola mengawali kariernya sebagai pelatih tim senior bersama Barcelona pada 2008/2009. Sosok asal Spanyol ini bertahan di klub masa kecilnya tersebut sampai akhir 2011/2012. Selama tiga musim pertamanya, Guardiola selalu mampu membawa Barca menjadi juara LaLiga Spanyol.
Ia gagal melakukannya pada musim pamungkasnya. Pada 2011/2012, Barcelona hanya bisa berakhir di posisi kedua dengan raihan 91 poin. Mereka kalah dari Real Madrid yang mengoleksi 100 angka. Barca mencatatkan 28 kemenangan, 7 keimbangan, dan 3 kekalahan.
Tanda-tanda kegagalan tersebut sudah terlihat ketika musim berjalan. Guardiola tampak sudah kehilangan motivasi dan inovasi. Sebelum musim berakhir, tepatnya pada 27 April 2012, ia akhirnya mengumumkan bahwa dirinya akan berhenti sebagai pelatih Barca ketika musim telah tuntas. Guardiola mengakui bahwa dirinya sudah kelelahan, baik secara fisik maupun mental.
Meski gagal menjadi juara di LaLiga pada musim terakhirnya tersebut, Guardiola tetap mampu mempersembahkan trofi lain bagi Barcelona. Mereka berhasil menjadi juara Copa del Rey, Piala Super Spanyol. Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub. Total, Guardiola meraih 14 piala selama melatih Barcelona.
2. Pep Guardiola dipermalukan pada musim debut di English Premier League
Setelah berhenti melatih Barcelona, Pep Guardiola menjalani masa hiatus dari dunia sepak bola selama setahun. Ia akhirnya kembali ke kursi pelatih dengan menukangi Bayern Munich pada awal 2013/2014. Guardiola bertahan bersama raksasa Jerman itu selama 3 musim dan selalu mampu membawa mereka menjadi juara Bundesliga Jerman.
Saat masih melatih Bayern Munich, tepatnya pada 1 Februari 2016, sebuah kabar mengejutkan tersebar. Manchester City mengumumkan bahwa Guardiola akan menjadi pelatih baru mereka mulai awal 2016/2017. The Cityzens bahkan menyatakan bahwa mereka sudah bernegosiasi dengan Guardiola mulai 2012.
Pada 13 Agustus 2016, Guardiola pun menjalani debutnya sebagai pelatih Manchester City. Ia berhasil membawa mereka menang atas Sunderland dengan skor 2-1. Guardiola mampu membuat Manchester City meraih kemenangan dalam sepuluh pertandingan pertamanya di seluruh kompetisi.
Pada 2 Oktober 2016, Guardiola akhirnya merasakan kekalahan pertamanya sebagai pelatih Manchester City. Mereka kalah dari Tottenham Hotspur di EPL dengan skor 0-2. Hingga akhir musim, mereka menelan lima kekalahan tambahan. Hasilnya, Manchester City hanya bisa menempati posisi ketiga dengan 78 poin yang merupakan hasil dari 23 kemenangan dan 9 keimbangan.
Dengan begitu, untuk kali pertama dalam karier kepelatihannya, Guardiola berakhir di posisi ketiga. Setelah mendominasi LaLiga dan Bundesliga, ia akhirnya merasakan kerasnya persaingan di EPL. Guardiola pun mendapat sambutan yang cukup memalukan pada musim perdananya ini.
Hebatnya, pada musim berikutnya (2017/2018), Guardiola membalas 'penghinaan' tersebut dengan sangat berkelas. Pria yang lahir pada 18 Januari 1971 ini mampu membawa Manchester City menjadi juara EPL dengan raihan 100 poin. Mereka sahih menjadi tim pertama dan satu-satunya hingga saat ini yang mampu mencapai angka tersebut di EPL.
3. Pep Guardiola kalah dari Juergen Klopp pada 2019/2020
Salah satu rival terberat yang dimiliki oleh Pep Guardiola dalam karier kepelatihannya adalah Juergen Klopp. Hingga kepergian Klopp dari Liverpool pada akhir 2023/2024, mereka sudah bertarung sebanyak 30 kali. Jumlah tersebut membuat Klopp menjadi pelatih yang paling sering dihadapi oleh Guardiola.
Tidak hanya itu, Klopp juga bahkan menjadi pelatih yang paling sering mengalahkan Guardiola dengan 12 kali. Sebaliknya, Guardiola hanya baru meraih sebelas kemenangan atas sosok asal Jerman tersebut. Namun, jika menghitungnya berdasarkan pencapaian pada akhir musim, Guardiola unggul jauh atas Klopp.
Secara keseluruhan, Guardiola dan Klopp sudah bertanding dalam 10 musim yang berbeda (2 di Bundesliga dan 8 di EPL). Dari 10 musim tersebut, hanya ada 1 musim ketika Guardiola berada di bawah Klopp di klasemen akhir. Itu terjadi ketika Liverpool menjuarai EPL 2019/2020.
Saat itu, The Reds hampir saja memecahkan rekor 100 poin yang diciptakan oleh Pep Guardiola dan Manchester City pada 2017/2018. Pada 2019/2020, Liverpool meraih 99 poin dari hasil 32 kemenangan, 3 keimbangan, dan 3 kekalahan. Sementara, Guardiola hanya bisa mengantarkan Manchester City menjadi runner-up dengan raihan 81 poin.
Pada 2024/2025, Guardiola bukan saja tampak mustahil untuk membawa Manchester City menjadi juara EPL. Ia juga terancam merasakan berakhir di luar tiga besar untuk pertama kalinya. Bahkan, peluang Guardiola untuk mengantarkan Manchester City lolos ke Liga Champions Eropa 2025/2026 juga berada di ujung tanduk. Jika bencana tersebut benar terjadi, maka Guardiola pun akan absen bertarung di kompetisi tertinggi antarklub Benua Biru tersebut untuk pertama kalinya.