Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pertandingan sepak bola (unsplash.com/Fancy Crave)

Intinya sih...

  • Kolaborasi Spotify dan Barcelona sebagai bentuk branding musik di sepak bola

  • Peran anthem resmi UEFA Champions League dalam membangun identitas dan prestise

  • Anthem dan lagu resmi Piala Dunia yang sarat akan makna

Musik dan sepak bola selama ini berjalan berdampingan sebagai dua bentuk ekspresi budaya populer yang kuat. Namun, dalam 2 dekade terakhir, hubungan keduanya tidak lagi sebatas chant suporter atau lagu kebangsaan sebelum pertandingan. Musik kini memiliki peran yang lebih strategis dalam industri sepak bola modern, baik sebagai alat promosi, identitas, hingga instrumen ekonomi kreatif yang bernilai tinggi.

Kemitraan antara klub-klub besar dengan perusahaan musik global seperti Spotify menunjukkan upaya sepak bola untuk membuka diri terhadap dunia hiburan secara lebih luas. Lagu resmi turnamen, anthem kompetisi, hingga branding stadion melalui platform musik digital menjadi bukti musik telah terintegrasi ke dalam narasi bisnis sepak bola. Transformasi ini menciptakan peluang baru sekaligus memperlihatkan pengalaman menonton sepak bola kini juga menyentuh aspek emosional dan estetika melalui musik.

1. Kolaborasi Spotify dan Barcelona sebagai bentuk branding musik di sepak bola

Pada 2022, FC Barcelona mengumumkan kemitraan strategis dengan Spotify yang menjadi salah satu kerja sama terbesar antara klub sepak bola dan perusahaan musik digital. Spotify resmi menjadi sponsor utama untuk jersey tim laki-laki dan perempuan sekaligus memperoleh hak penamaan stadion. Stadion yang sebelumnya dikenal sebagai Camp Nou kini berganti nama menjadi Spotify Camp Nou. Kesepakatan ini bernilai 280--300 juta euro atau setara Rp5,6 triliun rupiah untuk durasi 4 musim.

Kolaborasi ini bukan hanya soal logo di jersey atau nama stadion yang berubah. Spotify memanfaatkan kerja sama ini untuk menghadirkan pengalaman musik secara langsung dalam atmosfer pertandingan, mulai dari papan digital yang menampilkan promosi musisi global hingga desain jersey khusus untuk artis tertentu. Pada 2022/2023, Barcelona sempat mengenakan jersey edisi khusus dengan logo Drake untuk merayakan 50 miliar pemutaran lagu Drake di Spotify serta logo Motomami milik Rosalía yang mempromosikan album terbarunya.

Selain meningkatkan pemasukan komersial klub, kolaborasi ini juga memperluas jangkauan audiens Spotify. Menurut laporan Spotify Newsroom pada 2023, kampanye yang dijalankan bersama Barcelona mendorong interaksi tinggi di media sosial melalui kolaborasi antara pemain dan musisi dalam berbagai aktivitas promosi. Sementara itu, laporan Campaign US yang merujuk pada studi Culture Next menunjukkan, hampir 50 persen gen z lebih tertarik kepada merek yang terlibat dalam sponsor acara musik langsung. Artinya, strategi ini efektif dalam menjangkau pasar generasi muda.

2. Peran anthem resmi UEFA Champions League dalam membangun identitas dan prestise

Anthem Liga Champions Eropa resmi pertama kali diperkenalkan pada 1992 sebagai pengiring transisi dari European Cup kepada format yang lebih modern dan prestisius. Diciptakan Tony Britten berdasarkan aransemen klasik "Zadok the Priest" karya Handel, anthem ini menjadi jingle pembuka sekaligus elemen utama yang mengukuhkan identitas kompetisi. Menurut UEFA dan agensi TEAM, pada 1999, tingkat pengenalan logo dan anthem oleh fans mencapai 94 persen, yang mencerminkan kekuatan simbolik yang telah menetap lebih dari 3 dekade.

Anthem ini bahkan pernah dinyanyikan langsung oleh artis papan atas di final Liga Champions, termasuk Andrea Bocelli di Roma 2009 dan Mariza di Lisbon 2014. Pada kampanye “That #UCLFeeling” 2020/2021, UEFA meminta penggemar dan pemain memilih momen paling ikonis. Anthem menempati urutan pertama dengan 30,1 persen suara dari total 75 ribu responden. Selain menjadi signature audio pertandingan, anthem tersebut juga menjelma sebagai alat pemasaran dan alat emosional dalam menyatukan fanbase global pada saat-saat klimaks sepak bola Eropa.

3. Anthem dan lagu resmi Piala Dunia yang sarat akan makna

Sejak Piala Dunia 1990, FIFA secara konsisten menghadirkan lagu resmi turnamen sebagai bagian dari kampanye global yang menyatukan olahraga dan budaya. Salah satu yang paling berkesan adalah "Waka Waka (This Time for Africa)" karya Shakira bersama Freshlyground untuk Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Lagu ini terinspirasi dari pepatah Afrika dan menampilkan ritme khas benua tersebut yang mencerminkan semangat perjuangan dan solidaritas. Hingga awal 2025, "Waka Waka" telah diputar lebih dari 1,07 miliar kali di Spotify dan ditonton lebih dari 4 miliar kali di YouTube. Alhasil, lagu ini menjadi lagu Piala Dunia paling populer menurut Guinness World Records.

Lagu-lagu resmi Piala Dunia juga biasanya mencerminkan nilai budaya dan semangat tuan rumah. "We Are One (Ole Ola)" yang dibawakan Pitbull, Jennifer Lopez, dan Claudia Leitte pada 2014 di Brasil mengusung tema keberagaman dan pesta rakyat. Empat tahun kemudian di Rusia, "Live It Up" yang dinyanyikan Nicky Jam bersama Will Smith dan Era Istrefi menampilkan semangat muda dan perayaan kompetisi global. Di Qatar 2022, "Hayya Hayya (Better Together)" yang dinyanyikan Trinidad Cardona, Davido, dan Aisha menyampaikan pesan kebersamaan lintas budaya dengan perpaduan gaya musik R&B, afrobeat, dan Timur Tengah.

Lagu-lagu ini berperan dalam membentuk identitas visual dan emosional turnamen. Keberadaan mereka memperkuat kesan hangat kepada para penonton sekaligus menjadi sarana promosi lintas platform digital. Dalam industri sepak bola modern, lagu resmi semacam ini menjadi bagian dari strategi komunikasi global yang menyatukan audiens dari berbagai latar belakang sosial dan geografis.

4. Resonansi chant dan lagu klub pada era digital sebagai penanda identitas

Pada era streaming dan media sosial, lagu kebanggaan klub kini memiliki kehidupan baru di luar stadion. Menurut studi BoyleSports pada Juni 2025, "You’ll Never Walk Alone" milik Liverpool mencatat lebih dari 87 juta penayangan di YouTube dan 114 juta streaming di Spotify. Tradisi ini berkembang pesat serta terekam dan menyebar lebih luas lewat platform daring.

Tempat kedua dalam studi tersebut ditempati "Local Hero", instrumental karya Mark Knopfler yang identik dengan Newcastle United. Lagu ini sukses menarik lebih dari 42 juta streaming di Spotify dan menjadi bagian inti dari atmosfer St James’ Park. Capaian ini menunjukkan, lagu yang awalnya bersifat lokal dan sentimental bisa memperoleh jangkauan luas melalui platform digital serta menjadi identitas global klub di mata penggemar sepak bola dunia.

Fenomena serupa terjadi kepada klub-klub lain seperti Arsenal dengan lagu "The Angel – North London Forever" yang diluncurkan pada 2022 dan langsung menempati peringkat tinggi platform digital. Dukungan fans terbukti dalam angka. Lagu ini meraih skor 71 dari 100 berdasarkan metrik streaming dan interaksi sosial, sebagaimana dilansir laman Daily Waffle. Fenomena ini menjadi bukti lagu-lagu klub terus berkembang sebagai bentuk ekspresi kolektif suporter yang dikuatkan oleh konektivitas era digital.

5. Playlist dan lagu tematik klub sebagai alat engagement pada era digital

Seiring perkembangan era streaming dan platform digital, banyak klub sepak bola resmi merilis playlist dan lagu tematik untuk memperkuat keterlibatan dengan penggemar yang tersebar di seluruh dunia. Salah satu tren yang muncul adalah kolaborasi antara klub dan layanan musik seperti Spotify untuk menciptakan pengalaman audio yang selaras dengan citra klub. Dilansir laman resminya, UEFA juga meluncurkan UEFA Play, sebuah platform audio resmi yang menyatukan playlist dan anthem di kompetisi UEFA, termasuk Liga Champions. Platform ini membantu penggemar global untuk merasakan atmosfer pertandingan lewat musik prapertandingan sebelum kick-off.

Playlist yang disusun khusus klub dapat memperkuat rasa kebersamaan di antara para pendukung. Strategi ini juga didukung Spotify sendiri melalui Fan Study, yang menunjukkan pengguna yang menambahkan lagu ke playlist pribadi mendengarkan lagu tersebut 41  persen lebih sering dan 60 persen di antaranya cenderung membeli merchandise setelahnya. Artinya, playlist mampu menjadi alat pemasaran yang meningkatkan loyalitas dan monetisasi.

Bayern Munich menjadi contoh sukses dalam hal ini, sebab mereka bekerja sama dengan SAP untuk mengumpulkan data penggemar dari 52 platform lalu menghadirkan materi audio personal dalam kampanye digital mereka. Inisiatif serupa dilakukan klub lain, seperti Liverpool dan Arsenal, dalam menciptakan suasana audio yang konsisten di seluruh media sosial dan saluran digital mereka. Upaya ini mencerminkan perubahan peran musik di sepak bola modern. Musik dipakai secara strategis untuk mengikat penggemar dengan merek klub, menciptakan pengalaman personal, dan mendukung pendalaman relasi emosional dalam skala global.

Musik dalam sepak bola telah berkembang dari elemen hiburan menjadi bagian strategis dalam industri olahraga global. Mulai dari anthem resmi, lagu klub, hingga kolaborasi digital, semua mencerminkan proses musik dalam memperkuat identitas, emosi, dan koneksi antara klub dan penggemar. Transformasi ini menunjukkan, irama dan permainan kini berjalan seiring dalam satu panggung bernama sepak bola modern.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team