Banyak Pemain Gugur Akibat Perang, Ini Profil Timnas Palestina

Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA) berdiri sejak 1928. Kendati begitu, Federasi Sepak Bola Internasional atau FIFA baru mengakuinya pada 1998. Pada waktu yang sama, PFA juga diakui oleh Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC). 

Asosiasi sepak bola terbagi menjadi dua divisi, yaitu Divisi West Bank dan Divisi Gaza Strip. Untuk setiap divisinya memilii 12 klub. Dalam perkembangannya, PFA kemudian membentuk liga sepak bola untuk perempuan sejak 11 Februari 2011. 

Berdasarkan website resmi FIFA, Palestina sempat menempati peringkat ke-73 pada Februari-Maret 2018. Ranking tersebut menjadi pencapaian terbaik Palestina sepanjang 20 tahun FIFA mengakui Federasi Sepak Bola Palestina.

Sementara itu, berdasarkan data terbaru yang diuggah pada 7 Juni 2018, Palestina menempati peringkat ke-99 dengan torehan poin 347. Terpaut enam peringkat dari Israel, pesaing politiknya, yang menempati peringkat ke-96. 

Puncak pencapaian Timnas Palestina ketika menjuarai AFC Challange Cup 2014 di Nepal. AFC Challange Cup merupakan kompetisi sepak bola internasional yang mempertemukan negara-negara berkembang.

Kemudian, Palestina berhasil mencapai babak semifinal pada ajang West Asian Games (WAG) 2002. WAG merupakan ajang olahraga empat tahunan untuk atlet dari Asia Barat, seperti Bahrain, Iran, Iraq, Yodania, Kuwait, Lebanon, Palestina, dan masih ada lagi. 

Selain itu, pada ajang Pan Arab Games, Palestina menjadi salah satu tim yang patut diperitungkan. Pada 1965, mereka mencapai babak semi final. Pada 1999, Palestina barhasil meraih peringkat ketiga. Menyusul pada 2011, mereka hanya berhasil mencapai babak semifinal.

Patut diberi apresiasi adalah Palestina berhasil lolos AFC Asian Cup 2019 dan bersaing pada Grub B bersama Australia, Suriah, dan Yordania. 

Berdasarkan tulisan Issam Khalidi pada Sports and Aspirations: Football in Palestina, 1900-1948, kesebelasan yang mengatasnamakan Timnas Palestina pertama kali terbentuk pada Maret 1931. Kala itu, mereka akan bertanding melawan tim dari Universitas Beirut Amerika. 

Hadirnya pemain pilihan kala itu diprediksi menjadi tim sepak bola terkuat dibanding tim pilihan Israel dan Inggris yang masih memiliki pengaruh di sana. 

Lebih sadis lagi, menurut Issam, banyak atlet sepak bola yang meninggal memasuki awal 1948. Para pemain menjadi korban bom yang dilontarkan oleh kelompok Zionis Israel. Salah satunya adalah Zaki al-Darhali sebagai sayap kiri Timnas Palestina.