Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Bintang Sepak Bola yang Mengawali Karier di Girondins Bordeaux

Christophe Dugarry (girondins.com)
Intinya sih...
  • Bordeaux mengalami krisis finansial sejak 2021 dan terdegradasi ke Ligue 2 Prancis setelah finis di peringkat 20 pada 2021/2022.
  • Kondisi keuangan yang makin kritis memaksa Bordeaux menyatakan bangkrut, klub harus merelakan status profesionalnya dan akademi ditutup.
  • Aurelien Tchouameni dan Jules Kounde adalah dua pemain bintang yang berasal dari akademi Bordeaux dan sukses berkarier di level tertinggi Eropa.

Girondins de Bordeaux, yang lebih dikenal sebagai Bordeaux, akhir-akhir ini sedang mengalami situasi sulit berupa krisis finansial. Bahkan, permasalahan tersebut sudah terjadi sejak 2021 lalu. Akibatnya, mereka harus terdegradasi ke Ligue 2 Prancis setelah finis di peringkat 20 pada 2021/2022.

Setelah bermain selama 3 musim di Ligue 2, kondisi Bordeaux bukannya membaik, malah makin memburuk. Sempat ada angin segar setelah Fenway Sports Group (FSG) akan mengambil alih Bordeaux. Namun, hal itu gagal terealisasi. Akhirnya, meski finis di peringkat 12 dari 20 tim pada 2023/2024, mereka harus rela turun kasta ke Championnat National, kasta ketiga Liga Prancis. Kondisi keuangan yang makin kritis memaksa Bordeaux menyatakan bangkrut.

Akibatnya, klub yang pernah enam kali juara Ligue 1 Prancis ini harus merelakan status profesionalnya dan memulai lagi dari level amatir. Lebih menyedihkan lagi, sebagian besar pemainnya harus mencari klub baru dan akademi yang menjadi gudangnya talenta muda terpaksa ditutup. Padahal, mereka sempat menelurkan sejumlah pemain bintang.

Berbicara tentang akademi Bordeaux, ada sedikitnya lima pemain hebat yang berasal dari akademi Bordeaux.

1. Aurelien Tchouameni menimba ilmu di akademi Bordeaux mulai pada 2011

Aurelien Tchouameni bermain di Bordeaux pada 2015–2020. (x.com/girondins)

Aurelien Tchouameni mengawali karier profesionalnya di Bordeaux. Sebelumnya, gelandang bertahan berbakat ini menimba ilmu di akademi klub tersebut pada 2011–2018. Setelah beberapa musim berkontribusi bagi Bordeaux, ia kemudian hijrah ke AS Monaco pada awal 2020.

Kepindahannya ke klub Monako ini menjadi tonggak penting dalam perkembangan karier Tchouameni. Di Monaco, pemain kelahiran Rouen, Prancis, ini semakin menunjukkan kualitasnya sebagai salah satu gelandang bertahan terbaik Eropa. Hal itu dibuktikannya dengan memenangi penghargaan pemain muda terbaik Ligue 1 Prancis pada 2020/2021. 

Performa impresif Tchouameni di Monaco menarik perhatian banyak klub besar Eropa. Di antara sekian banyak peminat, Real Madrid yang berhasil mengamankan tanda tangannya. Kepindahannya ke salah satu klub paling bergengsi di dunia ini menjadi puncak karier Tchouameni sejauh ini. Di sana, ia akan sering bentrok dengan mantan rekan setimnya dahulu di Bordeaux, Jules Kounde.

2. Bordeaux menjadi batu loncatan bagi karier Jules Kounde

Jules Kounde (x.com/jkeey4)

Sebelum berkarier di level tertinggi, Jules Kounde mengawali perjalanan sepak bolanya di klub-klub kecil di sekitar Bordeaux. Bakat alamiahnya dalam bermain sepak bola membuatnya berhasil lolos seleksi Bordeaux U-19 pada usia 14 tahun. Setelah mengasah kemampuannya di tim muda, Kounde akhirnya mendapatkan kesempatan untuk debut bersama tim utama Bordeaux pada 2018.

Performa impresif Kounde bersama Bordeaux menarik perhatian sejumlah klub besar Eropa. Pada 2019, ia akhirnya memutuskan melanjutkan kariernya di Spanyol dengan bergabung bersama Sevilla. Ditebus sebesar 25 juta euro (sekitar Rp442 miliar), ia saat itu menjadi pembelian termahal Los Nervionenses.

Selama beberapa musim bersama klub asal Andalusia, Kounde menunjukkan perkembangan yang signifikan. Keberhasilannya bersama Sevilla membuatnya menjadi incaran banyak klub top Eropa, termasuk Barcelona. Pada 2022, Barcelona harus membayar dua kali lipat dari harga pasarnya.

3. Marouane Chamakh meraih gelar juara Ligue 1 Prancis pada 2008/2009 bersama Bordeaux

Marouane Chamakh (x.com/girondins)

Bintang sepak bola yang mengawali karier di Girondins Bordeaux selanjutnya adalah Marouane Chamakh. Bahkan, di klub inilah namanya mulai melejit dan dikenal publik. Membela Bordeaux selama 8 tahun, salah satu prestasi terbaiknya adalah membawa klub yang identik dengan warna biru itu merengkuh gelar juara Ligue 1 prancis pada 2008/2009. 

Performa impresif Chamakh di Bordeaux menarik perhatian sejumlah klub besar Eropa. Salah satunya adalah Arsenal. Pada 2010, Chamakh akhirnya memutuskan untuk merumput di Emirates Stadium. Namun, kariernya di Arsenal tidak berjalan semulus yang diharapkan. Ia hanya mencetak 14 gol dan 10 assist dalam 3 musim.

4. Bordeaux adalah klub yang membesarkan nama Bixente Lizarazu

Bixente Lizarazu (kanan) sedang melindungi bola dari lawan. (girondins.com)

Bagi penggemar sepak bola 90-an, Bixente Lizarazu bukan nama yang asing. Namanya sudah cukup melegenda, terutama di Bordeaux. Sebab, Bek kiri lincah asal Prancis ini mengawali karier profesionalnya di Bordeaux, klub yang telah membesarkan namanya.

Lizarazu sendiri membela Bordeaux selama 8 tahun. Kariernya terhitung pada 1988–1996. Namun, ia hanya bisa mengantarkan Bordeaux menjadi runner-up UEFA Cup, sekarang UEFA Europa League (UEL), pada 1995/1996.

5. Christophe Dugarry membela Bordeaux selama 9 musim

Christophe Dugarry (girondins.com)

Dari semua daftar ini, Christophe Dugarry bisa dibilang adalah sosok yang lebih lokal di Bordeaux. Lahir dan besar di kota tersebut, Dugarry memulai karier sepak bolanya pada usia muda. Ia bahkan menghabiskan sebagian besar karier profesionalnya bersama Les Girondins.

Dugarry menghabiskan 9 musim yang terbagi ke dalam 2 periode berbeda. Periode pertama berlangsung pada 1990–1996. Sedangkan, periode keduanya berlangsung pada 2000–2003. Alhasil, ia berhasil mengemas 64 gol dan 24 assist dari 324 laga di semua ajang.

Kelima pemain di atas hanya mewakili sebagian kecil dari para pemain yang berasal dari akademi Bordeaux. Di luar mereka, terdapat banyak pemain lulusan akademi yang memiliki potensi yang sama mengagumkan. Sangat disayangkan jika akademi ini harus ditutup imbas krisis finansial yang dialaminya. Semoga ke depannya akademi ini bisa beroperasi kembali dan melahirkan lebih banyak talenta-talenta luar biasa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us