3 Penyebab Utama Girondins de Bordeaux Bangkrut, Kini Jadi Klub Amatir

Salah satu klub besar Prancis, Girondins de Bordeaux, menyatakan bankrut pada 26 Juli 2024. Dilansir CBS Sports, manajemen klub secara resmi menyatakan kebankrutan usai keputusan Direktorat Nasional untuk Pengendalian Manajemen (DNCG) yang memvonis degradasi ke National 1 atau kompetisi klub amatir Prancis. Pihak klub harus merelakan status klub sepak bola profesional menjadi amatir akibat vonis tersebut.
Situasi yang dialami Bordeaux sangat disayangkan. Sebab, klub berjuluk Les Girondis itu termasuk klub besar di sepak bola Prancis dengan koleksi enam gelar juara Ligue 1. Selain itu, Bordeaux juga menghasilkan talenta ternama, seperti Zinedine Zidane, Bixente Lizarazu, Aurelien Tchouameni, dan Jules Kounde.
Lantas, apa yang membuat Bordeaux sampai mengalami kebangkrutan? Setidaknya tiga faktor berikut menjadi penyebab utama.
1. Krisis finansial sejak mendirikan stadion baru

Masalah finansial Bordeaux sudah muncul ketika klub memutuskan membangun stadion baru, Matmut-Altantique, pada April 2012. Stadion berkapasitas 42.115 itu dibangun dengan biaya 183 juta euro atau Rp3,2 triliun. Stadion Matmut-Atlantique diresmikan pada 2015 dan langsung digunakan FC Girondins de Bordeaux sebagai kandang baru pada 2015/2016.
Namun, stadion ini malah memberikan beban finansial kepada Bordeaux. Menurut La Tribune, pihak klub harus menanggung kerugian sebesar 10,4 juta euro atau Rp183 miliar pada periode 2015--2017. Beban finansial terberat berasal dari biaya operasional yang mencapai 3 miliar euro atau Rp53 triliun per tahun. Kalkulasi ini meleset dari perkiraan pengelola stadion yang berada di kisaran 1 juta euro atau Rp17 miliar. Biaya 3 miliar euro itu termasuk pengelolaan stadium, gaji staf, dan infrastruktur.
2. COVID-19 bikin kondisi finansial klub makin parah

Kondisi finansial Bordeaux makin parah setelah pandemik COVID-19 melanda dunia sejak 2020. Les Girondins yang saat itu masih berkompetisi di Ligue 1 harus menerima kenyataan setelah Federasi Sepak Bola Prancis (FFF) memutuskan menghentikan liga karena kebijakan lockdown. Ditambah lagi, pemegang hak siar Ligue 1, Mediapro, mengalami kebankrutan juga akibat pandemik.
Bordeaux termasuk salah satu klub yang paling terkena dampak akibat kerugian hak siar itu. Selain itu, tidak adanya Ligue 1 membuat klub kehilangan pemasukan dari tiket stadion, merchendise, dan sponsor. Hal ini makin berdampak kepada prestasi Bordeaux di atas lapangan. Les Girondins kesulitan bersaing di papan atas Ligue 1 dan gagal lolos ke kompetisi antarklub Eropa. Puncaknya, Bordeaux terdegradasi ke Ligue 2 usai finis di peringkat 20 Ligue 1 pada 2021/2022.
3. Akusisi kepemilikan baru malah menambah masalah keuangan Bordeaux

Dilansir Daily Mail, permasalahan keuangan Bordeaux makin rumit ketika King Street selaku pemilik klub menyatakan tidak akan mendukung klub secara finansial pada 2021. Sebagai gantinya, King Street menjual Bordeaux kepada Co-Founder Genii Capital, Gerard Lopez, pada Juli 2021. Akan tetapi, langkah ini malah membuat kondisi Bordeaux kian berantakan.
Lopez tidak mampu memperbaiki kondisi klub dengan sejumlah hutang yang menumpuk. Ia merupakan sosok di balik kegagalan penjualan saham mayoritas Bordeaux ke Fenway Sports Group (FSG). Kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan terkait nilai penjualan Bordeaux. Akibatnya, klub gagal mendapat dana segar untuk memulihkan kondisi finansial. Bordeaux akhirnya menyerahkan status sebagai klub profesional kepada FFF dan menyatakan bankrut.
Kegagalan Bordeaux dalam mengelola keuangan cukup disayangkan. Sebab, Les Girondins sejatinya klub papan atas Prancis yang kaya sejarah, seperti Olympique Marseille, AS Monaco, dan Olympique Lyon. Bordeaux kini telah memutus kontrak pemain dan menutup pusat latihan. Namun, akademi Bordeaux tetap akan berjalan dan berusaha menghasilkan talenta muda terbaik selagi mencari jalan untuk bangkit.