Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cara Olympique Lyon Selamat dari Relegasi dan Krisis Keuangan

ilustrasi stadion sepak bola
ilustrasi stadion sepak bola (IDN Times/Mardya Shakti)
Intinya sih...
  • Lyon mengalami fluktuasi performa di bawah Eagle Football Holdings
  • Textor melipir dari kursi presiden klub setelah krisis kedua pada 2024/2025
  • Lyon berhasil menemukan taktik dan skuad yang bisa diandalkan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pada musim panas 2025, media diwarnai berita miring soal relegasi tim raksasa Prancis, Olympique Lyonnais, ke Ligue 2 gara-gara krisis keuangan. Kasus serupa pernah dialami Girondin Bordeaux, yang kini berlaga di liga kasta keempat Prancis, Championnat National 2, karena hampir bangkrut dan terlupakan terlepas dari sejarah panjang mereka. Beruntung, Lyon berhasil menyelamatkan muka setelah mengajukan banding. Lyon berhasil bertahan di Ligue 1 dan kini sedang bertengger di posisi ke-3 pada 2025/2026 setelah melakoni 5 laga. Ini bukan sembarang prestasi, menarik kiranya buat mengulik bagaimana Lyon bisa selamat dari relegasi dan krisis keuangan bertumpuk karena sanksi.

1. Lyon mengalami fluktuasi performa di bawah Eagle Football Holdings

Olympique Lyon adalah salah satu klub yang berada di bawah grup Eagle Football Holdings milik pebisnis Amerika Serikat, John Textor. Dengan skema itu, sejak 2022, Lyon satu grup dengan sejumlah klub sepak bola lain, macam Crystal Palace, Botafogo, RWDM Brussels, dan FC Florida. Namun, di bawah Eagle, Lyon justru mengalami fluktuasi, baik secara finansial maupun performa di lapangan.

Pada awal 2023/2024, mereka sempat terseok-seok di papan bawah klasemen sementara Ligue 1. Saat itu, gara-gara kebijakan keuangan Textor yang royal dan akhirnya bikin klub menumpuk utang, Lyon dapat sanksi larangan transfer yang membuat mereka terpaksa menjual beberapa pemain kunci tanpa bisa mendatangkan pemain baru. Beruntung, mereka berhasil selamat dari ancaman relegasi setelah beberapa kali upaya restrukturasi skuad dan pelatih.

2. Textor melipir dari kursi presiden klub setelah krisis kedua pada 2024/2025

Textor ternyata tidak benar-benar belajar dari kesalahannya. Pada 2024/2025, Badan Pengawas Keuangan Sepak Bola Prancis (DNCG) kembali melayangkan peringatan kepala Olympique Lyon. Mereka belum melihat perkembangan positif dari tumpukan utang dan tagihan gaji yang membebani klub. DNCG tak butuh janji dan prediksi. Mereka butuh bukti konkret kalau Lyon bisa mengatasi krisis keuangan mereka.

Pada fase krusial inilah, Michelle Kang, inisiator Kynisca Sports International, datang sebagai penyelamat. Kynisca sendiri awalnya dibuat Kang untuk mewadahi tim-tim sepak bola perempuan yang ia naungi, seperti Washington Spirit, Olympique Lyonnais Féminin, dan London City Lionesses. Visinya adalah mengembangkan sepak bola perempuan dengan strategi yang spesifik. Ini inovasi mengingat banyak tim sepak bola perempuan yang hanya meniru formulasi pengembangan tim sepak bola laki-laki.

Meski tidak memiliki saham mayoritas di tim sepak bola laki-laki Lyon, Kang akhirnya ditunjuk manajemen menggantikan posisi John Textor sebagai presiden klub per Juni 2025. Bersamaan dengan itu, mereka mengajukan banding kepada DNCG. Upaya Kang dkk berhasil. Dilansir Get Football News France, manajemen Lyon memenangkan banding lewat beberapa skema pembiayaan, termasuk suntikan dana instan dari para pemegang saham dan penjualan beberapa pemain, seperti Rayan Cherki, Georges Mikautadze, Amin Saar, Lucas Perri, dan Said Benrahma.

3. Lyon menemukan taktik dan skuad yang bisa diandalkan

Tak hanya di sektor keuangan, keberhasilan Olympique Lyon bertahan di Ligue 1 2025/2026 diiringi dengan performa moncer pada awal musim. Mereka berhasil mengumpulkan 12 poin dari 5 laga. Di sini, legasi Textor tidak bisa diabaikan. Terlepas dari kegagalannya mengakomodasi standar regulasi keuangan DNCG, Textor berhasil mendatangkan pemain-pemain kunci baru dalam skuad Lyon, seperti Tanner Tessmann, Malick Fofana, Ernest Nuamah, Moussa Niakhate, dan Ainsley Maitland-Niles. Beberapa dari mereka didatangkan lewat skema kepemilikan ganda.

Ketiadaan Paulo Fonseca yang masih menjalani sanksi larangan berada di lapangan 9 bulan karena melanggar etik juga tidak mengurangi performa tim. Jorge Maciel selaku asisten pelatih berhasil mengisi posisi Fonseca dengan baik sejauh ini. Dengan menguasai ball possesion dan menerapkan pertahanan yang solid, rasanya tidak berlebihan menganggap awal 2025/2026 sebagai salah satu momen terbaik sepanjang sejarah Lyon setelah era Jean-Michel Aulas.

Menarik melihat sepak terjang Lyon musim ini. Tidak menutup kemungkinan, ke depannya, tim ini bisa jadi bahan studi untuk mengulik penyertaan pemimpin perempuan dalam tim sepak bola laki-laki. Meski bukan satu-satunya presiden perempuan di klub sepak bola laki-laki berskala global, harus diakui kehadiran Michelle Kang jadi titik balik nasib Olympique Lyon. Kira-kira gebrakan lain apa yang bakal ditawarkannya?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us

Latest in Sport

See More

A'ja Wilson, MVP WNBA 2025 dengan Total 4 MVP

23 Sep 2025, 20:14 WIBSport