Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Casemiro (skysports.com)

Jakarta, IDN Times - Pada suatu masa, Real Madrid pernah memiliki trio lini tengah yang menakutkan. Trio ini berhasil menguasai Spanyol dan daratan Eropa dalam beberapa tahun lamanya. Namun, Casemiro, salah satu dari trio itu, memutuskan pergi.

Casemiro memutuskan untuk menerima tantangan baru, dengan menjadi pemain Manchester United. Sosok asal Brasil itu menyusul kompatriotnya, Raphael Varane, yang sudah lebih dulu menyeberang ke MU.

Seiring dengan kepergian Casemiro, tuntas sudah legenda trio lini tengah Madrid yang perkasa itu. Nah, sekarang mari kita mengenang sejenak, kapan pertama kali trio ini terbentuk dan bagaimana dominasi yang sudah mereka ciptakan.

1. Tidak serta merta terbentuk

Modric, Casemiro, dan Kroos (eurosport.com)

Trio lini tengah perkasa Madrid yang berisikan Casemiro, Modric, dan Kroos tidak serta merta terbentuk. Semua berawal dari kedatangan Modric pada 2012, diikuti dengan kehadiran Kroos dari Bayern Muenchen pada 2014.

Terakhir, Casemiro pun datang pada 2015, usai mengalami masa peminjaman di Porto. Pada 4 Oktober 2015, trio ini melakoni debut mereka saat Real Madrid bersua Atletico Madrid, masih di Vicente Calderon.

Sempat mengalami masa awal yang buruk, trio ini mulai terbentuk saat Zinedine Zidane masuk sebagai manajer Madrid. Di bawah asuhan Zidane, trio ini berkembang jadi salah satu trio lini tengah menakutkan di Eropa, sampai sekarang.

2. Trio yang cair, bertabur gelar juara

Luka Modric, Casemiro, dan Toni Kroos saat merayakan trofi UEFA Super Cup 2022 (twitter.com/realmadriden)

Skema dasar 4-3-3 yang acap diterapkan Zidane, membentuk trio Kroos-Casemiro-Modric ini jadi trio yang cair. Alih-alih main elegan, mereka bermain lebih simpel dengan sirkulasi bola cepat. Ketiganya juga mampu saling mengisi.

Casemiro, selain jadi pelindung bek, memberikan cover juga bagi Kroos dan Modric. Di sisi lain, Kroos dan Modric jadi duo metronom permainan, dengan jangkauan dan aliran bola yang super luas. Mereka bisa mengcover seluruh area lapangan.

Daya jelajah Modric dan Kroos di lini tengah juga layak diapresiasi. Mereka mampu mengeksploitasi semua sisi lapangan dengan umpan-umpan mereka, plus permainan kombinasi dengan bek atau winger. Mereka nyaman melakukan itu karena Casemiro.

Casemiro selalu mengikut Modrid dan Kroos dari jarak dekat, memastikan bahwa bola selalu berada dalam kuasa mereka. Ketika serangan balik, Kroos, Modric, dan Casemiro juga bisa menerapkan permainan direct.

Tak bisa dimungkiri, fleksibilitas taktik Madrid hingga kini merupakan buah dari fleksibilitas Modric, Casemiro, dan Kroos. Ketiganya mampu beradaptasi dengan skema permainan apa pun, sehingga ketika Cristiano Ronaldo pergi, Madrid tetap ciamik.

Tak heran juga, trio ini sudah menyumbangkan banyak gelar untuk Madrid. Tercatat, ketiganya menyumbangkan dua trofi LaLiga, tiga trofi Liga Champions, tiga trofi Piala Super Eropa, tiga trofi Piala Super Spanyol, dan empat trofi Piala Dunia Antarklub.

3. Casemiro pergi, Madrid harus beradaptasi

Casemiro (twitter.com/Casemiro)

Kehilangan satu dari trio ini, tak jarang, memberikan efek buruk bagi Madrid. Hal itu pernah terjadi beberapa musim lalu, dan sempat membuat Madrid terkena masalah. Nah, ketakutan serupa muncul dengan kepergian Casemiro.

Namun, manajer Madrid kini, Carlo Ancelotti, menekankan Madrid tak perlu risau dengan kepergian Casemiro. Dia berjanji, Madrid akan tetap kompetitif meski tanpa sosok asal Brasil tersebut.

"Baru kemarin saya menyadari bahwa Casemiro akan pergi, tetapi rencana kami tidak berubah. Kami akan bersaing untuk meraih segalanya, dengan atau tanpa Casemiro,” ujar Ancelotti.

Tentu, adaptasi harus dilakukan Real Madrid seiring dengan kepergian Casemiro. Namun, adaptasi ini tampaknya akan berjalan alot, apalagi trio lini tengah Madrid ini sudah setaraf dengan legenda, yang menjaga muruah Madrid sebagai 'Galacticos'.

Editorial Team