Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dinamit Denmark: Kisah Tentang Tim Kuat Tanpa Gelar

Denmark vs Finlandia. (twitter.com/EURO2020)
Denmark vs Finlandia. (twitter.com/EURO2020)

Jakarta, IDN Times - Bicara tentang sepak bola Denmark, tentu kita tidak bisa lepas dari istilah dinamit. Sebab dinamit adalah julukan untuk timnas Denmark. Istilah bekennya dalam bahasa Inggris adalah Danish Dynamite.

Banyak yang menyangka bahwa istilah Dinamit Denmark ini merupakan buah dari juaranya Denmark di ajang Piala Eropa 1992. Namun, merujuk pada tulisan di The Guardian yang ditulis Rob Smyth dan Lars Eriksen, istilah Dinamit Denmark berasal dari masa pertengahan 80-an.

Di masa-masa itu, sepak bola Denmark benar-benar dikagumi di dunia. Berbekal nama-nama macam Michael Laudrup, Preben Elkjaer, dan Jan Molby, mereka jadi tim yang dicintai oleh seluruh penggemar sepak bola di dunia.

1. Meledaknya generasi 80-an Denmark

goal.com
goal.com

Kisah tentang tim Dinamit Denmark ini bermula pada tahun 1970-an akhir. Saat itu, sepak bola Denmark tengah mengalami transisi dari amatir menuju profesional. Seiring dengan hal tersebut, banyak pemain Denmark yang mulai mencicipi main di luar negeri.

Jan Molby, Jesper Olsen, Preben Elkjaer, serta Michael Laudrup adalah beberapa pemain Denmark yang berkesempatan untuk mentas di luar negeri. Banyaknya pemain Denmark yang main di luar negeri ini membuka cakrawala baru dalam dunia sepak bola Denmark.

Proses yang sudah mereka lakoni sejak tahun 70-an akhir itu membuahkan hasil di tahun 1980. Ditambah kehadiran pelatih asal Jerman, Sepp Piontek, sosok yang tegas tetapi penuh kompromi, tim Denmark mulai mendapatkan puja-puji di dunia sepak bola internasional.

Di Piala Eropa 1984 dan Piala Dunia `986, Jerman bermain begitu atraktif. Bahkan, ada yang menyebut bahwa tim Denmark era pertengahan 80-an ini sebagai versi lebih liar dari tim Total Football Belanda di era pertengahan 70-an.

Dari situlah, fans Denmark membuat sebuah chants, yang bunyinya seperti ini: we are red, we are white, we are Danish Dynamite. Mereka dibuat mabuk oleh tim Denmark yang mampu bermain indah dan mengejutkan negara-negara macam Inggris, Italia, dan Prancis.

Mulai pertengahan 80-an itulah, tim Denmark mendapatkan julukan dinamit. Segerombolan pemain yang tampak nyeleneh, tetapi menyimpan kekuatan mengejutkan yang mampu meledakkan dunia.

2. Generasi yang dipuji, tapi minim prestasi

pianetamilan.it
pianetamilan.it

Meski mampu menggentarkan dunia lewat ledakan permainan indah, plus balutan pemain-pemain bertalenta dalam diri Laudrup, Elkjaer, Molby, dan Olsen, nyatanya tim Dinamit Denmark itu minim prestasi.

Tabiat pemain Denmark yang memang kerap memandang sepak bola internasional adalah hal yang tidak serius, menjadikan Denmark kesulitan bersaing dengan negara-negara berlevel tinggi. Ya, mereka memang bisa mengejutkan. Tetapi, sebatas itu saja.

Di Piala Eropa 1984, kendati mampu menembus babak final, Denmark gagal mengalahkan Spanyol yang saat itu diperkuat Emilio Butragueno dan kolega. Di Piala Dunia 1086, catatan tim Dinamit Denmark ini lebih parah lagi.

Mereka memang mampu lolos ke babak kedua dengan catatan impresif di babak pertama, yakni sembilan kali mencetak gol dan cuma kemasukan sekali. Namun, di babak kedua, mereka tumbang dengan skor telak 1-5. Lagi-lagi, seperti 1984, Spanyol yang jadi pelakunya.

Secara nasib, tim Dinamit Denmark ini tidak jauh berbeda dengan tim Total Footall Belanda. Mereka dikenang karena permainan indah, tetapi minim gelar dan kerap kalah di saat-saat krusial.

3. Denmark akhirnya meraih gelar pada 1992

Denmark kejutkan Piala Eropa 1992. (90min.com)
Denmark kejutkan Piala Eropa 1992. (90min.com)

Dinamit Denmark baru benar-benar meledak kencang pada Piala Eropa 1992. Mengandalkan sisa generasi 80'an, minus Elkjaer dan Michael Laudrup yang tidak turut serta, Denmark sebagai dinamit meledak di ajang tersebut.

Dimotori Kim Vilfort, Molby, serta adik Michael, Brian Laudrup, Denmark menggila di Piala Eropa 1992. Mereka mengangkangi tim-tim tradisional macam Inggris, Prancis, Belanda, hingga Jerman. Mereka keluar sebagai juara.

Gelar ini jadi yang pertama bagi Denmark di dunia sepak bola internasional. Hingga kini, mereka belum banyak berbicara lagi di sepak bola internasional. Nah, dengan masuknya Denmark ke semifinal Piala Eropa 2020, mampukah dinamit yang sudah lama mati itu meledak lagi?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sandy Firdaus
EditorSandy Firdaus
Follow Us