Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

DPR Benturkan Lagi Naturalisasi dengan Pembinaan Sepak Bola Indonesia

Pemain Viking Fk, Shayne Pattynama, merupakan pemain keturunan Indonesia-Belanda yang siap melakukan proses nanturalisasi dan sudah mengirimkan dokumen penunjang demi bisa bela Timnas Indonesia. (Instagram/@s.pattynama)

Jakarta, IDN Times - Naturalisasi dan pembinaan jadi dua hal yang acap beririsan di sepak bola Indonesia. Nah, dalam rapat Komisi III DPR RI, masalah naturalisasi dan pembinaan ini dibenturkan kembali, terlebih sebelumnya sosok Shayne Pattynama bersua Komisi X untuk menjalankan proses naturalisasi.

Setelah Sandy Walsh dan Jordi Amat, Shayne diproyeksikan jadi calon pemain naturalisasi selanjutnya yang akan memperkuat Timnas Indonesia. Naturalisasi Shayne ini sudah disetujui oleh Komisi X DPR. Kini, proses beranjak ke Komisi III.

Di sinilah, benturan antara naturalisasi dan pembinaan dihadirkan kembali. Beberapa anggota Komisi III DPR RI menyuarakan bahwa pembinaan tetap harus diutamakan ketimbang terus mengobral naturalisasi.

1. Indonesia disebut punya banyak talenta

Duel Timnas U-20 versus Timor Leste di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya. (dok. PSSI)

Anggota Komisi III DPR, Wihadi WIyanto, mengingatkan bahwa Indonesia tidak boleh gampang mengobral naturalisasi dengan alasan prestasi. Menurutnya, Indonesia memiliki banyak pemain bertalenta yang bisa diasah sedemikian rupa.

"Kalau kita lihat di sini, PSSI sudah cukup lama mengajukan pemain-pemain naturalisasi, baik itu yang sebenarnya kita lihat umurnya sudah uzur ya, ada yang 30 segala macam. Dan baru kali ini 24," ujar Wihadi, Rabu (9/11/2022).

Wihadi mengungkapkan, pembinaan atlet sepak bola Indonesia hingga kini belum berjalan secara kontinu. Banyak para pemain muda, baik di U-17 dan U-20, yang akhirnya tenggelam saat memasuki usia senior. Ini yang harus jadi perhatian PSSI.

"Ini jadi pertanyaan juga kepada Menpora dan Ketua Umum PSSI. Kenapa justru pada saat di senior, mereka menghilang semua? Apakah ada yang salah dari pembinaannya? Ini bisa jadi evaluasi tersendiri," ujar Wihadi.

2. Program naturalisasi yang tak kunjung usai

Jordi Amat dan Sandy Walsh. (pssi.org)

Sementara itu, anggota Komisi III DPR yang lain, Santoso, mempertanyakan kenapa program naturalisasi ini tak kunjung usai. Sebagai negara berpenduduk terbanyak keempat di dunia, Indonesia semestinya mudah menemukan talenta.

"Saya ingin tanyakan kepada Menpora, kapan program naturalisasi ini selesai. Kalau ini terus-terus dilakukan, ya berarti kita tidak mampu mencari pemain sepak bola yang bagus. Pemerintah gagal menciptakan atlet berprestasi," ujar Santoso.

3. Alasan Menpora soal naturalisasi

Menpora Zainudin Amali. (Dok. Kemenpora)

Dalam kesempatan yang sama, Menpora Zainudin Amali berujar, program naturalisasi yang sedang dicanangkan PSSI dan Menpora ini bersifat jangka pendek. Dia mengaku, pembinaan akan tetap jadi sesuatu yang dikedepankan.

"Sekali lagi, kita tetap bertumpu kepada pembinaan karena talenta kita tidak kurang. Akademi-akademi di klub juga melakukan pembinaan. Kita tidak mengandalkan naturalisasi. Program ini hanya untuk jangka pendek saja," tutur Amali di depan para anggota Komisi III DPR RI.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sandy Firdaus
EditorSandy Firdaus
Follow Us