DPR Pertanyakan Manfaat Liga 1 Usai Masifnya Naturalisasi

- Arisal Aziz kritik naturalisasi PSSI, seolah mengesampingkan Liga 1, 2, 3, dan 4.
- Generasi muda sepak bola terdampak naturalisasi, kehilangan harapan masuk Timnas Indonesia.
- Arisal menolak Timnas penuh pemain naturalisasi, usulkan komposisi seimbang antara lokal dan naturalisasi.
Jakarta, IDN Times - Anggota Komisi XIII DPR RI, Arisal Aziz, mengkritik proses naturalisasi masif yang dilakukan PSSI. Dia proses ini seolah mengecilkan keberadaan Liga 1, 2, 3, dan 4, sebagai kompetisi sepak bola nasional.
"Jadi, tidak ada lagi gunanya kita mengadakan kompetisi Liga 1, Liga 2, Liga 3, dan Liga 4. Bahkan, tidak ada gunanya juga kita mengadakan berbagai turnamen seperti Piala Soeratin kalau naturalisasi terus," ujar Arisal di Gedung DPR, Senin (3/2/2025).
1. Jadi tak ada harapan bagi para pemain muda

Arisal mengungkapkan, dengan banyaknya pemain naturalisasi, generasi muda sepak bola Indonesia juga bakal terdampak. Mereka seolah jadi tak punya harapan untuk menembus skuad Timnas Indonesia.
"Kenapa? Anak generasi kita bermain bola karena mereka memiliki harapan. Mereka ingin menjadi pemain profesional di masa depan," kata Arisal.
2. Komposisinya harus seimbang

Arisal langsung menegaskan ketidaksetujuannya jika Timnas diisi penuh pemain naturalisasi. Dia menyarankan, komposisi pemain lokal dan naturalisasi di Timnas harus seimbang.
"Usulan saya, ke depannya boleh kita naturalisasi, tetapi maksimal hanya separuh atau 50 persen," ujar Arisal.
3. Pemain naturalisasi makin banyak

Pemain keturunan Indonesia memang sudah menjamur di Timnas. Total, ada 14 pemain naturalisasi di Timnas, plus tiga yang kini tinggal melakoni proses pengambilan sumpah WNI, yakni Ole Romeny, Dion Markx, dan Tim Geypens.
Kebanyakan, para pemain naturalisasi ini berasal dari Belanda, yang memang memiliki kedekatan dengan Indonesia.