BRI Liga 1 yang Kembali Hidupkan Mata Rantai Ekonomi Kerakyatan

Pelaku UMKM mulai bisa kembali menata usaha di masa pandemik

Jakarta, IDN Times - Pandemik COVID-19 benar-benar memukul sepak bola Indonesia. Sampai-sampai, kompetisi Liga 1 harus mati suri cukup lama. Butuh waktu sampai 1,5 tahun, hingga pemerintah memberikan lampu hijau kepada Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk menggulirkan kembali kompetisi.

Usai mengantongi izin pada Juni 2021, PSSI bersama operator kompetisi, PT Liga Indonesia Baru (LIB), bergerak cepat menyiapkan liga di tengah pandemik. Bak oase di tengah gurun, Bank Rakyat Indonesia (BRI) datang membantu membangkitkan sepak bola tanah air dengan menjadi sponsor utama kompetisi kasta tertinggi Indonesia. 

Dimulai pada 27 Agustus tahun lalu dengan mengusung nama BRI Liga 1 2021/22, geliat kompetisi pun bergema ke pelbagai sektor. Tak melulu jadi ajang hiburan dan persaingan klub meraih prestasi semata, gairah kompetisi nyatanya memberikan multiplier effect kepada pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di beberapa wilayah.

Dampak itu pun dirasakan Muhammad Wildan (32), yakni pelaku usaha yang menggeluti bisnis konfeksi topi di Kabupaten Bandung bernama R-Caps. Sempat terseok-seok akibat pandemik COVID-19 dan vakumnya kompetisi, pria asal Kelurahan Rahayu, Kecamatan Margaasih ini perlahan bisa menata kembali bisnis topi yang digeluti.

Yang jadi pertanyaan, bagaimana bisnis Wildan bisa kembali bangkit saat BRI Liga 1 bergulir? Usut-punya usut, ternyata konfeksi topi rintisan Wildan banyak dipesan pelaku UMKM lain. Khususnya penjual berbagai merchandise atau atribut klub asal Kota Bandung, yakni Persib.

Tak lama setelah kompetisi BRI Liga 1 kembali digenjot, Wildan dan karyawannya mulai memproduksi lagi topi-topi pesanan beberapa clothing suporter Persib. Pada medio September 2021 hingga saat ini, grafik permintaannya kian meningkat karena ada beberapa klien baru yang masuk.

Walau masih belum seoptimal prapandemik, hampir ada saja yang kontinu memesan topi setiap bulannya. Permintaan itu bahkan tak hanya datang dari pelanggan lama. Ada beberapa klien baru yang tercatat memesan topi ke konfeksi Wildan. 

“Ada satu sampai dua clothing milik fans yang melakukan pesanan sampai saat ini. Alhamdulillah jumlah produksi mulai konsisten lagi. Peningkatannya mencapai 20-30 persen. Tentu dampak dari kompetisi [BRI Liga 1] ini cukup membantu membangkitkan bisnis saya yang sempat terpuruk,” kata Wildan saat ditemui IDN Times di Kabupaten Bandung.

BRI Liga 1 yang Kembali Hidupkan Mata Rantai Ekonomi KerakyatanKonveksi R Caps yang dimiliki Wildan saat melakukan produksi pembuatan topi pesanan dari pelanggannya. (IDN Times/Ilyas Mujib)

Baca Juga: BRI Liga 1 Jadi Kolam Pemain Timnas Indonesia

Sebelumnya, Wildan begitu merana bisnisnya dihajar pandemik. Pesanan produksi atribut Persib yang biasa masuk ke konfeksinya menguap. Para pelanggan tak berani membuat pesanan atribut klub asal Kota Kembang itu lagi. Sebab, permintaan pasar menurun drastis saat kompetisi terhenti.

"Dampaknya terasa sekali. Apalagi enggak ada kompetisi saat pendemik. Pesanan jadi jarang. Dulu, mayoritas fanshop Persib di Bandung, hampir 80 persen kalau bikin topi ke saya. Namun, selama pandemik, banyak juga yang menutup usahanya. Sehingga berkurang juga orang-orang yang biasa memesan topi ke saya," ujar pria yang juga merupakan pendukung setia Persib sejak belia ini. 

"Bahkan, teman yang biasanya membuat topi di saya dalam enam tahun terakhir juga vakum mengorder dulu. Mungkin karena daya beli suporter turun saat enggak ada pertandingan. Jika dihitung-hitung, saya merasakan penurunan omzet sampai 90 persen untuk permintaan dari clothing khusus atribut Persib ini," lanjut dia. 

Wildan pun hanya mengandalkan orderan dari pelanggan lainnya di luar sepak bola sebelum BRI Liga 1 digelar. Namun demikian, jumlahnya tak banyak. Jangankan mendapat keuntungan, pesanan yang minim membuatnya sulit menutupi biaya produksi dan upah karyawannya.

Kondisi itu memaksa Wildan merumahkan sementara lima karyawan yang sudah satu dekade ikut bersama membangun konfeksi topinya. Sisanya, dia kini tinggal menyisakan empat karyawan saja untuk mengerjakan beberapa orderan yang masuk. 

Pria yang acap kali disapa Abrag ini pun sempat keder. Bahkan, dia berpikir untuk menyerah, karena bisnis yang sudah berjalan sejak 2011 mulai roboh saat Indonesia diterjang pandemik COVID-19. Hal itu diperparah dampak tidak langsung dari vakumnya kompetisi. Boleh dibilang, dia di ambang gulung tikar.

Namun, kini kondisinya mulai berubah. Wildan dan karyawannya yang tersisa, sudah mulai bisa kembali tersenyum. Setidaknya, bisnis itu masih bisa terselamatkan dan mencoba bangkit memanfaatkan momen bergulirnya BRI Liga 1.

Digitalisasi bisnis jadi taktik jitu The Original Viking Fanshop

Minimnya jumlah produksi topi yang dialami Wildan selama pandemik, terkena imbas dari berkurangnya pesanan beberapa pelanggan. Salah satunya dari The Original Viking Fanshop (TOVF), yakni usaha ala distro yang diinisiasi organisasi suporter terbesar di Bandung bernama Viking Persib Club. 

TOVF sendiri biasanya menjual merchandise atau atribut, mulai dari kaos, jaket, topi, syal dan pernak-pernik yang berhubungan dengan Persib. Untuk memenuhi kebutuhannya, mereka membuat topi di konfeksi miliki Wildan. Sisanya, TOVF melakukan produksi kaos hingga sablon sendiri.

Owner TOVF, M Firman Hadillah mengakui jika selama pandemik dan kompetisi Liga 1 terhenti, tak banyak melakukan pemesanan topi ke Wildan. Hal itu tak lepas dari permintaan pasar yang drop. 

Kondisi itu bahkan membuat TOVF merasakan hantaman COVID-19 lebih keras. Mereka terpaksa menutup toko yang terletak di Jalan Bengawan, Bandung. Alasannya, clothing yang begitu bergantung pada aktivitas klub di kompetisi, tak bisa menutupi pengeluaran besar sebelum Persib mentas di BRI Liga 1.

"Kalau toko yang di Jalan Bengawan, sudah ditutup tahun 2021, imbas pandemik juga dan tak ada liga. Apalagi kan biayanya besar untuk mengontrak tempat ini. Jadi sekarang hanya bus Viking Persib Mobile Stores saja yang di Jalan Dalem Kaum, tapi itu pun belum dioperasikan lagi karena melihat situasi ini [PPKM] enggak enak nanti kalau banyak kerumunan. Jadi kami simpan dulu," kata Firman kepada IDN Times.  

Kondisi itu membuat TOVF menggenjot penjualan secara daring. Tanpa toko offline, berbagai platform media sosial hingga menjajalkan dagangan di aplikasi e-commerce dilakoni Firman sebagai alternatif lain berjualan di masa pandemik.

"Digenjotnya digitalisasi bisnis ini sebetulnya sudah lama, sebelum pandemik juga sudah dilakukan. Ini karena tuntutan zaman di era modernisasi yang harus kami ikuti juga. Namun, kondisi serba sulit ini memang menjadikan kami fokus melakukan penjualan daring lebih masif,” ujar Firman.

Usaha mereka itu mulai membuahkan hasil saat BRI Liga 1 dilangsungkan. Setiap Persib bertanding, produk-produk mereka banyak dibeli para suporter. Hal itu semakin baik seiring performa Persib yang cukup bagus di kompetisi musim ini. 

“Memang peningkatan biasa dirasakan saat Persib akan bertanding, momen-momen seperti ulang tahun Persib atau Viking, hingga event diskon di e-commerce. Sekarang omzet kami membaik hingga 40 persen,” beber Firman.

"Saya bersyukur BRI Liga 1 bisa digelar, karena kami kan lahir dari komunitas yang hadir untuk mendukung Persib. Maka kompetisi itu akan menghidupkan aktivitas kami, termasuk dari sisi ekonomi. Jadi secara ekonomi cukup berdampak ke banyak warga lokal," lanjut dia.

BRI Liga 1 yang Kembali Hidupkan Mata Rantai Ekonomi KerakyatanViking Persib Mobile Store saat menjajalkan jualan di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung. (Dok. Istimewa)

Baca Juga: UMKM Bali Dapat Berkah dari BRI Liga 1 Indonesia

Firman tak memungkiri, strategi TOVF melakukan digitalisasi bisnis jadi salah satu cara ampuh meningkatkan omzet di masa pandemik. Menurut dia, hal itu bisa memperluas pasar yang dituju dengan mudah. Para pendukung Persib yang berada di pelosok Jawa Barat hingga berbagai daerah di Indonesia, lebih mudah menjangkau produk yang ditawarkan.

Apa yang dirasakan TOVF ini sejalan dengan hasil riset BRI Research Institute dalam Economic Outlook 2022 soal digitalisasi bisnis. Dalam risetnya, laporan menyebut jika 80,6 persen pelaku UMKM merasa terbantu dalam menjalankan bisnis dengan internet di masa pandemik COVID-19. 

Walhasil, selain bisa jadi jembatan UMKM bertahan di masa pandemik, digitalisasi bisnis ternyata ampuh dalam mendongkrak pertumbuhan penjualan hingga dua kali lipat atau lebih. 

Walau digitalisasi bisnis berdampak positif, Firman memastikan tak akan meninggalkan penjualan secara offline. Dia bahkan sudah memiliki rencana agar TOVF kembali memiliki toko dan mengoperasikan kembali Viking Persib Mobile Stores. Dua cara itu bakal dijalankan beriringan. Sehingga, bisnis TOVF bisa berkontribusi dalam serapan kerja di sektor UMKM.

"Saya rencananya membuka toko offline lagi saat BRI Liga 1 musim depan dilangsungkan. Toko masih jadi hal penting untuk komunitas berkumpul, bersilaturahmi, hingga melakukan koordinasi. Sementara, bus akan dijalankan lagi. Sekarang lagi kami desain ulang agar lebih baik. Setidaknya kami bisa bantu orang-orang kecil cari nafkah juga," kata Firman.

Melihat geliat UMKM yang kembali bangkit, BRI pun berkomitmen penuh untuk tetap bisa mengembangkan usaha kerakyatan di tengah pandemik. Untuk itu, mereka hadir memberikan pembiayaan melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro agar pelaku usaha bisa naik kelas.

“Saat pandemi, rata-rata para pengusaha UMKM kesulitan mendapat modal untuk membiayai bisnis. Dalam situasi itu, BRI hadir dan mendampingi para pelaku UMKM untuk bisa mempertahankan optimisme dalam berbisnis, sekaligus mendorong mereka yang ingin go digital,” kata Direktur Kepatuhan BRI, sekaligus Direktur Pembina BRI Regional Office, Ahmad Solichin Lutfiyanto. 

Tak hanya itu, usaha BRI menggenjot pembiayaan UMKM tak lepas dari masih banyaknya pelaku usaha yang belum tersentuh layanan keuangan formal.

Masih dilihat dari hasil riset BRI Research Institute, tingkat pendanaan untuk kredit UMKM masih berkisar di level 18-20 persen dari total pinjaman. Jumlah itu masih kurang dari target yang diinginkan pemerintah pada 2024, yakni 30 persen. Sehingga, ekspansi kredit ini terus diupayakan BRI, karena hal itu juga mendorong pemulihan ekonomi, terutama sektor UMKM.

 

Sejalan dengan misi BRI sebagai titel sponsor Liga 1

BRI Liga 1 yang Kembali Hidupkan Mata Rantai Ekonomi KerakyatanDirektur Utama BRI Sunarso memberikan keterangan pers. (Dok. IDN Times)

Geliat bisnis pelaku UMKM seperti Wildan hingga TOVF menunjukkan sekelumit bukti jika kehadiran BRI Liga 1 berkontribusi mendongkrak mata rantai ekonomi kerakyatan. Tentunya, masih banyak lagi pelaku-pelaku UMKM lain yang kecipratan untung dari ajang ini.

Hal itu sejalan dengan tujuan BRI saat didapuk sebagai sponsor kompetisi sepak bola Indonesia musim ini. 

BRI tak menampik jika titel sponsor dipilih agar mereka berperan besar dalam memajukan sepak bola nasional. Namun, lebih dari itu mereka ternyata punya tujuan lain, yakni ingin ikut menggerakkan roda ekonomi nasional yang terdampak pandemik, khususnya di industri sepak bola nasional, termasuk UMKM hingga turunannya agar kembali bergeliat.

“Sebagai perusahaan BUMN, BRI terus menciptakan value, baik economic value maupun social value kepada seluruh stakeholders, utamanya kepada masyarakat. Dengan menjadi sponsor utama Liga 1, BRI mewujudkan komitmen tersebut, bahwa keberadaan BRI memberikan makna bagi masyarakat Indonesia,” kata Direktur BRI, Sunarso, kepada awak media beberapa waktu lalu.

"Dengan titel sponsor, BRI ingin memberikan makna bagi masyarakat Indonesia. Dengan dukungan langsung dari BRI, kami yakin perekonomian akan bisa bangkit. UMKM soal sepak bola, seperti jersey, industri, suvenir sepak bola, dan lainnya akan bangkit," lanjut dia.

 

BRI Liga 1 yang Kembali Hidupkan Mata Rantai Ekonomi KerakyatanDirektur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB), Akhmad Hadian Lukita (kiri) dan Direktur Operasional LIB, Sujarno (kanan) pastikan klub siap mentas di Liga 1. (IDN Times/Ilyas Mujib).

 

Dampak positif yang ditimbulkan dalam gelaran BRI Liga 1 membuat Direktur Utama PT  LIB, Akhmad Hadian Lukita semringah. Dia menilai, kompetisi yang dihelat ternyata tak sekadar jadi selebrasi di lapangan hijau semata, karena bisa berperan dalam membangkitkan ekonomi kerakyatan.

“Secara langsung atau tidak, ini berpengaruh terhadap sektor ekonomi secara positif. Setiap seri di BRI Liga 1, pasti banyak yang membutuhkan akomodasi, transportasi, catering, laundry [dalam sektor yang berpengaruh langsung]. Itu juga terasa dalam bisnis lainnya, seperti pembuatan dan penjualan merchandise atau atribut,” kata Lukita ketika dihubungi via pesan WhatsApp.

Dia menilai jika momentum ini tentu sangat penting dipelihara dan ditumbuhkembangkan untuk mendorong kemajuan persepakbolaan nasional. Apalagi, BRI Liga 1 sudah bisa menggerakkan industri yang mampu memberikan penghidupan kepada puluhan bahkan ratusan orang yang berada di sekeliling klub.

Lukita yakin, dengan memberikan berbagai hal positif, baik di dalam maupun di luar lapangan, setidaknya BRI Liga 1 bisa jadi contoh kecil kesuksesan kompetisi sepak bola Asia yang digelar di tengah pandemik COVID-19.

Tak pelak, dirinya berterima kasih kepada seluruh pihak, termasuk BRI yang sudah menjadi sponsor hingga membantu kompetisi berjalan dengan lancar sampai mendekati babak akhir. Tanpa BRI, dia menyebut, akan sulit menjalankan kompetisi yang dilangsungkan di masa pandemik.

Dia pun berharap pada musim yang akan datang BRI bisa kembali mendukung kompetisi Liga 1. Maklum, kontrak mereka sebagai titel sponsor akan segera berakhir, karena berjalan satu musim saja.  

PT LIB tetap optimistis, kolaborasinya dengan BRI akan terus berlanjut. Sebab, mereka merasa program yang dijalankan bersama, berproses dengan baik dan positif. Sehingga, kerja samanya itu diyakini bisa berjalan panjang di masa yang akan datang.

Lebih jauh, PT LIB ingin BRI Liga 1 ke depan bisa semakin berkembang, bahkan bisa jadi mercusuar dalam perkembangan industri sepak bola di Asia. Sehingga, kompetisi ini bisa disejajarkan dengan Thai League, J-League, atau bahkan bisa menyamai kompetisi-kompetisi domestik lainnya di Eropa.

Baca Juga: BRI Liga 1: Seberkas Sinar bagi UMKM di Masa Pandemik

Topik:

  • Ilyas Listianto Mujib

Berita Terkini Lainnya