Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Junya Ito (instagram.com/stadedereims)
Junya Ito (instagram.com/stadedereims)

Bersama para pemain awal usia 20-an, Junya Ito jadi sosok krusial di Stade de Reims. Usianya tak lagi muda untuk ukuran atlet sepak bola. Ia saja baru bergabung dengan Reims pada musim panas 2022, ketika berusia 29 tahun. 

Kini masuk 30 tahun, sang atlet justru jadi salah satu pencipta umpan terbanyak di klubnya musim ini. Tak heran kalau Ben Jackson dari Get Football News France menjulukinya late bloomer alias si terlambat mekar. Siapakah Junya Ito? Berikut sepak terjangnya. 

1. Menuntaskan kuliah dulu sebelum berkarier jadi atlet profesional

Junya Ito (instagram.com/1409junya)

Tidak seperti pesepak bola di Eropa yang kebanyakan tidak menempuh pendidikan di perguruan tinggi selesai lulus akademi, cukup lumrah menemukan atlet Jepang yang memiliki ijazah sarjana. Yuto Nagatomo misalnya, begitu pun dengan Kaoru Mitoma. 

Salah satunya Junya Ito yang pernah berkuliah di Kanagawa University pada 2011--2015. Selama masa kuliah itu pula, keterampilannya bermain bola diasah lewat tim sepak bola kampus. 

2. Usai mentas dari kampus, kontrak profesional dari klub J1 League ia kantongi

Junya Ito (instagram.com/1409junya)

Klub profesional yang menggunakan jasa Ito adalah Ventforet Kofu. Pada 2015, ketika ia bergabung, Ventforet Kofu masih berlaga di liga kasta pertama Jepang, J1 League. Kebersamaannya dengan klub papan bawah itu bertahan semusim saja. 

Performanya cukup untuk menarik minat klub J1 League lainnya, Kashiwa Reysol yang saat itu masuk jajaran tim 10 besar. Bersama Kashiwa Reysol, Ito tak kesulitan dapat posisi pemain andalan. Pada musim debutnya di klub itu, Ito dapat panggilan memperkuat Timnas Jepang U23.

Setahun kemudian, seiring dengan kejayaan Reysol di J1 League pada musim kompetisi 2017, Ito dipanggil bergabung dengan timnas senior di bawah asuhan Vahid Halilhodzic. Sayangnya, ketika Halilhodzic terdepak, Ito tak dapat tempat di timnas senior. Ia tidak disertakan dalam skuad Jepang di Piala Dunia 2018. 

3. Merapat ke Eropa untuk bergabung dengan KRC Genk

Junya Ito (instagram.com/1409junya)

Setelah berkontribusi dalam 124 pertandingan dan menyumbang 22 gol serta 33 assists untuk Kashiwa Reysol, tawaran menggiurkan dari klub Belgia datang menghampiri. KRC Genk meminjamnya dari Reysol selama sisa musim 2019/2020. Ito langsung tampil impresif, seakan tak butuh waktu adaptasi.

Ini yang membuat Genk tertarik mengganti status Ito dari pemain pinjaman jadi pemain tetap mereka. Itu direalisasikan menjelang bergulirnya musim 2020/2021. Ito bertahan di Genk sampai musim 2021/2022 resmi berakhir. Total ia menyumbang 29 gol dan 49 umpan. Ini berarti rata-rata gol yang ia sumbang untuk Genk mencapai 9 per musim, sementara rata-rata torehan assist-nya mencapai 16 per musim. 

Pada saat yang sama, kariernya di Timnas Jepang menunjukkan progres positif. Sejak 2019, ia jadi langganan pelatih Hajime Moriyasu. 

4. Stade de Reims membelinya dari KRC Genk pada usia 29

Junya Ito (instagram.com/1409junya)

Melihat kontribusi krusialnya di KRC Genk, tak ada yang menyangka bahwa klub Belgia itu rela melepasnya. Kedatangan Ito ke klub Ligue 1 Prancis, Reims bisa disebut kejutan pada musim panas 2022. 

Ito bukan satu-satunya yang didatangkan Reims untuk menyongsong musim kompetisi 2022/2023. Striker Folarin Balogun dan bek Emmanuel Agbadou datang pada waktu yang bebarengan dengannya. Bedanya, mereka adalah pemain-pemain berusia awal 20-an yang semangat dan staminanya sangat prima. 

5. Ito jadi pemain kunci pelatih Will Still dengan Expected Threat tertinggi di Reims

Junya Ito (instagram.com/stadedereims)

Bersama kedatangan Ito, dkk, asisten pelatih asal Belgia, Will Still juga diboyong Reims sebagai asisten pelatih Oscar Garcia yang sudah berada di tim sejak 2021. Setelah 51 pertandingan, Garcia didepak manajemen dan posisinya digantikan sang asisten. 

Still merupakan pelatih muda yang usianya tak sampai setahun lebih tua dari Junya Ito. Ia bahkan tidak memiliki lisensi UEFA yang artinya Reims harus membayar denda setiap kali melibatkan Still dalam pertandingan. 

Namun, denda sepertinya bukan masalah ketika melihat perkembangan Reims 2022/2023 ini. Ito jadi salah satu pemain sayap kunci Will Still di Reims. Ia sering ditandemkan dengan Alexis Flips untuk menyuplai bola ke Folarin Balogun, striker pinjaman dari Arsenal. Ito dan Flips jadi pemain dengan assist terbanyak di Reims musim ini. 

Tak hanya itu, statistik Soccerment melabeli Ito sebagai pemain paling mematikan di Reims dengan Expected Threat (xT) tertinggi. xT merupakan konsep dalam sepak bola yang berkaitan dengan kemampuan menggerakan bola mendekati gawang dalam rangka membangun serangan atau ancaman. xT bisa dibagi jadi dua aspek, yakni menggiring (carries) dan mengoper (passes). Junya Ito menguasai keduanya, tetapi lebih unggul di aspek pertama. 

Pada 2022 pula, Ito akhirnya mencicipi momen Piala Dunia pertamanya di Qatar. Sebuah awal yang lambat bila dibandingkan dengan pesepak bola Eropa dan Amerika Latin yang sudah berstatus profesional pada usia belasan tahun. Terlambat mekar itu frasa yang tepat untuk Junya Ito. Namun, bukankah setiap orang memang punya linimasanya masing-masing?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team