Kenapa Diaspora di Timnas U-23 untuk Piala AFF Sedikit?
- Alasan minimnya diaspora dalam skuad Timnas U-23
- Vanenburg ingin melihat potensi pemain Liga 1
- Sebanyak tiga klub Liga 1 menjadi penyumbang pemain terbanyak
Jakarta, IDN Times - Timnas Indonesia U-23 mempersiapkan diri untuk Piala AFF U-23 2025. Uniknya, pelatih Gerald Vanenburg tak banyak memanggil pemain diaspora atau yang main di luar negeri ke Timnas U-23 untuk menghadapi turnamen ini.
Tercatat, dari 30 pemain yang dipanggil Gerald Vanenburg untuk melakoni pemusatan latihan (TC), hanya ada Jens Raven, diaspora yang dipanggil. Tak ada Welber Jardim, Dion Markx, hingga Tim Geypens.
1. Kenapa hanya ada satu diaspora?
Manajer Timnas Indonesia U-23, Ahmed Zaki Iskandar, menjelaskan alasan kenapa Welber dan beberapa pemain diaspora lain tak dipanggil. Dia menyebut, hal itu karena status Piala AFF U-23 2025 yang tak masuk FIFA Matchday.
"Kenapa minim diaspora, karena sekarang Piala AFF U-23 juga kan tidak masuk kalender FIFA. Baru yang nanti Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 itu masuk FIFA Matchday," ujar Zaki di Stadion Madya, Senin (23/6/2025).
2. Ingin melihat potensi para pemain Liga 1
Zaki menyebut, Vanenburg juga ingin melihat potensi para pemain Liga 1 di Piala AFF U-23 2025. Oleh karena itu, para pemain yang dipanggil sekarang rata-rata bermain di Liga 1.
"Jadi sekarang, mari berikan waktu juga untuk coach Gerald melihat potensi para pemain kita yang bermain di liga domestik," ujar Zaki.
3. Sebanyak tiga klub Liga 1 jadi penyumbang pemain terbanyak
Seiring dengan minimnya diaspora, ada tiga klub Liga 1 yang jadi penyumbang pemain terbanyak untuk Timnas U-23 kali ini. Mereka adalah Persib Bandung, Borneo FC, dan Arema FC, dengan masing-masing mengirimkan tiga pemain.
Namun, jangan anggap remeh kualitas pemain Liga 1. Pada Piala AFF U-23 2023 lalu, berbekal para pemain lokal, Timnas U-23 mampu menembus final. Sayang, mereka kalah dari Vietnam sehingga gagal juara.
Untuk Piala AFF U-23 2025, PSSI sudah mematok target juara untuk Timnas Indonesia U-23. Dengan modal pemain Liga 1 dan minim diaspora, mampukah Vanenburg mewujudkannya?
